17.

"Bisa kita bicara?" Azka menanyakan hal tersebut kepada Unni.

"Hah, emm. Tu tuan, tangan saya tolong dilepas." Unni merasa seperti sedang bingung.

Mengetahui jika hal itu tidak disukai oleh Unni, azka langsung melepas tangannya dari tangan Unni. Masih dalam keadaan belum sepenuhnya sadar, Azka mengajak Unni untuk berbicara di luar ruangan pribadinya

"Perlu bantuan" Kenzo semakin membuat Azka tersudutkan.

"Bre***k, keluar sana. Aku tidak akan mengeluarkan gajimu bulan ini, menganggu saja." Ancam Azka pada Kenzo yang selalu menjahilinya.

"Enak saja, nona Hafsah. Buat pria dingin ini menjadi hangat, beberapa waktu ini dia berubah menjadi raja hutan yang menakutkan." Tanpa berdosa sedikitpun, Kenzo mengatakan hal tersebut dan berjalan keluar.

"Kenzo!" Suara teriakan Azka.

"Hahaha, iya iya tuan Azka. Maafkan saya, nona Hafsah. Pikirkan baik-baik perkataanku tadi, bye."

Ddaarr!!

Kenzo menutup pintu dengan sangat kuat, hal itu memang ia sengaja agar memberikan kesan-kesan yang menegangkan bagi keduanya.

Akibat dari keusilan Kenzo, keduanya menjadi canggung akan situasi saat itu. Unni juga tidak tahu harus bagaimana, kini ia terperangkap dalam ruangan Azka.

"Maukah, maukah kamu..." Perkataan Azka terbata-bata dan seakan takut untuk menatap wajah Unni.

Sedangkan Unni, ia menjadi merasa aneh akan kejadian yang ia alami saat ini. Dimana Azka yang selalu tegas dan juga dingin jika berbicara, namun kali ini sungguh berbeda.

"Maaf tuan, jika tidak ada yang mau dibicarakan lagi. Saya mohon pamit." Unni beranjak dari tempatnya.

Berjalan menjauh, ia tidak ingin berlama-lama berada disana. Begitu pun Azka, ia tidak bisa menahan Unni lagi untuk pergi lagi. Sudah cukup bagi dirinya yang tersiksa dalam beberapa waktu, kali ini ia tidak bisa menahnnya lagi.

"Aku mohon, jangan pergi lagi. Tetaplah bersamaku." Tiba-tiba saja Azka mengejar Unni dan memeluknya dari arah belakang.

Mendapatkan hal tersebut yang secara tiba-tiba, membuat Unni sangat kaget. Terdiam dengan perlakuan Azka padanya, aroma tubuh pria itu membuat pikiran Unni menjadi kacau. Saat kesadarannya kembali, Unni melepaskannya.

"Anda semakin lancang tuan, untuk kesekian kalinya anda bersikap tidak baik pada saya. Ini adalah yang terakhir kalinya, untuk itu jangan pernah menampakkan wajah anda dihadapan saya! Assalamu'alaikum!" Perkataan tegas Unni kepada Azka, dengan tubuh yang bergetar serta air mata tidak terbendung akibat hal tersebut.

"Tunggu, jangan berpikiran buruk padaku. Aku, aku menyukaimu Hafsah." Ucap Azka dengan penuh harap.

Deg!

Jantung Unni seakan-akan berhenti berdetak, ucapan Azka sangat menusuk hatinya. Pikirannya menjadi tidak baik-baik saja.

Plak!

"Jaga ucapan anda! Setelah apa yang anda lakukan pada saya, dengan mudah anda mengatakan menyukai saya!"

"Tidak, tolong dengarkan dulu!"

Tidak memperdulikan apapun lagi, Unni segera pergi dari tempat tersebut. Meninggalkan Azka yang masih terdiam dan tidak bergerak sedikitpun untuk mengerjarnya, dimana saat itu karyawaan mulai berdatangan. Mereka melihat Unni yang berlari dengan keadaan meneteskan air mata, begitu juga Jihan dan Fahry. Mereka bermaksud untuk mengejar Unni, namun Kenzo muncul dan menghentikan mereka.

Dengan alasan pekerjaan, mereka dilarang untuk berurusan pada yang bukan bersangkutan dengan perusahaan. Kenzo pun kembali memasuki ruang milik Azka, terlihat pria itu sedang dalam keadaan tidak baik.

"Ada apa dengan kelainan berdua?" Kenzo ikut duduk disamping Azka.

"Aku tidak tahu."Jawab Azka cepat.

"Jika kau menyukainya, kejar dan pertahankan dia. Jika ragu, lepaskan. Jangan sampai menyakitinya lebih dalam, pahamkan dengan ucapanku?" Kenzo berbicara atas nama sahabat.

Ucapan Kenzo membuat Azka terdiam, merasa ragu dengan perasaan yang ia rasakan saat ini. Baru kali ini ia merasakan getaran yang berbeda saat berhadapan dengan Unni, selama ini. Wanita secantik ataupun body sexy sekalipun tidak dapat membuatnya seperti saat ia berhadapan dengan Unni, dan itu semua sudah membuat dirinya tidak baik-baik saja.

Dalam waktu memikirkan ucapan tersebut, bertepatan dengan ponsel Kenzo yang bergetar. Terjadilah percakapan yang cukup serius, Azka tidak terlalu mendengarkannya.

"Untuk saat ini, berhenti memikirkannya. Markas diserang, akses jaringan juga kacau." Tegas Kenzo kepada Azka.

Mengusap wajahnya dengan kasar, serta menekan-nekan keningnya untuk beberapa saat. Tangan itu menarik ikatan dasi pada kemejanya hingga longgar dan terlepas, menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan sampai terdengar suara seperti panahan tulang.

"Hah! Apalagi ini, tidak ada habis-habisnya mereka membuat masalah." Erang Azka.

"Mereka? Kau mengetahuinya?" Kenzo menarik salah satu alis matanya ke atas.

Pukh!

"Makanya, gunakan isi kepalamu sebelum bicara." Azka menyeringai kepada Kenzo yang tidak memahami ucapannya.

"Karena aku tidak tahu, makannya nanya." Balas Kenzo yang tidak ingin diremehkan.

Memutar kedua matanya dengan malas, Azka berjalan meninggalkan Kenzo begitu saja. Malas untuk berdebat, dimana akan membuat dirinya semakin emosi.

"Ya ampun, kenapa aku jadi begini ya." Kenzo menepuk keningnya ketika baru menyadari akan ucapan Azka.

Ia pun mengejar Azka, mereka berdua kembali menuju markas yang sedang dalam penyerangan. Mengemudikan kecepatan mobil dengan super cepat, membuat para pengguna jalan mengumpat cara Kenzo mengemudikan mobilnya.

Dari kejauhan, mereka melihat jika markas tersebut mengalami kerusakan akibat dari penyerangan. Sorot mata Kenzo berubah menjadi sangat berbeda, terlihat jika dirinya yang sebenarnya telah kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!