Semenjak kejadian tersebut, sikap Azka semakin mendingin. Bahkan ia tidak akan segan-segan memberikan hukuman kepada siapa saja yang berani melakukan perlawanan kepadanya.
"Tuan, tuan Eiger menunggu anda di markas." Kenzo menyampaikan jika salah satu ketua mafia dari negara A datang berkunjung.
"Ada apa dia kemari, menjengkelkan." Gerutu Azka yang tidak suka jika saat ini di usik ketenangannya.
"Temui saja dia, mungkin ada sesuatu yang ingin dia bicarakan. Sudah cukup lama kalian bertikai, berdamailah." Nasihat David yang merupakan sahabat sekaligus bawahan Azka dalam dunia bawah.
"Diam kau!" Bentak Azka yang tidak ingin berdebat.
"Masih tidak mau berubah, terserah kamu saja mau bagaimana." David meninggalkan Azka bersama Kenzo yang masih berada dirungannya.
Dalam pikiran Azka saat ini masih tertuju pada wanita yang sudah membuatnya dirinya dalam beberapa hari ini menjadi sedikit aneh, semua pekerjaan ia serahkan pada Kenzo. Tidak ingin bertemu dengan wanita tersebut, dimana ia masih mengingat penolakan dan ucapan yang diberikan kepadanya.
"Cari informasi tentang wanita itu, jangan sampai terlewatkan sekecil apapun. Kau paham, Kenzo!" Titah Azka pada Kenzo, dirinya begitu sangat penasaran dengan wanit berhijab itu.
" Siapa tuan?" Kenzo memang tidak mengetahui siapa yang dimaksud oleh Azka.
"Sudah berapa lama kau bekerja padaku, Kenzo!" Suara Azka begitu tinggi.
"Nona Hafsah?"
"Kenzo!!" Suara yang mengerikan terdengar.
"Ah, siap tuan." Mengambil langkah seribu agar nyawanya aman.
Berurusan dengan dunia bawah, adalah sesuatu yang sangat langka. Namun tidak banyak orang yang mengetahui jika seorang Azka adalah pemimpin dari suatu organisasi dunia bawah bernama 'Red Dragon', dimana kelompok tersebut merupakan organisasi besar yang cukup disegani dari kalangan dunia bawah. Begitu juga dalam dunia bisnis, Azka terkenal sebagai pengusaha muda yang berjaya. Menginjak umur kepala tiga, ia sudah menguasai dunia bawah dan bisnis, namun semuanya itu tidak mudah untuk ia raih.
Perjalanan hidup yang bisa dibilang tidak baik, membuat Azka tumbuh menjadi pribadinya seperti sekarang.
.
.
.
"Hai, sudah lama tidak berjumpa. Apa kabarmu, Azka?" Sapa Eiger yang sudah lama menunggu.
"Katakan, apa tujuanmu datang kemari." Ketus Azka.
"Heh, kau masih seperti dulu. Tidak pernah mau berubah, aku hanya menyampaikan pesan dari Peter." Jeda Eiger sambil mengamati wajah Azka saat mendengar nama itu disebut.
Benar adanya, raut wajah Azka langsung berubah menjadi semakin datar. Nama yang selalu ia hindari untuk didengar, dan kini kembali terganggu di telinganya.
Cukup lama ia tidak mendengar nama itu, bahkan Azka maupun Peter selalu menghindar dalam berbagai hal. Untuk saat ini, tiba-tiba saja muncul kembali dengan mengirim seseorang kepadanya.
"Peter mengetahui jika adik perempuannya selamat dalam peristiwa tersebut, dan dia meminta bantuan darimu Ka. Hanya adiknya yang saat ini menjadi tujuan hidupnya, kau tahu akan hal itu."
" Semua keputusan ada padamu, aku tidak akan ikut memprovokasi dirimu. Dia percaya dengan kekuasaan yang kau miliki, dapat membantunya dalam menemukannya. Pikirkan dengan baik-baik, aku pamit." Eiger menepuk pundak Azka pelan dan berlalu.
Tubuh Azka menegang, kedua tangannya mengepal dengan kuat. Terlihat urat-uratnya secara jelas, kejadian yang dimana ia bersama dengan Peter sedang belajar bersama. Dimana saat itu kedua orang tuan Peter baru pulang dari rumah keluarganya bersama sang adik kecilnya, seorang anak kecil dengan rambut yang panjang sebahu berlarian menghampiri mereka.
Disaat bersamaan, terdengar suara tembakan yang sangat banyak. Mereka semuanya bersembunyi, namun naas. Kedua orang tua Peter tidak selamat, sang adik yang berada dalam lindungan pengasuhnya sudah pergi entah kemana. Meninggalkan Peter bersama dengan Azka, mereka hidup dengan perjuangan dari dunia yang kejam. Sehingga dipertemukan dengan seseorang yang merubah mereka menjadi seperti saat ini, namun dikarenakan persoalan yang bisa dibilang sepele. Kedua bertikai dan sampai detik ini masih begitu dingin, seperti bermusuhan.
" Vid, selidiki kejadian meninggalnya kedua orang tua Peter." Azka berbicara melalui ponselnya.
Menghempaskan tubuhnya untuk sekadar beristirahat pada kursi kerjanya, kedua mata itu terpejam. Dengan jemari tangan kanan memijat keningnya, namun baru saja merasakan ketenangan sesaat. Bayangan wanita berhijab itu kembali datang, dengan cepat Azka membuka kedua matanya.
Getaran yang berasal dari ponselnya, membuat dirinya membuka mata.
"Katakan hal penting." Menahan rasa kesal, karena Kenzo menghubunginya.
"..."
"Aku kesana."
Beranjak dari tempat ya dengan cepat, entah apa yang ada didalam pikiran Azka saat ini setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Kenzo padanya, melajukan kecepatan mobil yang ia kendaraan dengan sangat cepat.
Membutuhkan waktu yang singkat untuk Azka tiba, dimana sudah ada Kenzo yang menunggu.
"Silahkan tuan." Kenzo mempersilahkan Azka untuk masuk ke dalam ruang kerjanya.
Menyerahkan sebuah berkas yang sebelumnya berada di tangan Kenzo kepada Azka, berkas yang berisikan data mengenai wanita yang telah membuat dirinya seperti ini. Dengan teliti Azka membacanya.
"Kau yakin hanya ini."
"Benar tuan, hanya itu yang saya dapatkan. Dan..."
"Dan apa?"
Kenzo kembali menyerahkan sebuah berkas kepada Azka, dimana itu adalah surat pengunduran diri. Azka menggenggam berkas itu dengan kuat, terlihat emosinya berubah sangat besar.
" Sudah cukup untuk bermain-main denganku!" Berkas tersebut telah berubah menjadi gumpalan seperti bola dan berakhir mengenai muka Kenzo.
Pluk!
Mengusap wajah yang terkena lemparan gumpalan kertas, Kenzo memanyunkan bibirnya. Ingin sekali ia mengumpat dan membalas pria yang melemparnya, namun pria itu sudah hilang bak ditelan bumi.
"Azka sialan, muka ini bukan tong sampah. Sembarang saja." Gerutu Kenzo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Aldina Rianti
CEO arigan
2024-04-23
0
guntur 1609
jangan blng adik ya peter si nisa
2024-04-20
0
Neulis Saja
siapa yg mengundurkan diri hafsoh
2024-02-13
2