3.

"Apa yang kau lakukan!!"

"Tangan anda sungguh sangat lancang, tuan. Jangan dibiasakan untuk menyentuh sesuatu yang tidak sepatutnya anda sentuh. Sekali lagi, terima kasih atas sambutan yang anda berikan pada saya." Unni segera keluar dari ruanga itu dengan segala gejolak amarah dalam dirinya.

Melihat wanita itu telah pergi, Azka masih meringis memegang aset masa depannya yang masih sangat nyut-nyuttan di balik sangkarnya. Azka menyeringai dalam senyuman, merasakan jika wanita yang baru saja ia hadapi begitu berbeda dari wanita lain pada umumnya. Dimana mereka dengan sukarela memberikan tubuhnya untuk diserahkan seutuhnya, namun tidak untuk wanita ini.

"Tu tuan!"

Setengah berlari untuk membantu Azka, betapa anehnya bagi Kenzo mendapati Azka yang sedang berlutut dan meringgis.

"Apa yang terjadi tuan?" Kenzo mencari tahu.

"Sshh, diam. Keluarlah."

" Tapi tuan."

"Aku bilang keluar!" Tegas Azka.

Tidak ingin mencari masalah, Kenzo segera beranjak dan pergi. Betapa sangat memalukan jika ia menceritakan kejadian yang baru saja ia alami, bisa-bisa asistennya itu akan menertawakan dirinya.

.

.

.

" Hei, bersiaplah. Kita semua diminta pak Kenzo untuk keruang rapat, jangan lupa bawa laporan kerja kamu Ni. Jaga-jaga kalau nanti ditanyain."

Betapa kagetnya seluruh isi ruangan tersebut, saat Ferdy memberitahukan rapat dadakan yang diminta oleh CEO mereka. Tidak ada pemberitahuan apapun sebelumnya, membuat semuanya menjadi waspada.

"Memangnya ada apa ya, tidak biasanya rapat dadakan." Jihan bingung.

"Kamu tanya sama aku, lalu aku nanya sama siapa?" Candaan Unni berhasil membuat Jihan dan juga lainnya tertawa.

Tidak ada satu pun diantara mereka yang tahu mengenai rapat dadakan ini, kini semuanya sudah berkumpul diruangan tersebut. Suasana nampak begitu tegang saat langkah kaki terdengar dengan jelas dan memperlihatkan pemiliknya, Azka duduk menghadap semua peserta rapat dadakan itu dengan tatapan yang sungguh menakutkan.

Hanya Unni yang menyikapinya dengan datar, menganggap Azka adalah pemimpin yang arogan tapi tidak bisa membuat dirinya selalu berdebat dengan emosi.

"Serahkan laporan kerja kalian, sekarang." Titah Kenzo yang begitu tegas.

Deg!

Semua yang berada disana kaget, namun mereka juga sudah menyiapkan lebih awal atas laporan tersebut. Mengetahui jika pimpinan mereka adalah orang yang tidak bisa ditebak, maka. Semua persiapan mengenai pekerjaan sudah mereka siagakan agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan seperti saat ini.

Laporan tersebut langsung diperiksa oleh Kenzo, lalu ia memberikannya kepada Azka sebagai bagian akhir dari laporan yang ada.

Brakh!!!

Satu laporan dilempar begitu saja didepan mereka semuanya, lalu disusul oleh berkas kedua ketiga dan seterusnya. Menyisakan hanya satu laporan yang masih tetap utuh di atas meja, sebuah kejutan yang luar biasa.

"Ambil berkas kalian, selesaikan hari ini juga. Dalam hitungan satu jam dari sekarang!" Tegas dan menakutkan, itulah suara Azka.

Dengan menggunakan asistennya untuk segera menuntaskan apa yang sudah terjadi, dengan cepat Azka meninggalkan ruangan tersebut dan kembali ke ruangannya. Setelah berkas yang terlempar itu diambil oleh pemiliknya, Unni menjadi bingung mencari berkasnya.

"Kenapa tidak ada ya?"

" Nona Hafsah, tuan menunggu anda diruangannya." Suara Kenzo membuat Unni kaget.

"Ah, iya. Terima kasih tuan."

Dengan menggelengkan kepalanya, Unni merasa ada yang aneh. Kenapa berkas miliknya tidak ada diantara berkas-berkas yang terlempar ke bawah. Bukankah, teman-temannya itu sudah lebih berpengalaman dan tentunya tingkat kesalahan pun akan sangat kecil terjadi.

Tok tok tok...

" Masuk." Suara berat itu terdengar dari arah dalam ruangan.

Berjalan dengan begitu pelan, Unni bergidik ngeri. Betapa ia harus mengumpulkan stok keberanian yang banyak jika harus masuk ke dalam ruangan pemimpinnya.

"Maaf tuan, anda memanggil saya?"

"Hem, periksa berkas milikmu. Ada sesuatu yang begitu janggal dengan kalimatnya." Sudut bibir Azka tertarik.

...Janggal? Bagaimana bisa? Perasaan sudah begitu teliti, huh....

Menuruti perkataan Azka, Unni mengambil berkasnya dari atas meja dan membukanya.

"Astaghfirullah, apa ini?"

Tulisan pembuka pada berkas tersebut membuat Unni benar-benar tidak bisa berpikir dengan baik, bahkan ia merasa jika dirinya sudah terkena umpan dari bosnya yang aneh.

...Kau milikku, Hafsah Kamilatunnissa....

...Selamanya menjadi milikku....

"Bagaimana? Kau bisa menjawabnya?" Dengan penuh keyakinan, jika apa yang ia inginkan akan terkabulkan.

"Maksud anda tuan? Sepertinya isi kepala anda sedang bermasalah, kalimat ini tidak ada menggunakan tanda tanya. Jadi, saya berhak dan tidak wajib untuk menjawabnya." Jawaban Unni sungguh ibarat pukulan telak untuk Azka.

Kening keras itu nampak berkerut, sorot matanya pun bisa membuat orang lain menjadi berhenti bernafas. Tidak pernah dipermalukan seperti ini oleh wanita, membuat amarah Azka memuncak. Bangkit dari tempatnya dan langsung mencengkaram rahang Unni dengan begitu kuat, membuat wanita itu meringgis.

"Arkh, sakit tuan."

Senyuman licik tersirat pada wajah Azka, bahkan ia dengan cepat mengikis jarak diantara wajah mereka berdua. Seperti dahulu, Unni bersiap untuk menggerakkan kakinya agar bisa memberikan efek untuk tuannya itu, akan tetapi pergerakan itu sudah diketahui oleh Azka.

" Mau menendang? Kakimu terlalu mulus untuk melakukannya, sayang."Kaki itu berhasil ditangkap oleh pemilik tangan kekar tersebut.

"Lepaskan tuan, kita tidak boleh bersentuhan!" Bentak Unni yang sudah tidak tahan dengan perlakuan tuannya.

"Tidak boleh bersentuhan? Heh, bahkan sampai detik ini. Tidak ada satu pun perempuan yang berani menolakku, dan kau! Dengan beraninya melakukan hal itu." Cengkraman pada rahang itu semakin kuat.

"Sa sakit tuan, lepaskan." Unni merasa sangat hina saat tangan Azka menyentuhnya.

Entah kenapa, saat mendapatkan ucapan yang keluar dari mulut indah wanita dihadapannya saat ini. Itu tidak membuat sisi gelap dari seorang Azka terlihat, sorot mata yang cukup menarik telah membuat dirinya terhanyut dalam suasana.

" Mmpphh..."

Kedua tangan Unni mendorong kuat tubuh Azka, tidak bergeser sedikitpun. Ia terus berusaha bergerak dengan kaki maupun tangannya, namun tetap sia-sia. Air mata itu akhirnya menetes, pada akhirnya ia harus memilih jalan terakhir. Menekan dengan kuat kedua sisi giginya, ada cairan yang keluar itu terasa sangat anyir dan membuat Azka melepaskan dirinya.

"Apa yang kau lakukan, hah!" Membuang cairan yang berwarna merah masuk ke dalam rongga mulutnya dengan cepat, menatap tajam pada Unni.

Tubuh Unni bergetar setelah terlepas dari Azka, terlihat jika bibirnya mengeluarkan cairan berwarna merah yang telah membuat Azak murka.

Dengan bertolak pinggangdan nafas yang masih tidak teratur, Azka masih menatap Unni begitu tajam dengan kedua bola mata yang memerah. Ia tidak habis pikir dengan wanita dihadapannya ini, begitu beraninya ia menggigit bibirnya sendiri sampai terluka cukup besar hanya untuk terlepas dari dirinya.

"Kenapa kau melakukannya?!" Bentak Azka.

Masih dalam keadaan tubuh yang bergetar, Unni tidak berani untuk menatap tuannya.

"Agama saya melarang untuk bersentuhan dengan lawan jenis, itu sangat dibenci oleh Allah! Dan anda! Membuat saya merasa jijik dengan semua sikap dan diri anda, dasar bajingan!"

Menahan gemuruh amarah yang sudah bergejolak didalam dirinya, Unni berdiri dan berlalu dari hadapan Azka.

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

azka dapat imbang

2024-04-20

0

guntur 1609

guntur 1609

kok ambigu ya. sbnarnya kenzo atau azka yg ceo nya

2024-04-20

0

Aisha Zivana

Aisha Zivana

sukurin lu azka🤣

2024-04-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!