Shaerin kembali ke warung kecil yang sempat dikunjungi olehnya tadi, ia menundukan kepalanya sambil mengepalkan kedua tangannya.
Ia menyembunyikan wajahnya agar orang-orang tidak mengetahui jika dirinya sedang menangis.
"Nak, kenapa kau menangis?" tanya seorang laki-laki paruh baya yang ada disamping meja Shaerin.
Shaerin mengangkat kepalanya sedikit dan mencoba untuk mengatur nafasnya.
"Tidak, pak." jawab Shaerin sambil sesegukan.
"Kau pasti sangat menderita sekarang."
"Tidak apa-apa jika kau tidak menjadi seperti apa yang diinginkan oleh dirimu sendiri karena kau sendiri yang akan selalu menjadi yang paling menyayangi dan mendukungmu, jadi bagaimana? bisakah kau mengatakan bahwa kau menghargai dan mencintai dirimu sendiri?" tanya laki-laki paruh baya itu.
Shaerin hanya diam saja, ia menutup wajahnya dan tidak bisa menahan tangisannya, akhirnya ia pun menangis sejadi-jadinya disana.
Kebetulan Granesia yang datang mengunjungi warung kecil itu bisa mendengar suara tangisan dan melihat orang yang terasa tidak asing di matanya.
Dengan cepat ia menghampirinya dan duduk di samping gadis itu. "Apakah kau baik-baik saja?" tanya Granesia memegang pundak Shaerin.
"Aku baik-baik saja, aku melakukannya dengan baik." ujar Shaerin sambil sesegukan.
Granesia yang mendengar itu entah kenapa hatinya menjadi ikutan sedih, ia tahu bagaimana orang-orang yang ada disekolahnya memperlakukan Shaerin dengan begitu buruk.
"Kau bisa menangis di depanku, kau bisa melalui ini bersamaku." ucap Granesia mulai menepuk pundak Shaerin agar gadis itu lebih tenang.
Shaerin menatap wajah Granesia, matanya sudah membengkak akibat sudah terlalu lama menangis.
"Keadaanku sedang sulit."
"Sejujurnya, aku ingin berteman denganmu tapi aku merasa takut jika kau tidak akan nyaman denganku."
"Kenapa kau berbicara seperti itu?" tanya Granesia langsung memeluk Shaerin dan menepuk-nepuk pundaknya.
"Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja. lagipula aku dengan senang hati ingin berteman denganmu."
"Rasanya kau berbeda dengan orang-orang yang ada di sekolah itu, sebenarnya kau kesepian tapi kau menunjukan kepada orang lain kalau kau baik-baik saja."
"Itu yang membuatku kagum kepadamu." ujar Granesia
"Semuanya akan baik-baik saja? tentu saja, terima kasih."
***
Shaerin dengan terpaksa harus bangun karena Delvya menarik selimutnya dengan paksa.
"Mandi dan pilihlah pakaian yang sekiranya bagus untuk kau gunakan."
"Kita akan kemana ibu? aku ingin pergi kesekolah."
"Selagi aku berbicara baik-baik padamu, cepat bergegaslah." seru Delvya langsung pergi begitu saja.
Beberapa saat kemudian Shaerin sudah mandi dan sudah memakai pakaian dress yang di belikan oleh ibunya, dress itu sangat cocok sekali di tubuh Shaerin.
"Ibu kita mau kemana?" tanya Shaerin begitu penasaran.
"Diamlah, selama kau ikut dengan ibu kau harus menuruti semua perkataan ibu jika tidak maka ibu akan mengusirmu dari rumah!" ancamnya kepada anaknya sendiri.
.
.
.
Shaerin menundukan kepalanya saat seorang laki-laki paruh baya terus memandangi wajahnya.
Ibunya mengajak Shaerin ke restoran mahal hanya untuk bertemu dengan seorang laki-laki paruh baya yang sama sekali tidak ia kenal.
"Apakah aku akan menikahi pria tua ini?" tanya Shaerin pada dirinya sendiri, jantungnya pun sudah berdetak dengan sangat cepat.
"Aku sudah membawakan putriku, dia yang akan melunasi semua hutangku kepadamu tuan." ucap Delvya seraya menundukan kepalanya.
Serasa dihantam besi dengan cepat Shaerin menatap ibunya dengan penuh tanda tanya.
"Apa maksud ibu? jadi aku akan menikahi pria tua ini?" gumam Shaerin dalam hati sambil menatap lekat pria tua yang ada di depannya itu.
"Kenapa harus putrimu yang menjadi bayaran atas semua hutangmu kepadaku?" tanya pria tua itu.
"Saya harus melakukannya karena saya sudah tidak mempunyai apa-apa lagi, saya tidak punya harta ataupun barang-barang yang mewah jadi-"
"Jadi saya serahkan putri saya kepada anda saja, terserah anda ingin menjadikannya sebagai seorang pelayan ataupun apapun itu, dia satu-satunya yang saya punya."
"Ibu!" teriak Shaerin.
"Diamlah!" bisik Delvya.
"Kau tidak kasihan kepada putrimu jika aku menjadikannya seorang pelayan? peraturan di keluarga Algio sangat ketat sekali dan gadis seumurannya tidak akan mungkin menjadi seorang pelayan."
Seorang laki-laki bertubuh tegak membungkukan badannya dan membisikan sesuatu kepada pria tua itu.
Lalu beberapa saat kemudian pria tua itu menganggukan kepalanya mengerti dan laki-laki bertubuh tegak tadi kembal berdiri di belakang pria tua itu.
"Baiklah begini saja, aku akan menikahkannya dengan putra keduaku."
"M-menikah?" Delvya mengulangi perkataan laki-laki paruh baya tadi dengan begitu gugup.
"Putriku akan menikah dengan putra kedua dari seorang pengusaha terkaya? sungguh luar biasa." gumam Delvya dalam hati.
"Karena hutangmu sangat banyak, aku akan menganggapnya lunas jika putrimu menikah dengan putra keduaku."
"Ziel Algio?" gumam Delvya dalam hati.
Sedangkan Shaerin bahkan sama sekali tidak tahu siapa pria tua yang ada di hadapannya ini dan putra kedua yang dibicarakan oleh ibu dan juga pria tua itu.
Yang ada dipikirannya adalah bagaimana caranya agar dia kabur dari tempat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Adong
v
2023-07-28
0
Laini Johan
betapa malang nasibmu sherin
2023-07-04
0
Eric ardy Yahya
ternyata keluarga Shaerin semuanya sampah . ibunya tukang mabuk , kakaknya tukang bandit . memang harus dikasih hukuman biar mereka sadar atas kelakuannya
2023-06-29
2