03

Malamnya Ziel pergi ke bar yang cukup terkenal dan menjadi tempat favoritnya jika ingin menghabiskan waktu.

Di sampingnya ada seorang laki-laki yang seumuran dengannya, dia adalah teman SMA Ziel sejak dulu dan sekarang sudah menjadi rekan bisnis.

Ada seorang wanita yang duduk diatas paha laki-laki yang bernama Xavier dan dengan santainya wanita itu mengiggit kecil leher Xavier.

"Kau hanya diam saja? apakah kau tidak ingin menyewa seorang wanita?" tanya Xavier melihat Ziel yang hanya diam saja sambil meminum alkohol.

"Aku sedang tidak mood." ujarnya dingin.

"Apakah karena wanita itu? jika ditebak mungkin sekarang mereka sudah sah menjadi suami istri, apakah kau kesal?"

"Diam atau jika tidak aku akan menghajarmu!" imbuh Ziel menatap kesal sahabatnya itu.

Xavier mengangkat Kedua tangannya lalu kembali fokus ke wanita yang masih duduk di atas pahanya itu, ia mengenal betul sifat Ziel saat sedang marah.

"Apakah kita harus menyewa kamar?" bisiknya di telinga wanita itu.

Ziel meneguk kembali alkohol itu hingga beberapa gelas sehingga membuatnya menjadi pusing.

Disisi lain Shaerin, Naera dan juga Karel sedang berkumpul di warung kecil yang tidak jauh di pusat kota.

Shaerin lebih memilih tempat itu karena harga makanan dan juga minumannya murah berbeda dengan restoran yang di pilih oleh Naera tadi.

"Selamat ulang tahun, sahabatku." ucap Naera tersenyum manis.

Karel yang duduk di sebelah Naera langsung menjulurkan tangannya untuk meraih kepala Shaerin lalu mengusap-usapnya dengan lembut.

"Selamat ulang tahun, sayang."

Shaerin tersenyum senang, seorang pelayan datang sambil membawa tiga mangkuk makanan kuah yang disukai oleh Shaerin.

"Naera ini sangat pedas, apakah kau akan menyukainya?" tanya Karel khawatir melihat kuah milik Naera begitu merah.

"Tidak apa-apa, aku akan menghabiskan ini karena Shaerin menyukainya, aku menyukai semua yang disukai oleh Shaerin."

Tangan Karel terulur untuk mengusap bibir Naera yang saat itu sudah belepotan, Shaerin yang melihatnya hanya diam saja.

Mungkin dia pikir wajar pacarnya melakukan hal itu kepada sahabatnya sendiri karena Karel pernah mengatakan jika ia menganggap Naera sebagai adiknya saja.

Karel melepaskan jaket yang sempat ia pakai lalu menutupi bagaian paha Naera yang terlihat, kebetulan Naera belum mengganti pakaian sekolahnya dan roknya pun terlihat minim.

Shaera menundukan kepala lalu melihat kearah pahanya yang juga terlihat, tangannya bergerak untuk menarik roknya agar menutupi pahanya sendiri.

"Disini sangat dingin sekali, kenapa kau memakai rok yang pendek seperti ini?" tanya Karel sambil menyentil kening Naera.

"Karel, sakit sekali!"

"Itu hukuman untukmu." seru Karel yang langsung tertawa.

Shaerin lebih memilih untuk mulai mencicipi makanannya karena takut keburu dingin, tanpa memperdulikan Karel dan Naera yang sedang asik bercanda.

Jam menunjukan pukul sepuluh malam dan Shaerin baru saja pulang dari acara makan-makannya.

Di tangannya ia membawa kotak besar yang berisi kue, sebelum pulang ia membeli dulu kue dari hasil uang yang ia tabung selama satu bulan.

Karel:

Maafkan aku sayang, karenaku kau harus berjalan kaki.

Mobil Naera mogok dan aku harus mengantarkannya.

Tanpa menjawabnya Shaerin menyimpan ponselnya di atas meja, ia membuka kotak kue itu lalu menyalakan lilinnya.

Sebelum meniup lilin itu, Shaerin memejamkan matanya dan berdoa untuk keinginan kedepannya.

Setelah selesai ia pun meniup lilin tersebut. "Salamat ulang tahun untuk diriku sendiri." ucapnya sambil tersenyum nanar.

Belum sempat Shaerin memotong kue itu secara tiba-tiba kue itu jatuh dan tidak berbentuk lagi akibat ulah ibunya yang datang sudah dalam keadaan mabuk.

"Ibu!" teriak Shaerin melihat kuenya yang berantakan di lantai.

Zyan kakak laki-laki Shaerin datang menghampiri mereka berdua setelah mendengar teriakan adiknya itu.

Ia melihat ibunya yang sedang duduk sambil memejamkan matanya karena merasa pusing, pakaiannya pun terlihat sangat minim sekali bahkan di tengkuk lehernya ada bekas kepemilikan.

"Berani sekali kau berteriak kepada ibu seperti itu!" ujar Zyan menatap tajam adiknya itu.

"Kueku..." gumamnya sambil memunguti kembali kuenya yang sudah hancur.

"Bisa-bisanya kau merayakan ulang tahunmu di hari kematian ayah?" tanya Zyan dengan suara yang tinggi.

Ia menghampiri Shaerin dan kembali menjatuhkan kue yang sempat dipunguti olehnya tadi.

"Apa salahku merayakan ulang tahunku sendiri, bahkan kalian sama sekali tidak pernah merayakan ulang tahunku!"

"Kau tidak pantas untuk merayakan ulang tahunmu di hari kematian ayah."

"Kakak, ku mohon..."

Shaerin menghembuskan nafasnya merasa lelah dengan semua keadaan ini.

"Tidak bisakah kau memperlakukanku seperti manusia?"

"Apa yang aku lakukan?" tanya Zyan meninggikan suaranya.

"Bukan aku yang membuat ayah meninggal, aku tahu aku terlahir karena laki-laki bandit!"

"Lagipula aku tidak menginginkan itu semua, aku tidak ingin lahir ke dunia ini dan menjadi bagian dari keluarga ini!" teriak Shaerin.

"Tidak ada yang perduli padaku, tidak ada orang di keluarga ini yang perduli padaku."

"Hei, Shaerin!"

Shaerin dan juga Zyan menatap kearah yang sama, dimana ibunya sudah berdiri sambil sempoyongan.

Dengan sekuat tenaga ia menarik lengan putrinya itu lalu menjatuhkannya di atas sofa, dengan cepat ia memukul punggung anaknya itu tanpa henti.

"Sakit ibu!" isak Shaerin merasa sakit yang luar biasa di punggungnya.

"Kamu ga pantes hidup, kamu gak layak dicintai, kamu cuman bisa merusak semuanya, tidak ada yang perduli padamu, tidak ada yang ingin mendengarkanmu!" teriak Delvya ibu Shaerin.

Zyan langsung memeluk ibunya itu agar berhenti memukuli Shaerin yang saat ini sudah menangis sesegukan.

"Hidupku sulit, ini membunuhku jadi-"

"Benar saja, ibu selalu mengatakan itu." potong Shaerin cepat

"Hidupku sulit, ini membunuhku jadi pahami keadaan ibu, lalu! lalu bagaimana denganku? siapa yang akan memahamiku? aku juga kesulitan dan siapa yang akan mengerti aku?" tanya Shaerin berteriak kepada kakak laki-laki dan juga ibunya.

Sungguh hatinya sangat sakit sekali mendengar kata-kata yang keluar dari mulut ibunya, kenapa dia yang disalahkan atas semua ini?

Shaerin mengusap air matanya dengan kasar lalu pergi meninggalkan rumah itu dengan keadaan yang kacau.

Terpopuler

Comments

nesya

nesya

bnr kan... kata" sarkasme yg di ucapkan naera kl dia menyukai apa pun yg di sukai sm shaerin, itu scr tdk langsung menunjukkan kl dia menyukai pacar shaerin jg. cm di sini shaerin aja yg terlalu polos dan lugu, jd tdk menyadari gelagat aneh dr sahabat dan pacarnya itu.

2023-12-29

0

devaloka

devaloka

kan kan padahal dia yg obsesi jadi shaerin

2023-07-08

0

Kim Nari

Kim Nari

semangat kak

2023-07-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!