15

Shaerin terbangun saat merasa ada seseorang yang sedang mengompres keningnya, saat membuka mata ia melihat Tiara yang sedang duduk di kursi samping kasurnya.

"Bi Tiara?"

"Nona sudah bangun, aku sudah menyiapkan sarapan untuk Nona, jadi-"

"Ini jam berapa, bi?" potong Shaerin cepat sambil mengubah posisinya menjadi duduk.

Kepala dan juga badannya terasa sangat sakit sekali, apalagi matanya yang membengkak karena kemarin menghabiskan waktu untuk menangis berjam-jam.

Entah kenapa juga rasanya hari ini benar-benar sangat dingin sekali, hal itu membuatnya menarik kembali selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Jam sembilan Nona, aku sudah memberitahu walikelas jika Nona sedang sakit, jadi tidak perlu khawatir lagi. "

Tiara mengambil mangkuk yang berisi bubur di atas laci lalu memberikannya kepada Shaerin.

"Nona harus makan bubur ini, Tuan Muda sudah membuatkannya untuk Nona." katanya sehingga membuat gadis itu membulatkan kedua matanya.

"Tuan muda? maksudmu Tuan Ziel?"

Tiara sekali lagi menganggukan kepalanya, ia mengambil sendok lalu hendak menyuapi bubur itu ke mulut Shaerin.

"Tidak perlu bi, biarkan aku saja."

Tiara menggelengkan kepalanya dan bersikeras untuk menyuapi Shaerin saat itu, dengan terpaksa gadis itu pun membiarkan Tiara untuk menyuapinya.

"Bagaimana Nona, apakah enak?" tanya Tiara.

Shaerin dengan kikuk menganggukan kepalanya, tidak ingin membohongi hatinya karena bubur itu memang benar-benar enak.

"Ternyata Tuan Ziel bisa memasak ya, bi?" tanya Shaerin.

Tiara terkekeh lalu kembali menyuapi gadis itu. "Dia dari kecil memang sudah belajar mandiri, sejak kecil dia tidak seperti anak-anak seusianya karena dia sudah diajarkan untuk mandiri dan bekerja keras oleh Tuan besar, apalagi tentang bisnis jadi begitulah,"

"Tapi tunggu, kenapa Nona memanggilnya dengan sebutan Tuan?" tanya Tiara menatap selidik Nona kecilnya itu.

"Ah itu, aku tidak enak jika harus memanggilnya dengan sebutan nama."

"Aku mengerti, kalian dijodohkan dan harus menikah dengan tanpa adanya rasa cinta di hati kalian masing-masing, tapi seiringnya waktu kalian berdua akan saling mencintai dan mengisi kekosongan hati masing-masing."

"Aku tidak yakin." imbuh Shaerin sambil mengusap tengkuk lehernya.

"Tentu saja harus yakin, sekarang Nona hanya perlu mengambil hati Tuan muda saja, jangan kalah dengan Nona Clarie." bisik wanita itu

"Kenapa memangnya, Bi?"

Tiara menghembuskan nafasnya secara perlahan, ia menaruh kembali mangkuk itu di atas laci lalu mengambil obat dan memberikannya kepada Shaerin.

Gadis itu dengan senang hati menerimanya dan langsung menelannya.

"Lihat saja Nona,"

"Aku harus melihat pekerjaan pelayan lainnya, Nona istirahat lagi saja." lanjutnya sambil beranjak dari kursi dan kembali membawa mangkuk dan obat-obatan yang sudah di minum oleh Shaerin tadi.

Setelah Tiara menutup pintu, Shaerin pun beranjak dari tempat tidurnya, gadis itu melangkahkan kakinya kearah balkon.

Ia menghirup nafas dalam-dalam sambil mengingat kembali kejadian kemarin, saat memergoki kekasihnya yang sedang nganu dengan sahabatnya sendiri.

"Orang yang aku percayai justru melakukan hal itu dibelakangku." gumamnya.

Saat Shaerin melihat ponselnya, ia terkejut karena melihat pesan masuk dan beberapa panggilan tidak terjawab dari laki-laki yang sekarang sudah menjadi mantan kekasihnya itu.

Karel:

Sayang, aku tahu aku salah, aku ingin bertemu denganmu di tempat biasanya, datang ya?

Aku merindukanmu, aku ingin memeluknya, rasanya sesak sekali jika kamu harus meninggalkanku.

Shaerin mengangkat kedua sudut bibirnya sehingga memperlihatkan senyuman kecut di bibir manisnya itu.

"Bajingan." umpatnya lalu memblokir nomor Karel.

Beberapa menit melihat pemandangan dari balkon kamarnya, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu dan seorang pelayan wanita masuk kedalam kamar sebelum Shaerin mengizinkannya.

"Selamat pagi Nona, Tuan Muda Jayendra ingin Nona mengantarkan kopi ini ke kamarnya." kata pelayan itu sambil menundukan kepala.

"Kenapa harus aku? bukankah istrinya bisa?"

"Nona Clarie sedang pergi menemui manajernya bersama dengan Nyonya besar."

"Tapi aku sedang sakit," imbuh Shaerin pelan.

Ia pun menghampiri pelayan itu lalu mengambil alih baki yang di pegang oleh pelayan itu.

"Dimana kamarnya?" tanya Shaerin.

Pelayan wanita itupun menunjukan kamar Jayendra yang ternyata tidak jauh dengan kamarnya berada, hanya terhalang satu kamar saja.

Untuk beberapa saat gadis itu terdiam sambil menghirup udara sehingga memenuhi paru-parunya.

Dengan keberanian yang ia punya, Shaerin pun mengetuk pintu dan setelah mendengar sahutan dari dalam ia pun langsung masuk.

Terlihat Jayendra yang sedang duduk di kursi sambil menatap layar laptop, setelah melihat kedatangan Shaerin pandangan laki-laki tampan itupun teralihkan.

"Simpan saja dimeja."

Dengan perlahan Shaerin melangkahkan kakinya mendekati meja kerja Jayendra lalu setelah itu meletakan segelas cangkir berisi kopi di atas mejanya.

Saat hendak memutar tubuhnya untuk segera pergi dari kamar itu dengan cepat Jayendra menahannya.

"Tunggu."

Langkah Shaerin terhenti lalu dengan perlahan menatap Jayendra dengan perasaan yang takut karena laki-laki itu sudah beranjak dari tempat duduknya.

Langkahnya semakin mendekati Shaerin yang saat itu jantungnya sudah berdetak dengan sangat cepat.

"A-ada apa tuan? saya ingin kembali ke kamar saya karena kurang enak badan." ucapnya dengan sangat gugup, ia pun dengan perlahan melangkahkan kakinya mundur sehingga punggungnya menabrak tembok.

Jayendra mengunci tubuh Shaerin dan mendekati wajahnya ke telinga gadis itu.

"Apakah kau menikah dengan adikku karena uang?"

Deg!

Shaerin membisu setelah mendengar itu, walaupun dirinya miskin dia bukanlah tipikal gadis matre.

"Tidak tuan, aku hanya-"

Jayendra memundurkan kakinya agar memberi jarak dengan gadis itu, ia menarik sedikit dasinya yang hampir saja mencekiknya.

"Katakan saja dengan jujur, jika bukan karena uang lalu apalagi?" tanya Jayendra kembali bersuara.

"Aku sudah melihat data kehidupanmu, dan sepertinya kau menerima perjodohan itu karena menginginkan uang dari adikku?"

"Jika memang membutuhkannya, aku bisa memberikannya kepadamu, tapi dengan satu syarat."

Shaerin masih membisu di tempat, ia menggerutu dalam hati dan mengumpati laki-laki yang ada dihadapannya ini.

"Adik dan kakak sama saja, apakah Granesia memberikan informasi yang salah?" batinnya.

"Aku tahu hidupku tidak berkecukupan, tapi aku tahu batasan. aku tidak berniat untuk menginginkan atau mengambil uang dari adikmu itu karena aku bisa mencarinya sendiri,"

"Jika Tuan sudah tidak ada urusan lagi denganku, aku izin undur diri." ucapnya lalu pergi meninggalkan Jayendra yang saat itu sedang mencerna ucapannya.

***

Apa sih Jay bikin kesal dah, ada yang penasaran dengan hubungan adik kakak ini?

Terpopuler

Comments

nesya

nesya

awas aja Jay, nanti km jg jatuh cinta sm shaerin br tahu rasa kamu ya

2023-12-29

0

Laini Johan

Laini Johan

jngn sampai siang jatuh cinyta

2023-07-04

0

Memelia Paixao

Memelia Paixao

Pasti saudara tiri

2023-06-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!