18

Paginya saat Kaivan hendak pergi ke dapur, ia terkejut saat melihat Shaerin yang keluar dari kamar pelayan dengan rambut yang sedikit acak-acakan.

"Nona kecil kenapa tidur di kamar Bi Tiara?" tanya laki-laki itu.

"Jangan tanyakan kepadaku, tanyakan saja kepada Tuanmu itu."

Di meja makan sudah ada Jayendra, Clarie, Kenan dan juga Ziel yang hendak memulai sarapannya.

"Kenapa dia muncul di kamar pelayan? apakah Ziel mengusirnya dari kamar?" batin Clarie merasa senang.

Ziel menghembuskan nafasnya lalu meninggalkan meja makan untuk menyusul istri kecilnya ke dalam kamar.

"Barang-barang yang ada dimeja, kau mendapatkannya dari mana?" tanya Ziel menghentikan langkah Shaerin yang hendak masuk kedalam kamar mandi.

"Oh itu, aku membelinya bersama Kenan."

"Cih, kau menggoda adikku untuk memoroti uangnya?"

"Sikapmu tidak jauh berbeda seperti Ibumu." lanjutnya.

Shaerin tidak terima jika Ziel menyamakan dirinya seperti Ibu kandungnya sendiri, mau bagaimana pun dia merasa sakit hati.

"Tuan, tolong jangan samakan aku dengan ibuku, aku tahu dia seperti itu dan kau tidak berhak untuk menghina ibu ataupun keluargaku." kata Shaerin dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kau membelanya? ibumu bahkan menjualmu ke laki-laki kaya, dia tidak perduli dengan masa depan dan harga diri anaknya sendiri,"

"Buah tidak akan jatuh dari pohonnya, kau mungkin-"

"Aku mungkin juga mengikuti jalan ibuku, melayani pria hidung belang diluaran sana? apa itu maksudmu, Tuan?" tanya Shaerin, telapak tangannya sudah ia kepalkan.

Ziel terdiam saat melihat tetasan air mata yang jatuh ke pipi gadis kecil itu, ia menjadi emosi karena takut jika Shaerin akan menggoda adiknya, seperti Delvya yang selalu menggoda dan melayani pria tua kaya raya.

"Aku masih punya harga diri, dan tubuhku mahal, aku tidak akan membiarkan pria manapun untuk mencicipi tubuhku, sekalipun itu adalah suamiku sendiri."

Saat ini Shaerin merasa harga dirinya sudah di injak-injak oleh seorang Ziel Algio, bagaimana jika tidak kesal karena laki-laki itu malah menuduhnya telah melakukan hal yang tidak-tidak seperti Delvya.

Dengan kesal Shaerin masuk kedalam kamar mandi, ia tidak perduli dan akan melupakan perkataan Ziel yang menyakiti hatinya.

"Anggap saja angin lewat, aku harus kuat, kau pasti bisa Shaerin!" ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

Pagi itu Shaerin lebih memilih untuk naik bus, ia menolak perkataan Tiara yang menyuruhnya untuk naik mobil dan diantar oleh sopir ke sekolah.

Ziel juga tidak perduli dengan istrinya, masa bodoh istrinya akan pergi kemana dan sekarang dia benar-benar sangat kesal sekali.

Clarie yang melihat itu tersenyum dalam hati, ia berpikir jika laki-laki itu masih menyukainya.

.

.

.

"Ketua kelas yang akan membagikan kelompok, satu kelompok maximalnya tiga orang."

Nevan melangkahkan kakinya untuk mengumumkan kelompok seni, guru menugaskan untuk membuat karya seni tiga dimensi.

"Oke jadi itu kelompok buat hari ini, semuanya sudah dapat kelompok kan?" tanya Nevan.

"Nevan, aku belum dapat kelompok." kata Shaerin sambil mengangkat kanan kanannya.

Semua mata tertuju kearah Shaerin, terutama Nevan. "Sudah dapat, sekelompok denganku." katanya sehingga membuat orang yang ada dikelas itu berbisik-bisik.

"Nevan sepertinya sudah di goda oleh anak buangan itu."

"Cih, sifatnya turun temurun ternyata."

Granesia menatap sendu wajah Shaerin yang saat itu sedang menahan tangis, gadis itu juga manusia dan dia memiliki hati.

"Tapi-"

"Tidak ada penolakan atau kau tidak akan mendapatkan kelompok."

Dengan perlahan Shaerin menghembuskan nafasnya, ia terpaksa harus sekelompok dengan Nevan, laki-laki yang di idolakan satu sekolah.

"Tenang Sha, masih ada aku." ucap Granesia yang ada di samping mejanya.

Shaerin menganggukan kepalanya sambil memaksakan senyum.

***

Ziel saat itu masih ada di kamarnya, ia melihat akun media sosial milik Clarie, wanita yang dulu pernah singgah di hatinya.

"Wajar karena hubungan kita tidak pernah diketahui oleh publik, kau sendiri yang memintaku untuk merahasiakannya,"

"Aku kira kau benar-benar mencintaiku, saat kau meminta putus denganku dan lebih memilih untuk menikah dengan kak Jayendra, aku sangat kecewa sekali kepadamu."

"Ini membuatku sangat kesal sekali, kau benar-benar bodoh."

Ziel menyenderkan punggungnya di dashboard, entah kenapa pikirannya kembali mengingatkan kepada Shaerin.

"Apakah dia benar-benar marah karena ucapanku?"

"Tidak apa-apa, aku tidak perduli, memang itu yang harus aku lakukan agar gadis itu pergi dari kehidupanku."

Disisi lain Shaerin sedang memainkan ponselnya di aula sekolah, ia baru saja melihat pengumuman di mading jika beberapa minggu lagi akan kedatangan Ziel Algio, CEO tampan dan juga kaya raya.

"Dimana Granesia, dia menyuruhku untuk menunggunya disini." gumam Shaerin sambil mengotak-atik ponselnya.

Tiba-tiba saja Naera datang dan langsung membanting ponsel Shaerin ke lantai, hal itu mengundang perhatian murid yang sedang ada di aula sekolah.

"Kau kenapa?" tanya Shaerin sambil menatap ponselnya yang sudah hancur karena Naera membantingnya tadi.

"Kau mau merebut apa lagi dariku?"

Shaerin mengerutkan keningnya, tidak mengerti dengan ucapan yang keluar dari mulut gadis yang ada dihadapannya.

Terpopuler

Comments

Laini Johan

Laini Johan

knp naerra yg kepanasan

2023-07-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!