Waktu sudah semakin siang, terik matahari semakin memanas serasa membakar permukaan kulit Rasya yang sedang berjalan menyusuri jalanan kota. Peluh membasahi seluruh tubuhnya, membuat nya menghentikan aktivitas nya sejenak dengan berlindung di bawah pohon rindang di pinggir jalan.
Rasya duduk di bawah pohon besar itu seraya mengibas-ngibaskan map yang berisi kertas-kertas lamaran kerja seraya menyeka keringat yang mengalir dari pelipisnya. Tenggorokan nya terasa kering karena ini belum minum, melihat penjual minuman yang berada di tepi jalan tak jauh darinya membuat Rasya meneguk ludah. Dia merogoh tas selempang, memastikan sisa uang saat ini masih ada untuk sekedar membeli minum. Ternyata uang dua ratus ribu kemarin hanya sisa 50 ribu yang terpaksa dia harus menahan rasa hausnya sampai di rumah. Tadi saat melamar kerja dari perusahaan ke perusahaan, Rasya harus mengeluarkan uang untuk mencetak surat lamaran hingga uang dua ratus ribu nya tinggal 50 ribu juga digunakan untuk transportasi dan mencetak surat lamaran.
Sudah puluhan perusahaan yang dia kunjungi, namun belum ada satupun yang mau menerima nya. Bukan hanya penolakan yang didapat nya, ada pula yang mencemooh Rasya karena penampilan nya yang lusuh.
Memang baju yang dipakai Rasya adalah baju lama yang terlihat kusam dan lusuh. Dia tak memiliki baju bagus, dan tak punya pilihan lain selain mengenakan kemeja putih yang warnanya sudah menguning dengan bawahan celana hitam bahan yang juga terlihat kedodoran di tubuhnya. Rambutnya yang semakin berantakan akibat terlalu lama jalan kaki, serta peluh membanjiri wajah membuat nya bahkan dikira pengemis oleh satpam tadi saat akan masuk di salah satu perusahaan. Dia terkekeh geli mengingat nya, dia tidak menyalahkan orang itu mengira sebagai pengemis karena memang penampilan nya yang tak layak disebut sebagai pelamar kerja. Tapi apalah daya, apa yang dipakai saat ini merupakan pakaian paling pantas diantara pakaian yang dia punya.
Setelah rasa lelahnya sedikit hilang, Rasya kembali menyusuri jalan menuju perusahaan yang belum dia datangi. Meskipun kaki nya sudah terasa sangat berat digerakkan, tapi dia harus semangat agar bisa mendapatkan pekerjaan demi memenuhi kebutuhan rumah tangga nya dengan Saka. Dia tak akan menjadi wanita yang hanya berpangku tangan lagi karena tak ingin rumah tangga nya bernasib sama seperti sebelumnya. Walaupun dia tahu Saka bukan laki-laki seperti Dimas tapi Rasya senang jika bisa membantu suami nya.
Selangkah demi selangkah Rasya menyusuri jalanan kota, kini tiba di depan perusahaan besar di kota ini. Pandangan nya menatap ke atas bangunan di depannya yang begitu tinggi hingga mencakar langit. Dia sedikit ragu ingin masuk ke sana, pasalnya perusahaan kecil saja menolak Rasya, apalagi perusahaan sebesar ini.
Hatinya bimbang menimbang-nimbang antara ingin masuk dan tidak, dia sedikit tak berani masuk kesana karena takut akan diusir lagi seperti di perusahaan sebelumnya.
Saat pikiran nya tidak karuan, tiba-tiba saja seorang satpam mendatangi nya.
"Ada yang bisa saya bantu, mbak?" Tanya satpam yang sudah berada di depan Rasya.
"Saya ingin melamar pekerjaan, pak. Apa do perusahaan ini ada lowongan?
"Mbak nya mau melamar jadi apa?"
Satpam itu tampak meneliti Rasya mulai dari atas hingga bawah. Tatapan nya sedikit ragu, namun tetap bersikap biasa-biasa dan tak mengejeknya.
"Apa saja, pak. Saya akan bekerja apa saja, menjadi office girl juga tidak masalah." Sahut Rasya antusias. Meski Rasya lulusan S1 tapi jika tidak ada lowongan di bagian layak, Rasya akan berkerja menjadi apapun asal dapat pekerjaan.
"Owh, office girl. Kebetulan disini sedang ada lowongan menjadi sekertaris CEO dan office girl, mbak. Kalau mbaknya mau silahkan antar saja lamaran nya ke pihak HRD, mari saya antar." Satpam itu dengan ramah mengantar Rasya ke pihak HRD. Perusahaan ini memang sangat besar, jika tidak di antar pasti Rasya akan kesulitan menemukan meksipun bertanya-tanya pada karyawan di sana.
"Baik, pak. Terimakasih." Sahut Rasya tersenyum lega. Setelah seharian dia melangkahkan kaki menyusuri jalanan kota yang dipenuhi polusi serta terpancar sinar matahari yang begitu menyengat, akhirnya Rasya mendapatkan pekerjaan.
"Ini mbak ruangan nya." Pak satpam itu benar-benar mengantar Rasya sampai ke depan ruangan.
"Sekali lagi, Terimakasih, pak." Rasya menunjukkan rasa terimakasih nya karena pak pak satpam itu harus bersusah payah mengantarkan sampai ke lantai 4 yang tentunya memakan waktu.
"Sama-sama, mbak. Saya doakan semoga diterima ya, mbak. Kalau begitu saya permisi." Sahut pak satpam seraya menampilkan seulas senyum lalu berbalik arah dan berjalan menuju lift.
Setelah pak satpam itu masuk lift, Rasya menarik nafas sebelum masuk ke ruangan Setelah siap, dia baru mengetuk pintu.
"Masuk," Terdengar sahutan dari dalam.
"Selamat siang, pak." Sapa Rasya sedikit kaku pada laki-laki di depan nya.
"Kamu yang tadi di antar pak Pramono?" Tanya laki-laki itu membuat dahi Rasya mengerut membenci lipatan mencoba mengingat siapa Pramono yang di maksud.
"Maaf, Pramono siapa ya, pak? Saya tadi kesini di antar pak satpam." Jelas Rasya merasa tak tahu nama Pramono.
"Ya, satpam tadi namanya pak Pramono. Dia adalah saudara pemimpin perusahaan ini yang sering menyamar menggunakan baju satpam." Laki-laki itu menjelaskan membuat Rasya melongo namun tetap saja mengangguk.
Rasya menyerahkan map berisi persyaratan lamaran kerja yang langsung di terima laki-laki paruh baya itu. Mereka melanjutkan interaksi dengan sedikit mengobrol tentang kelanjutan cerita pak Pramono yang sering iseng menyamar sebagai seorang satpam saat ada lowongan pekerjaan di perusahaan.
"Apa kau benar-benar ingin melamar sebagai office girl?" Tanya Laki-laki itu seraya membolak-balikkan lembaran kertas di map Rasya.
"I-ya, pak. Apakah saya tidak diterima?" Tanya nya takut-takut. Masalahnya laki-laki itu menatap Rasya dengan sedikit berbeda.
"Bukan, begitu. Tapi apakah kamu tidak mau mencoba melamar menjadi sekertaris saja?" Tanya nya lagi seraya menatap Rasya. "saya lihat kamu cukup cerdas, meksipun belum memiliki pengalaman kerja tapi saya yakin kau bisa melakukannya. Menjadi sekertaris CEO bukan hanya mempertimbangkan pengalaman, tapi yang menjadi poin pentingnya adalah kegigihan dan keuletan. Asal kamu mau bertahan dan sabar saya yakin kamu bisa bekerja di sini."
"B-benarkah?" Tanya Rasya dengan mata Rasya berbinar-binar. Dia tak menyangka akan ditawari menjadi seorang sekertaris.
"Ya, jadi bagaimana? Apakah kau mau?" Tanya nya menatap intens.
"Ya, saya mau, pak." Sahut Rasya tak kalah antusias seperti tadi.
"Baiklah, kalau begitu mulai besok kau sudah bisa bekerja."
"Baik, pak. Terimakasih banyak." Rasya sangat bahagia, andai sudah tidak berada di ruangan ini mungkin Rasya akan berteriak keras saking senangnya. Di saat begini dia juga tak sabar ingin segera memberi tahu Saka. Laki-laki itu pasti sangat bahagia Rasya di terima kerja.
"Sama-sama. Dan satu lagi," Pria itu tampak mengamati penampilan Rasya dari atas sampai bawah. "untuk besok, pakailah baju yang lebih rapi,"
Rasya tertegun mendengarnya, memang tampilan nya ini sangat tidak pas untuk penampilan seorang karyawan perusahaan. Pantas saja dia ditegur seperti itu.
"Biak, pak. Akan saya usahakan." Jawab nya meksi dengan hati ragu-ragu karena memang tak memiliki baju yang lebih layak. Rasya merasa menyesal karena tak membawa pakaian bekas kakak nya yang masih layak pakai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
meE😊😊
ap mngkn itu prushaan saka?
2023-10-21
0
Wirda Wati
lanjuut
2023-06-20
0
Tutik Yunia
jadi sekretaris suaminya sendiri, tapi Saka nyamar menggunakan nama asli keluarganya. Dimas dan Rania karyawan disana juga.
2023-05-11
0