Jenny memeriksa keadaan dapur, dan ternyata kondisinya sudah sangat terkendali apalagi saat ini Chef Arnold sudah kembali lagi.
"Bagaimana Chef, aman kan?" tanya Jenny.
"Aman terkendali, Bu," sahut Chef Arnold.
"Syukurlah."
Jenny mulai memperhatikan semua pekerjaan karyawannya, dan tatapannya berhenti di Chef baru yang selalu saja membuat Jenny penasaran.
Gian tampak serius bekerja, dia tidak pernah lihat ke mana-mana, yang dia lihat hanyalah pekerjaan supaya pekerjaannya cepat selesai.
"Dia dingin banget jadi orang, saking dinginnya, kelakuan dia menjadi menyebalkan," batin Jenny.
Jenny kesal banget dengan sifat Gian yang begitu dingin, tapi sifat Gian justru membuat Jenny menjadi penasaran.
"Chef Gian."
"Iya Bu."
"Buatkan makan siang untukku, dan bawa ke ruangan ku," seru Jenny.
"Baik Bu."
Jenny pun segera pergi dari dapur dan masuk ke dalam ruangannya.
Setelah beberapa saat menunggu, Gian pun selesai dan segera mengantarkannya ke ruangan Jenny.
Tok..tok..tok..
"Masuk."
Perlahan Gian pun membuka pintu ruangan Jenny dan Gian pun masuk dengan membawa nampan makanan untuk Jenny.
"Ini Bu, makan siangnya."
"Terima kasih."
"Kalau begitu, saya pamit undur diri."
"Tunggu!"
Gian menghentikan langkahnya dan kembali memutar tubuhnya menatap Jenny, Jenny menyerahkan sebuah kunci kepada Gian.
"Ini kunci apa, Bu?" tanya Gian.
"Ini kunci motor, supaya kamu tidak usah jalan kaki lagi untuk berangkat ke sini," sahut Jenny.
"Maaf Bu, bukanya saya menolak rezeki, tapi saya tidak bisa menerima itu semua. Saya baru bekerja dua hari di sini, dan saya tidak mau membuat kecemburuan sosial di kalangan sesama karyawan. Lagipula, saya sudah terbiasa jalan kaki jadi Ibu tidak usah merasa kasihan kepada saya karena saya pun bekerja di sini untuk mendapatkan uang bukan untuk mendapatkan belas kasihan dari siapa pun. Kalau begitu saya pamit untuk kembali bekerja."
Gian pun dengan cepat keluar dari ruangan Jenny, dan Jenny tidak bisa berkata apa-apa lagi. Jenny merasa kecewa dengan jawaban Gian, padahal dia sudah berbaik hati ingin memberikan sebuah motor supaya dia tidak capek jalan kaki lagi.
"Sombong sekali dia, menolak pemberianku," kesal Jenny.
Sebenarnya Jenny tidak berniat untuk merendahkan Gian, dia hanya merasa kasihan saja saat melihat Gian pulang kerja malam dan harus jalan kaki.
Sementara itu, Gian kembali ke dapur dengan raut wajah kesalnya.
"Kenapa semua orang selalu bersikap seperti itu kepadaku? apa wajahku terlihat menyedihkan? apa aku orang yang pantas menerima belas kasihan dari orang-orang? dari dulu aku memang selalu direndahkan oleh semua orang," batin Gian.
Gian adalah seorang anak yatim piatu, sejak kecil dia diasuh oleh Neneknya. Tidak ada yang mau berteman dengan Gian, Gian selalu direndahkan karena Gian adalah seorang anak miskin.
***
Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, waktu sudah menunjukan pukul 21.00 malam dan waktunya restoran Jenny tutup.
Jenny benar-benar penasaran dengan kehidupan Gian, dia pun berniat mengikuti Gian. Jenny mulai melajukan mobilnya dengan sangat pelan dan jaraknya jauh dari Gian supaya Gian tidak curiga.
Hingga, setelah beberapa saat mengikuti Gian, Gian pun masuk ke sebuah rumah yang Jenny lihat itu seperti kontrakan. Karena jalannya kecil, Jenny pun memutuskan untuk keluar dari mobilnya dan melanjutkannya dengan cara jalan kaki.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Gian masuk dan mencium punggung tangan Neneknya. Jenny mulai mendekati kontrakan Gian, dan dia mengintip dari balik jendela yang tirainya sedikit terbuka.
"Nenek sudah makan?" tanya Gian.
"Belum Nak, Nenek nungguin kamu."
"Gian kan sudah bilang, Nenek jangan nungguin Gian. Kalau mau makan, makan saja duluan."
"Ini nasinya hanya tinggal satu piring lagi Gian, sengaja Nenek tidak makan karena pasti kamu pulang kerja lapar."
Mata Gian berkaca-kaca, dia benar-benar sangat benci kepada dirinya sendiri karena sampai saat ini belum bisa membahagiakan Neneknya.
Gian pun memeluk Nenek yang sangat dia cintai itu.
"Maafkan Gian ya Nek, karena selama ini Gian belum bisa membahagiakan Nenek."
"Tidak apa-apa Gian, Nenek tidak minta apa-apa dari kamu. Cukup kamu sehat saja, Nenek sudah bahagia."
Gian sampai meneteskan airmatanya tapi Gian dengan cepat segera menghapus airmatanya, dia tidak mau Neneknya sedih.
"Ya sudah, sekarang kita makan berdua ya. Biar Gian suapin Nenek, mudah-mudahan besok Gian punya rezeki dan Gian akan membeli beras untuk makan kita berdua."
"Amin."
Gian pun menyuapi Neneknya dan bergantian dengan dirinya. Sementara itu, Jenny yang dari tadi mengintip dari luar sudah meneteskan airmatanya. Jenny tidak menyangka kalau Chef tampan itu hidupnya penuh dengan kesedihan.
*
*
*
Yuk yang mau ikutan event votenya, edisi 1-28 Februari...
Juara 1 : 75k
Juara 2 : 50k
Juara 3 : 35k
Kalian juga bisa memberikan komen terbaik kalian karena akan ada pulsa untuk 5 orang komen terbaik dan masing-masing mendapatkan pulsa 20k....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Patrick Khan
.kasian gian dan nenek nya..
.sehat2 y nek
2024-01-05
1
Fandek
Semoga aja Gian mau dibantu sm Jenny
2023-04-05
2
☠☀💦Adnda🌽💫
pantesan gian sedikit menutup diri... nggak taunya hidupnya menyedihkan 😢😢😢
2023-03-15
1