Santet
Berteriak, kesakitan, perut membuncit. Di luar rumah hujan gerimis disertai suara tawa cekikikan mahluk halus, kuntilanak, Pocong dan Jin mematung di depan pintu, malam hari yang begitu mencekam, Danar yang merasakan kesakitan luar biasa dan berteriak, sontak membuat anak dan istrinya kaget dan terbangun.
"Bapak kenapa? bapak kenapa? teriak-teriak." Ucap istri Danar, Sulastri.
"Bapak kenapa teriak? ibu, bapak mengapa? ibu." Ucap anak Danar, Mawar.
Danar yang terus berteriak kesakitan sambil memegang perut yang semakin lama semakin membuncit.
"Haduh sakit, haduh sakit. Sakit." Danar menangis sejadi-jadinya.
Sulastri yang kebingungan dan merasa panik ketika melihat perut suaminya Danar terus membuncit. Kini Sulastri berteriak, karena dibalik jendela kamar terlihat dua sosok mengerikan. Kepala buntung dan kepala yang berlumuran darah, mata bersinar merah dan bertaring. "Aaahhhhhhh. Setan Aaah setan Aah Setan."
Mawar yang semakin panik ketika melihat ibunya Sulastri berteriak histeris, kini Mawar memberanikan diri, untuk meminta bantuan kepada warga. Mawar berteriak. "Tolong, tolong."
Tetapi tidak ada warga yang mendengar nya, kini Mawar mencoba memberanikan diri keluar rumah, untuk meminta pertolongan kepada warga atau kepada siapa saja yang masih bangun pada malam hari.
Ketika Mawar membuka pintu rumah, Mawar terperanjat kaget dan membanting pintunya kembali, saat membuka pintu Mawar melihat sesosok Kuntilanak dan Pocong yang momoknya menyeramkan, belatung di wajahnya, bau amis yang terhirup oleh Mawar membuat Mawar muntah.
Tetapi ketika Mawar mendengar teriakan bapak nya yang histeris dan ibunya yang berteriak seperti kerasukan, kini Mawar membuka pintu rumahnya dengan memejamkan mata, langsung Mawar berlari ke arah Kuntilanak dan Pocong, Mawar merasa menembus kedua mahluk menyeramkan itu, tubuh Mawar merinding dan merasakan tubuhnya sedingin es.
Mawar memberanikan diri berteriak tetapi tak ada warga satupun yang keluar untuk menolongnya, kini Mawar berlari ke rumah pak Rt, langkah Mawar begitu berat seperti ada yang menindih tubuhnya, Mawar merasakan tubuhnya semakin berat dan rasa yang dingin juga merinding di seluruh tubuhnya.
Mawar berteriak. "Tolong tolong." sambil berlari ke rumah pak Rt.
Malam yang mencekam, tak ada orang yang mau keluar menolongnya, kini Mawar masuk ke pekarangan rumah pak Rt, Mawar mengantuk pintu rumah pak Rt dengan sangat keras dan berteriak, karena ketakutannya yang sudah tidak bisa lagi ditahan dan dikendalikan.
"Pak Rt tolong Mawar, pak Rt tolong Mawar, pak Rt tolong Mawar." Tangan Mawar dengan keras mengetuk pintu rumah pak Rt.
Di belakang punggung Mawar ada sesosok Kuntilanak yang sedari tadi mengikuti Mawar, sehingga tubuh Mawar merinding dan terasa berat.
Di dalam rumah pak Rt.
"Pak, pak, bangun pak, pak bangun, pak, pak bangun, itu di luar ada yang teriak minta tolong seperti suara Mawar anaknya pak Danar." Ucap Bu Rt, sambil menggoyang kan badan suaminya.
Pak Rt terperanjat bangun dan langsung berlari ke arah pintu. Suara Mawar yang semakin keras, ketukan pintu yang semakin keras, kini pak Rt membuka pintu rumahnya, terlihat Mawar yang begitu panik dan langsung masuk ke dalam rumah pak Rt dan langsung memeluk bu Rt. Mawar menggigil kedinginan, isak tangisnya terdengar keras.
"Mengapa Nak Mawar? mengapa Nak Mawar?" tanya bu Rt.
Mawar tidak langsung menjawab melainkan memeluk erat bu Rt, sambil terisak isak dan ketakutan.
"Pak mengapa ini nak Mawar, pak mengapa jadi begini ada apa ya, pak tolong cari tahu ke rumahnya nak Mawar, bersama warga, mungkin nak Mawar trauma atau telah terjadi sesuatu di rumahnya pak." Ucap bu Rt.
"Iya bu, bapak akan melihat ke rumah pak Danar bersama warga." Jawab pak Rt.
Pak Rt kini keluar sambil membawa senter dan membunyikan pentungan dengan keras. "Teng teng teng teng teng teng."
"Bangun, bangun ada kejadian. Bangun, bangun, bangun." Teriak pak Rt sambil membunyikan pentungan. Sontak warga bermunculan ketika mendengar pentungan yang keras dan dibarengi suara teriakan pak Rt.
"Ada apa ini, ada apa ini." Ucap warga.
"Cepat kita ke rumah pak Danar, tadi Mawar seperti ketakutan ke rumah saya, dia berlari dan meminta tolong, takut terjadi sesuatu pada bapak dan ibunya Mawar, ayo cepat." Ucap pak Rt. mengajak warganya. Kini pak Rt dan warga menuju rumah Pak Danar.
Di rumah pak Rt.
Mawar yang masih memeluk erat bu Rt kini melepaskan pelukannya dan masih bengong melihat bu Rt. Bu Rt yang melihat Mawar merasa kasihan dan merasa iba, kini bu Rt mengambil segelas air putih untuk diberikan kepada Mawar, untuk di minumnya agar membaik dan bisa menjawab saat di tanya bu Rt.
"Bu Rt, bu Rt." Suara Mawar yang begitu menyedihkan dan sorot mata yang kosong.
"Iya nak Mawar, ini bu Rt, jangan takut, coba perlahan jelaskan apa yang terjadi sehingga nak Mawar malam-malam begini lari berteriak ke rumah bu Rt, sebenarnya ada apa nak Mawar." Ucap bu Rt.
"Bu.. Bu Rt Mawar takut. Bu, Mawar takut. Takut." Ucap Mawar sambil menangis dan memeluk erat kembali bu Rt.
"Tenangkan dulu nak Mawar yah, ini udah ada ibu Rt di sini, jangan takut coba bicara pelan pelan saja, apa yang menimpa nak Mawar, sampai nak Mawar seperti ini, coba perlahan ceritakan pada bu Rt yah, siapa tahu ibu Rt bisa bantu nak Mawar dan nak Mawar tidak takut begini." Ucap bu Rt, yang mencoba menenangkan Mawar dari rasa ketakutanya.
"Bu Mawar takut bu." Ucap Mawar.
Mawar yang masih memeluk erat bu Rt kini melepaskan pelukannya dan mulai melihat bu Rt dengan rasa lega. Tetapi tatapan mata Mawar kosong dan masih belum ingin berbicara kepada bu Rt. Bu Rt yang sabar mencoba menenangkan Mawar dengan memeluk dan mengusap usap kepalanya serta menyuruh Mawar minun lagi air putih.
"Nak Mawar sudah merasa membaik kah." Tanya bu Rt.
Mawar tidak menjawab pertanyaan bu Rt melainkan melihat bu Rt dengan tatapan kosong dan tersenyum sedikit terpaksa.
"Bu Rt, mengapa ini bisa terjadi pada Mawar, Mawar takut, Mawar takut bu." Ucap Mawar.
"Sabar nak yah, sabar nak Mawar sabar." Ucap bu Rt.
Bu Rt yang tidak ingin Mawar merasakan ketakutan lagi, kini tak memberikan pertanyaan, hanya menunggu Mawar bicara saja, kini bu Rt hanya bisa memeluk dan mengusap usap kepala Mawar.
Bu Rt yang merasa kasihan pada Mawar karena Mawar sudah seperti anaknya bu Rt sendiri, karena dari kecil sampai sekarang Mawar suka main ke rumah bu Rt, tak terasa air mata bu Rt menetes ketika melihat Mawar ketakutan dan menatap kosong ke arah bu Rt.
Bu Rt yang tidak memiliki anak, kini merasakan kekhawatiran seorang ibu saat melihat anaknya ketakutan yang entah mengapa bisa seperti itu, bu Rt yang tak sadar meneteskan air mata kini memeluk nak Mawar dan hanya bisa berkata. "Nak Mawar sabar, nak Mawar harus sabar."
Mawar hanya melihat bu Rt dengan tatapan yang kosong, yang membuat bu Rt semakin hawatir, bu Rt merasakan kesedihan yang entah mengapa bisa seperti ini, Mawar yang selalu ceria saat bermain ke rumah bu Rt, kini Mawar menjadi murung dan terlihat kosong...,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Mulyati Wahyuni
kalimatx banyak betul yg di ulang ulang kaya ank tk kita bacanya hadeeh
2023-10-22
0
Edi yuzzardy
banyak kata2 di ulang..bosen bacanya juga ..bu rt takut bu rt takuttt...sampai 100x d ulang biar nemoel di kepala hahaaaaa
2021-12-26
1
Qiana
⭐⭐⭐⭐⭐
2021-08-27
0