Kembali Ke Tempat Yang Sama

"Kakak, tolong aku!" Teriak Firna.

"Ada apa dengan Firna?" Tanya Sabili.

"Ayo segera kita lihat dia. Aku takut terjadi apa-apa padanya." Jawab Sabila.

Mereka segera berlarian menghampiri Firna. Ternyata dia sedang menangis karena ada hewan pacat yang menempel pada kakinya.

"Ada pacat Kak." Ujarnya.

Sabila mengambil ranting kecil dan melemparkan pacat ke sembarang arah.

"Kakak kirain kamu melihat apa." Ujar Sabili.

"Pacat 'kan juga menyedot darah Kak. Dia seperti zombie, sungguh menyeramkan menggigit." Jawab Firna.

"Sudahlah, ayo kita segera pergi dari sini." Ajak Sabila.

Mereka segera berlari, melangkahkan kaki masing-masing menuju tempat Septi dan teman-temannya.

"Bagaimana kamu tadi Firna, tidak ada apa-apa 'kan?" Tanya Septi.

"Tidak ada Kak, aku baik-baik saja. Terimakasih iya Kakak Sabila dan Sabili yang sudah menemaniku." Tutur Firna. Dia menoleh ke Septi terlebih dulu, baru beralih pada mereka berdua.

Tak berselang lama, Tantri mengerjapkan matanya. Dia sudah sadar dari pingsannya.

"Aku di mana? Ini kenapa gelap." Ujar Tantri.

"Kita daritadi berputar-putar terus ke jalan yang sama. Sepertinya ada makhluk dari alam lain yang sengaja mempermainkan kita." Jawab Septi.

"Ayo kita segera pergi. Aku tidak ingin lebih lama lagi di sini. Aku takut, ini sangat mengerikan." Jawab Tantri.

"Iya sudah, ayo kita cari jalan keluar bersama." Jawab Lila.

Mereka segera beranjak dari duduknya. Mereka melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.

"Kok bulu kudukku tiba-tiba merinding, seperti ada sesuatu di belakang kita." Ujar Lila.

"Iya, aku juga merasa seperti itu." Timpal Sonia.

"Jangan menakut-nakuti aku yang lagi parnoan dong." Sahut Tantri.

Perlahan kepala mereka menoleh ke belakang. Terkejut mendapati makhluk tinggi besar, membuat mereka semua berlari tunggang langgang. Semuanya berteriak sambil terus melangkahkan kaki untuk berlari.

"Apa yang harus kita lakukan. Kenapa kita kembali ke tempat semula lagi." Keluh Tantri.

"Ayo segera lari dan kabur dari sini." Ujar Lila.

"Bagaimana bila kita kembali lagi ke sini. Benar-benar melelahkan, kakiku rasanya mau copot sebelah." Keluh Sonia.

"Iya, kita berdua juga serasa tidak sanggup." Ucap Sabila

"Lebih baik kita istirahat dulu." Tambah Sabili.

"Kalau kita kebanyakan istirahat, kapan kita akan sampai." Ujar Firna. Dia seperti sudah tidak sabar untuk segera pergi.

"Lanjutkan saja perjalanan, nanti kita tidak bisa keluar bila sering berhenti." Sahut Riana.

Mereka yang menolak, akhirnya mengangguk. Segera berlari mengikuti langkah teman-teman yang lainnya.

Hingga waktu sore tiba, masih saja mereka tidak menemukan Jalan keluar. Semuanya buntu, kembali ke tempat semula lagi dan lagi.

"Ini lelah sekali. Aku sudah tidak sanggup?" Ucap Firna.

"Eh bocah, kita juga capek." Celetuk Sonia.

Sabila dan Sabili mengusap peluh yang menempel di dahinya. Mereka terlihat seperti orang yang baru saja lari maraton. Mereka duduk di bawah pohon, ada juga yang berjongkok. Septi memainkan ranting kayu, dan mencungkil tanah-tanah.

'Kenapa harus terjebak di sini, bertemu dengan makhluk dari alam lain. Kalau tahu bakalan seperti ini aku menginap ke tempat Kak Heru saja. Tapi kan rumahnya jauh, kalau tidak mungkin aku akan menginap di sana.' Batin Septi.

"Ini semua karena saudara tiri dan ibu tiriku. Mereka yang membuat kita menjadi seperti ini." Ucap Firna dengan berapi-api.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!