Suara Aneh

Septi meraba-raba sekitarnya. Berharap dia bisa menemukan sebuah kayu yang akan membantunya berdiri. Kayu yang panjang akan bisa jadi tongkat pikirnya.

"Aku harus meminta bantuan pada siapa. Ponselku ada di dalam tas lagi. Sekarang tasnya ada di dalam mobil." Monolog Septi.

Dia merasakan ada sesuatu berdiri di depannya. Tubuhnya besar dan menyeramkan, dia terlihat separuh.

Septi mendongak "Aaaa" Berteriak sambil menutup kedua mata dengan telapak tangannya.

Terus saja berteriak, hingga dia tidak menyadari keberadaan seseorang. Pundaknya ditepuk lembut, tapi dia malah menambah kekuatan teriakan suaranya.

"Aduh, jangan hantui aku." Ucap Septi.

"Siapa yang mau menghantui kamu." Ucap seseorang. Ternyata dia adalah manusia, bukan hantu seperti yang Septi pikirkan.

Septi membuka kedua matanya, dan langsung memeluk orang yang ada di depannya.

"Sonia, aku takut. Kalian ke mana saja sih?" Ujarnya.

"Kami mencarimu Septi. Kamu sih tiba-tiba saja berlari tanpa menungguku dan Riana lagi."

"Aku terburu-buru, karena aku takut melihat gendruwo itu. Aku ingin kita cepat pergi dari sini."

"Kelihatannya dia selalu mengikutimu iya. Buktinya kita sudah pergi jauh tapi masih saja dia ada di sini. Padahal kan asal mulanya kamu melihat dia di gubuk." Sahut Lila.

Riana menggoyangkan tubuhnya, supaya Firna terbangun. Namun ternyata dia sudah tidur pulas, sulit untuk dibangunkan.

"Maaf iya Riana?, adikku jadi merepotkanmu." Ucap Septi.

Riana tersenyum. "Tidak apa kok Septi, santai saja." Jawabnya.

"Terimakasih buat kalian semua yang sudah mau menjaga adikku." Ucap Septi.

"Santai saja. Kita ini kan sahabat." Jawab Lila.

"Iya Septi. Tidak perlu sungkan seperti itu." Tambah Tantri.

Sabila dan Sabili membantu Septi berjalan. Mereka berdua memapah tubuhnya dengan kompak.

****

"Aduh capek sekali. Aku merasa lelah, mengerjakan ini dan itu sendirian." Ita mengeluh.

Tangannya mengelap-elap kaca jendela. Dia juga membersihkan rumah. Ibunya pergi ke sawah untuk memanen padi.

"Apa aku juga kabur dari rumah seperti saudara tiri ku. Tapi aku harus ke mana coba." Bertanya pada diri sendiri.

"Assalamualaikum!" Terdengar ucapan salam dari luar rumah.

Ita segera berlari membuka pintu. Berharap seseorang datang dan memberikannya makanan yang lezat. Sayangnya, semua jauh dari imajinasinya.

"Waalaikumus'salam." Jawab Ita.

Dia membuka pintu. Ternyata itu adalah Heru kakak tirinya.

'Pasti dia mau mencari Septi. Cih, malas sekali untuk menjawabnya.' Batin Ita.

"Septi dan Firna ke mana dia?" Tanya Heru.

"Tidak tahu kak, dia kabur dari rumah." Jawab Ita seadanya.

"Dia kabur karena ibu kamu siksa kan."

"Apaan sih kak, orang dasarnya mau kabur."

"Jangan bohong kamu. Mengaku saja di mana mereka?"

"Aku tidak tahu kak. Aku sudah menjawab dengan jujur."

"Mereka sudah menghilang ditelan bumi." Sahut seorang wanita di belakang Heru.

Dia ternyata si ibu tiri. Dia menatap tajam ke arah Ita. Membuat Ita menunduk takut, sekarang si ibu menjadi berubah. Sudah tidak pernah memanjakannya lagi.

Heru menoleh ke sumber suara yang menyahut tadi. Dia tidak senang dengan ibu tirinya yang pilih kasih ini.

"Jaga omongan ibu iya. Adik-adik kandungku pasti masih hidup."

"Kamu cari saja sana. Kamu pikir ibu peduli." Jawabnya.

"Iya. Aku akan mencarinya sampai ketemu dan mengajaknya untuk tinggal bersama denganku." Heru segera pergi meninggalkan mereka yang terdiam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!