Petunjuk

Pak ustadz itu tertidur dengan nyenyak, tiba-tiba saja hadir Septi di dalam mimpinya. Dia terlihat ketakutan bersama Firna meminta-minta pertolongan.

"Tolong! Tolong kami yang tersesat di alam lain." Ucap Septi.

Firna menangis tersedu-sedu memeluk kakak perempuannya itu.

"Kak Septi aku takut." Ujarnya dalam tangisan.

Pak ustadz tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dia menyadari bahwa dua perempuan itu mungkin adik-adiknya Heru.

"Aku harus memberitahu Heru soal mimpiku ini. Mungkin saja ini adalah sebuah petunjuk." Monolog pak ustadz.

Keesokan harinya, mereka melanjutkan lagi perjalanan. Mereka mencari Sabila dan Sabili yang belum ditemukan, sekaligus mencari jalan keluar.

"Sampai sekarang Sabila dan Sabili belum ditemukan." Keluh Tantri.

"Iya, padahal aku ingin sekali kita bisa keluar dari sini bersama-sama." Jawab Lila.

"Mereka pasti tidak kenapa-napa." Sahut Sonia.

"Iya, kalian harus yakin." Timpal Septi.

"Sampai sekarang Kakak-kakak cantik belum kembali." Ujar Firna.

"Iya, aku juga tidak tahu kemana mereka pergi." Ujar Septi.

"Hujan telah reda, maka kita harus bersemangat untuk kembali mencari jalan keluar." Firna mengangkat tangannya di atas udara.

"Oke, kita pasti terus berjuang. Maju terus pantang mundur." Sorak teman-temannya penuh semangat.

****

Di sebuah rumah sederhana, terlihat seorang wanita paruh baya yang memperhatikan anaknya yang sedang bekerja. Mulutnya mengoceh panjang dan lebar, bila ada tindakan yang tidak disukainya.

"Aduh Ita, bisakah cepat sedikit mengepelnya. Kenapa seperti keong sih kamu." Gerutu sang ibu.

"Mami aku sudah berusaha cepat. Aku lelah setiap hari harus membersihkan rumah." Keluh Ita.

"Giliran makan enak saja kamu tidak mengeluh. Kalau disuruh bekerja, kamu pasti terlihat tidak ikhlas." Ibunya membawa sapu. Memukul-mukul si Ita yang melawan.

Ita segera berlari karena kesakitan, dia menyendiri dan menangis di bawah batang pohon.

"Aku sadar, ternyata tidak enak menjadi posisi Septi dan Firna. Aku menyesal, harusnya aku tidak jahat pada mereka." Monolog Ita, di tengah derasan air mata yang membanjiri.

****

"Heru, aku ingin menyampaikan sesuatu padamu." Ujar pak ustadz.

"Tentang apa itu Pak?" Tanya Heru.

"Tentang adik-adikmu yang masuk ke dalam mimpi. Mereka memohon pertolongan." Tutur pak ustadz.

"Mungkin itu sebuah petunjuk. Bisa saja mereka sekarang sedang tersesat." Ujar Heru.

Vini membawakan nampan berisi minuman. Dia meletakkannya di atas meja. Sengaja memberikan pak ustadz jamuan.

"Diminum dulu Pak." Tawar Vini.

"Terimakasih." Pak ustadz menganggukkan kepalanya, dia meminum air teh yang telah disuguhkan.

Vini hanya menunduk sambil tersenyum.

"Kalau saran saya, banyaklah berdoa untuk adik-adikmu. Sepertinya mereka tersesat di alam lain." Tutur pak ustadz.

"Maksudnya mereka sekarang berada di alam ghaib?" Tanya Vini.

"Mungkin saja seperti itu. Salah satu untuk mengalahkan ketakutan, adalah dengan keimanan. Mereka harus berani terhadap makhluk halus." Ujar pak ustadz.

"Apa mungkin mereka masuk ke dunia lain. Aku jadi semakin mencemaskan mereka." Tutur Heru.

Pikirannya melayang memikirkan sebuah hutan yang lebat. Terlintas raut wajah adik-adiknya yang meringis menahan lapar.

"Tenanglah, berdoa saja supaya mereka kembali dengan selamat. Jangan lupa untuk semakin mendekatkan diri pada sang pencipta." Nasehat pak ustadz.

"Iya Pak." Jawab Heru dan Vini hampir bersamaan.

"Saya permisi pamit untuk pulang. Semoga adik-adikmu segera ditemukan." Pak ustadz mendoakannya.

"Aamiin. Terimakasih atas doanya Pak ustadz." Ucap mereka.

Pak ustadz tersenyum, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan rumah itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!