Tertimpa Dahan Pohon

"Sabili!" Panggil Riana.

"Kamu di mana?" Teriak Sabila.

"Riana, Sabila, tolong aku masuk dalam lubang." Teriak Sabili.

Mereka akhirnya menemukan Sabili, segera berlari ke sumber suara. Riana lupa Sabili terjatuh di mana, makanya mereka sibuk saling cari mencari.

Sabila dan Riana menarik Sabili ke atas, dan akhirnya dia berhasil sampai ke permukaan.

"Terimakasih iya kalian telah menolongku!" Sabili memeluk mereka.

"Iya Sabili. Ayo kita segera pergi dari sini." Ajak Riana.

Mereka berlari secepat mungkin, menghampiri tempat di mana temannya beristirahat. Api unggun yang menyala terlihat dari kejauhan.

"Teman-teman, kami sudah datang." Ujar Riana.

Terdengar suara nafas ngos-ngosan dari mulut Riana, Sabila dan Sabili. Septi menyodorkan air minum, mereka menerima pemberiannya. Segera ditegukkan ke dalam kerongkongan mereka yang sudah kering.

Lelah berlari tentu mereka rasakan. Apalagi mencari pertolongan ke sana dan ke mari namun tidak ada.

Keesokan paginya, mereka semua beringsut. Memutuskan untuk kembali ke mobil, sadar bahwa kampung itu tidak berpenghuni.

"Teman-teman bagaimana bila kita tinggalkan mobil. Biarlah kita berjalan saja menelusuri jalan." Lila memberikan usulannya.

"Benar yang dikatakan oleh Lila." Tambah Sonia.

Mereka segera berlari sekencang mungkin. Barang-barang di dalam mobil sudah diambil, mereka tidak memperdulikan lagi mobil yang rusak itu. Intinya mereka ingin keluar tanpa harus dihantu-hantui.

"Loh kok berputar ke jalan ini lagi." Ujar Tantri.

"Iya, sepertinya ada makhluk dari alam lain di sekitar sini." Ucap Sonia. Dia merasakan bulu kuduknya berdiri.

"Aaaa!" Firna menjerit melihat gendruwo di atas dahan pohon.

Mereka berlari sekencang-kencangnya. Tiba-tiba saja terjatuh dahan pohon yang besar menimpa kepala Tantri.

"Tantri, kamu baik-baik saja?" Tanya Sonia.

Lila menepuk pelan pipi Sonia. Mereka kompak menggoyang-goyangkan tubuhnya. Bersama-sama menyingkirkan dahan pohon yang menimpa tubuhnya.

"Tantri sepertinya pingsan teman-teman." Tutur Septi.

"Lalu kita harus bagaimana? Aku mau segera keluar dari sini." Tanya Sonia sembari memberi penjelasan.

"Siapa sih yang tidak mau keluar dari sini Sonia. Aku juga sama seperti kamu mau keluar. Tapi daritadi kita selalu kembali ke tempat yang sama." Jawab Lila.

"Iya betul itu." Tambah Riana.

"Bantu aku mengangkat tubuh Tantri." Ujar Septi.

Mereka membantu mengangkat tubuh Tantri. Membawanya berteduh di bawah pohon.

"Ada minyak angin, atau minyak kayu putih." Pinta Riana.

Sabila mengambil minyak angin dan memberikannya pada Riana. Dia membuka penutup minyak angin dan mengoleskan pada tangannya.

"Dia masih pingsan." Ucap Lila.

"Iya, sampai kapan kita akan di sini." Tambah Sonia.

"Aku tahu kalian panik. Tapi kita harus pulang bersama-sama, karena kita masuk ke dalam sini bersama." Tutur Septi.

"Iya, kita tidak mungkin meninggalkan Tantri. Kita ini sahabat, semuanya hadapi bareng-bareng." Tambah Riana.

"Yang Riana bilang benar. Kita tidak boleh berpencar, karena akan sulit kita bertemu kembali."

"Iya Septi."

"Kak, aku kebelet mau pipis nih." Ujar Firna.

"Kamu berani tidak sendirian?" Tanya Septi.

"Aku tidak berani kak. Aku takut."

"Ayo kami temani." Ujar Sabila dan Sabili bersamaan.

Mereka segera beranjak dari posisinya yang sedang jongkok. Menuntun si Firna yang sedang ketakutan menuju semak-semak.

"Kamu buang air kecilnya di bawah pohon itu saja. Kami akan menunggu di sini." Ujar Sabila.

"Iya Kak." Jawab Firna.

Dia segera bersembunyi dibalik pepohonan. Dia memutuskan untuk buang air kecil di sana saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!