20 : Gempa Laut Jawa

20-08-1805

Kepulauan seribu, provinsi galuh.

Dipagi yang cukup mendung, para nelayan tengah menangkap ikan seperti biasa di laut jawa.

Sebagian dari mereka menggunakan pelampung yang diberikan secara gratis oleh pemerintah kesultanan jika terjadi badai yang membuat kapal mereka karam.

Meski para nelayan yang ada dinusantara bisa berenang dengan baik namun tidak akan mungkin melawan alam yang sudah diatur oleh allah.

Seorang nelayan dengan perawakan sunda tengah beristirahat usai menangkap ikan dengan jaring.

Ia sedang membaca koran mingguan yang ia beli pagi tadi.

"Wahh kesultanan resmi punya armada baru! Dan lagi semuanya kapal logam"

"ukurannya juga sebesar benteng, mungkin lebih cocok dianggap benteng lautan dari pada kapal?"

Anaknya yang sedang duduk menikmati angin lautan pun mendekatinya karena penasaran.

"Bapak ada apa dikoran?"

"Hanya berita kemajuan kesultanan, ada berita baginda sultan berkunjung ke desa terpencil juga"

"Begitu ya, pak ada berita tentang tentang militer kesultanan tidak?"

"Ada, ini penerimaan tentara kesultanan di akademi militer udah dibuka"

"Mana pak, rudi mau baca!"

Mendengar antusias anaknya, sang ayah hanya tersenyum dan memberikan korannya.

Saat sedang memandangi sekitar laut yang tenang, tiba-tiba muncul ombak yang cukup tinggi kearah mereka.

Sang ayah melihat ombak tidak wajar itu segera menyalakan mesin uap perahunya mengayuh menjauh.

Ombak yang semakin dekat pun membuat kapal bergoyang namun tidak sampai membahayakan pelayaran.

Ombak itu pun melewati perahu mereka dan terus melaju kearah pesisir.

Nelayan yang menyadari kejadian selanjutnya jika ombak mencapai daratan pun berdoa demi keselamatan orang-orang di pelabuhan jakarta.

Pelabuhan tanjung priok, jakarta utara.

Para pedagang dan pendatang memenuhi pelabuhan terbesar dan terpadat ke-2 di kesultanan sunda, pelabuhan terpadat di kesultanan sunda berada di Kota kudus, provinsi mataram.

Didunia nyata kota kudus bukanlah kota pelabuhan, namun didunia ini kota kudus adalah tempat persinggahan antara kapal yang berasal dari eropa, cina, india, arab, dan ottoman sebelum ke maluku atau sulawesi dimana perdagangan rempah terpusat.

Kota kudus berada di teluk muria, jika didunia nyata teluk muria tidak lagi ada akibat sendimentasi dari sungai di sekitarnya yang mengakibatkan meluasnya pulau jawa.

"Ayo-ayo dibeli-dibeli, harga terjangkau! Harga terjangkau!"

"Bapak, ibu silahkan dilihat-lihat dulu. Banyak baju motif batiknya bu, warnanya juga bagus"

"Ikan-ikan! Ikan segar baru ditangkap shubuh tadi! Ikan-ikan!"

Perdagangan di area luar pelabuhan selalu ramai dan juga banyak terjadi tawar-menawar antara pedagang dan pembeli, namun itu hanya berlaku untuk pembeli lokal.

Pembeli dari luar negri biasanya bingung bagaimana harus menawar dan akhirnya hanya busa setuju dengan harga yang ditetapkan penjual.

"Pak berapa kain batiknya?"

"Yang mana pak? Yang merah atau yang kuning?"

"Yang merah pak"

"Yang merah satu meter harganya 16 koin perak pak"

"Aduh bisa kurang gak pak?, 10 saya beli"

"Gak bisa pak, harga mentok saya kasih 14 koin perak"

"Yudah pak saya beli, nih uangnya"

"Iya pak, ini kainnya"

Beberapa pengunjung ottoman menatap pembeli dan penjual barusan dengan heran, bagaimana bisa harga yang ditentukan pedagang malah dibeli dengan harga yang lebih rendah.

"Kenapa pedagang itu setuju dengan harga yang lebih rendah dari yang dia sendiri tentukan?"

"Itu disebut tawar-menawar, perdagangan diwilayah nusantara memang begini. Ohh lihat itu"

Dari kejauhan seorang pendatang berwajah eropa sedang mencoba tawar menawar, namun hanya berakhir ditolak.

"Pak berapa harga cengkeh ini?"

"26 koin emas untuk 1 kantung"

"Ahh saya hanya punya 25 koin emas, apa anda bisa beri harga yang khusus untuk saya"

"Khusus? Khusus kau bilang! Hei dari kerajaan apa kau"

"A-aku dari denmark"

"Ohh denmark, maaf tuan tapi itu mustahil. Menurut surat perdagangan khusus nasional. Hanya prancis, prusia, dan belgia yang bisa dapat harga khusus"

"Apa?! Bukankah itu tidak adil!"

"Untuk bangsa kejam dan bar-bar seperti kalian, kurasa adil" Ucap pedagang itu sambil menghisap rokoknya.

"Kau! Dasar pedagang hina!" Teriak pendatang eropa itu dengan kesal sambil mengacungkan flinlock.

Pedagang yang diacungi flintlock hanya tertawa santai, ia lalu mengeluarkan pistol dari saku dan menembak ke langit sebanyak 3 kali.

Dor! Dor! Dor!

Ketiga tembakan itu membuat perdagangan berhenti sebentar, lalu berlanjut lagi seperti tidak terjadi apa-apa.

"Tuan seharusnya anda paham, ini sunda bukan denmark. Aturan yang ada disini mutlak pada siapapun tanpa pandang ras dan agama"

"Anda yang pertama mengacungkan senjata pada saya jadi anda tidak akan bisa selamat"

"Heh! Jika kuberi beberapa koin emas pasti aku akan dilepaskan"

"....hahh, dasar dungu. Ahh pak penjaga! Ini orangnya"

"Hei jangan bergerak kau"

"apa maksud kalian! Aku dari denmark!"

"Siapa yang peduli pantat merah! Cepat kemari, kau akan kami bawa ke penjara sementata"

"Hei tu-tunggu! Aku bisa beri kalian uang! Kalian mau berapa pasti kuberi"

"Kalau begitu 20,000 koin emas per-orang"

"A-apa! 20,000 koin emas per-orang! Itu terlalu gila"

"Dan itu denda yang kami terima jika melepaskanmu"

Seketika pria denmark itu terdiam, ia awalnya pikir penjaga dikesultanan sunda akan mudah diberi iming-iming dengan uang. Namun nyatanya denda yang mereka terima jika macam-macam dengan peraturan setara dengan uang perjalanan bolak-balik norwegia-sunda sebanyak 4 kali.

Akhirnya pria denmark itu pasrah dan di bawa ke pos untuk dimasukan ke ornjars sementara.

Pemandangan seperti ini sudah sangat sering terjadi di Kesultanan bahkan hampir setiap hari jika itu dikota.

Entah kenapa orang-orang eropa itu masih menganggap diri mereka adalah segalanya padahal mereka sangat membutuhkan ekspor rempah-rempah.

25-08-1805

Pelabuhan tanjung priok, jakarta, provinsi galuh.

Di pagi hari suasana pelabuhan nampak cukup sepi, para nelayan hanya sedikit yang melaut karena cuaca yang sedang kurang mendukung.

Terjadi badai di selat sunda yang berimbas banyaknya ombak tinggi yang mengarah ke laut jawa.

KD Tarumanegara, dek haluan.

Di laut jawa, terombang ambing sebuah kapal dagang dari perusahaan dagang milik kesultanan sunda. Kapal itu mengangkut 2000 ton barang yang terdiri dari 25% rempah, 20% obat-obatan, 5% emas batangan, 30% senjata dan amunisi untuk infantri serta 20% beras karung.

Kapten joko sumiharto sedang memandangi lautan dihadapannya. Gemuruh petir dan dentuman ombak pada lambung kapal tidak membuatnya gentar sedikitpun.

"Sepertinya perjalanan kami akan sangat sulit, ombak dan arah angin sangat tidak mendukung"ucapanya memandangi bendera kecil di ujung haluan, sebuah bendera yang menandakan arah angin berwarna merah.

"Untungnya aku ditempatkan di kapal ini, dengan mesin uapnya tidak akan membuat kapal karam akibat tersapu ombak" Ucapnya sambil menoleh ke ruang komando kapal.

"Kapten badai semakin dekat, harap masuk ke kabin"

"Baiklah tapi aku tidak ke kabin, aku akan ke ruang komando. Tolong siapkan kopi untuk semua orang yang ada disana"

"Dimengerti!"

Kapten joko pun masuk kembali ke kabin kapal, sementara itu badai semakin kuat dan hujan mulai turun di laut jawa.

05-09-1805

Pelabuhan kudus, provinsi mataram.

Di pagi yang mendung, kapal-kapal kargo banyak yang bersandar, ombak laut semakin hari semakin tidak terkendali.

Beberapa pasukan kesultanan juga disiagakan jika terjadi hal yang tidak diinginkan, para perwira dan juga walikota mengumumkan darurat bencana alam sejak beberapa hari lalu.

Disuatu galangan kapal.

Para pekerja yang biasanya memenuhi tempat ini kini berada di gedung khusus berkat kenaikan ombak yang semakin mendekati untuk naik ke darat.

"Hahh, kenapa alam tidak tenang seperti biasa. Apakah ada yang mencoba menantang alam sampai mereka membuat kita jadi begini"

"Sudahlah zhao, berhenti mengeluh. Kita semua juga ingin kembali bekerja karena masih banyak pesanan kapal terutama dari provinsi johor dan provinsi pattani"

"Aku tahu, hanya saja kita berada di sini tanpa melakukan apapun. Aku tidak bisa diam saja ketika hutangku sedang naik bulan ini karena istriku yang berulang tahun"

"Ahh begitu ya, aku mengerti. Memangnya istrimu ingin hadiah apa?"

"Itu...sepeda motor"

"Apa...itu gila?! Mereka baru diluncurkan bulan lalu dan jumlahnya hanya ada 5000 unit, mereka juga sangat elegan dan mahal! Hei kawan aku salut padamu

"....entah aku harus menjawab apa tapi, terima kasih"

"Hei ayo ke kantin, kita mengobrol dulu. Bos juga sedang ada urusan dengan perwakilan kepatihan pertahanan"

Zhao mengangguk dan pergi bersama temannya ke kantin untuk mengobrol dan sedikit melepas stress.

12-09-1805

Pagi hari, satu minggu setelah hujan deras mengguyur pesisir utara pulau jawa dan menyebabkan perdagangan rempah terhenti sesaat, ini menjadi masalah bagi pedagang eropa karena iklim di negara mereka perlahan semakin dingin dan akan memasuki musim dingin tidak lama lagi.

Kebutuhan akan rempah-rempah meningkat pesat dengan keadaan badai di laut jawa yang dihindari kapal-kapal dagang kayu. Hanya kapal bertenaga uap yang lambungnya dibuat dari logam yang berani melintasinya.

Namun itu semua sudah berakhir, laut jawa kembali akan di penuhi pedagang dari negara lain.

Laut jawa, 214 km arah timur laut pulau karimun jawa.

Sebuah kapal layar berjenis frigat berbendera kerajaan prusia sedang berlayar untuk menuju surabaya. Namun mereka saat ini sedang bersandar disebuah pulau kosong.

Pulau itu punya garis pantai hingga 500 meter dengan beberapa pohon yang nampak seperti pohon kelapa namun daunnya seperti daun pohon beringin.

Pulau itu memiliki tebing dihampir sekeliling pinggirnya. Tingginya dari permukaan air laut saat ini adalah 40 meter, dan masih ada bukit dan lembah didalamnya.

Pulau kosong itu memiliki luas sekitar 890km² dengan rata-rata ketinggian permukaannya adalah 97mdpl.

Para pelaut dari prusia memutuskan untuk bersandari di ruas pulau yang merupakan pantai yang sedikit curam bila untuk pantai.

Pulau kosong itu punya banyak pohon aneh dan banyak bebatuan besar menjulang didalamnya.

Hermen von scheider, sang kapten kapal memandangi pulau itu dengan bingung.

"Aku tak pernah tahu jika sunda punya pulau seperti ini, pohon-pohon disana juga unik"

"Kapten kita mendapat sambungan dari armada patroli kesuktanan Sunda"

"Benarkah? Apa yang mereka bilang"

"Mereka bertanya kenapa kita bersandar ditengah lautan"

"Teknologi mereka hebat, bisa mengetahui kita sedang bersandar ditempat yang jauh"

"Tapi bagaimana bisa mereka bilang kita bersandar di tengah lautan? Bukankah mereka tahu soal pulau ini?"

"....kapten mereka bilang dalam seminggu terakhir tidak ada patroli ditempat ini karena badai"

"Lalu bagaimana mungkin mereka tidak mengetahui pulau ini?"

"....mereka bilang pulau ini tidak pernah ada, kapten kapal utama disana juga mengakui jika ia sering berpatroli ke sini dan tidak menemukan pulau ini baik ketika cuaca buruk maupun cerah"

"Kalau cuaca buruk mungkin aku percaya tapi, bagaimana bisa? Jangan bilang kalau pulau ini muncul semalam, hahahaha mana mungkin"

Ketika para kru kapal tertawa terbahak-bahak dan suasana kapal menjadi sangat ringan, armada kapal patroli kesultanan sunda muncul dari arah selatan.

Jumlahnya sekitar 20 kapal ironclad, 40 frigat bertenaga  uap dan 1 kapal pinisi bertenaga uap sebagai kapal komando.

Kapten armada patroli ini adalah mayor udin prakasta, ia baru saja naik pangkat dari letnan kepala karena menyelesaikan misi penting beberapa bulan lalu yang membuat kesultanan sunda berhasil terhindar dari wabah.

"Kapten, kapal pedagang kerajaan prusia ada tepat dihaluan kita"

"Kalau begitu perlambat kapal dan siapkan jangkar, perintahkan 20 kapal ironclad untuk berpatroli ke sekitar untuk memastikan keamanan kita. Para bajak laut sialan champa itu akan menjadi masalah"

"Itu benar sih, tapi bukankah kratabaya sudah mengurus mereka"ucap sang wakil kapten

"Kratabaya? Mereka cuma orang bayaran dan lagi apa yang mereka lakukan juga sama, bedanya mereka tak menarget kapal yang berasal dari kesultanan kita"

"Tapi bukankah salah satu petinggi mereka sudah menjadi laksamana muda di angkatan laut kita?"

"Maksudmu laksamana muda Chueng po tsai, yah dia memang menjadi laksamana dan memberikan kesetiaannya pada wanita yang sangat sesuai dengan keinginannya. Apa kau tahu kalau adik tirinya juga menikah dengannya sebagai istri kedua sebagai pengikat antara angkatan laut kita dengan kratabaya"

[Author:kratabaya adalah istilah yang dibuat oleh ahmad untuk menyebut bajak laut bayaran yang memiliki ikatan dengan militer kesultanan.

Mereka masih boleh membajak namun hanya diluar wilayah laut kesultanan sunda, tentu saja kapal yang dibajak adalah kapal selain milik kesultanan sunda]

Setelah kapal pinisi milik mayor udin bersandar di samping kapal katpen hermen. Mayor udin dan kapten Hermen pun mengobrol untuk basa-basi sebentar dan dilanjut penbahasan mengenai pulau itu.

"Jadi mayor udin, pulau ini benar-benar tidak terdaftar di peta kesultanan sunda?"

"Iya, namun dilihat dari manapun pulau ini seperti terpisah dari peradaban bahkan punya tanaman yang sangat tidak normal"

"Tidak normal?"

"Lihat pohon itu, pohon itu punya batang seperti kelapa tapi daunnya seperti pohon beringin"

"Begitu, aku mengerti soal pohon kelapa tapi beringin?"

"Kalau begitu akan kuberi penjelasan singkat, pohon begringin adalah...."

Setelah penjelasan tentang pohon beringin, kapal pedagang prusia pun kembali berlayar sementara angkatan laut kesultanan sunda berjaga dan menjelajahi pulau kosong itu.

Para peneliti dan militer serta dokter dikirim dari kota semarang menuju ke pulau tersebut untuk mencari jawaban, ada apa dengan pulau yang baru muncul dalam semalam itu.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Terpopuler

Comments

⭐Dewa Soch X ⭐🇵🇸

⭐Dewa Soch X ⭐🇵🇸

Gunung Krakatau kah?

2023-02-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!