si paling konyol

Suara ayam berkokok mendahului mentari yang akan terbit di pagi hari ini. Kiara memaksakan dirinya untuk pergi bekerja mengingat ia sudah terlalu lama libur.

Kiara menatap kakinya yang terasa berat, mungkin kakinya bengkak karena terasa nyeri sekali.

Kiara baru saja selesai bersiap saat suara ketukan pintu terdengar. Belakangan ini Kiara sangat sering menerima tamu, bahkan gadis itu sampai bosan karena merasa terusik.

Jika bisa memilih Kiara ingin seperti dulu, bisa beraktivitas dengan tenang, tidur pun tak ada yang mengganggu nya.

Kiara berjalan dengan pincang menuju pintu, sambil mengomel karena kesal Kiara membuka pintu.

Saat pintu terbuka Kiara melihat pria yang semalam. Ternyata benar ia bertanggungjawab. Tapi Kiara tidak suka ada yang membantunya, meski itu bentuk dari pertanggungjawaban.

"Hay, apa kabarmu baik? " sapa Alan dengan senyum merekah.

Pria itu sedikit aneh menurut Kiara. Ia bersikap seolah Kiara itu pasien anak-anak saja.

"Astaga, kenapa kau datang sepagi ini. " ucap Kiara tak senang

"Kenapa, apa kau tidak senang Aku datang. " ujar Alan sambil begitu saja masuk ke dalam rumah Kiara

Kiara yang melihat tingkah Alan semakin merasa tidak senang. "Hey, anda ini tidak sopan sekali. masuk kerumah seorang gadis tanpa permisi !" ujar Kiara

Alan meletakan tas ransel nya."Aku buru-buru, karena ini hari pertamaku bekerja di rumah sakit yang baru. Jadi Aku harus cepat. " Alan menarik lengan Kiara dan menuntunnya duduk

"aduh apaah sih, kau fikir Aku ini anak kecil apa. " keluh Kiara

"Sudah jangan banyak protes, duduk saja. " ujar Alan.

"Kalau memang buru-buru pergi saja sana. kenapa kau ke kamari! "ujar Kiara

Alan menggeleng-kan kepalanya sambil mengangkat kaki Kiara. "Gadis konyol. Kau fikir Aku ini pria tidak bertanggungjawab hahhh, kau tau Aku akan malu dengan profesi ku jika Aku lari dari tanggungjawab. " ujar Alan sambil membuka perban elastis yang membalut kaki Kiara.

"Sepertinya kakimu bengkak. " ucap Alan saat melihat kaki Kiara.

Kiara melihat ke arah kakinya sambil meringis saat Alan menekan kaki Kiara yang bengkak untuk memeriksa. "Aku akan memberikan salep untuk mengurangi bengkaknya. Dan setelah ini jangan terlalu banyak bergerak, kau harus diam di tempat tidur jika tidak ingin kaki mu lebih parah. " ujar Alan

Wajah Kiara merungut saat mendengar kalimat yang keluar dari bibir Alan. "Cih, dia sendiri yang mengganguku. Sekarang dia juga yang memberi perintah. dasar dokter kunyuk. " batin Kiara

"Tapi hari ini aku harus pergi bekerja. " ucap Kiara

"Kau tidak bisa pergi bekerja untuk beberapa hari ini. " ujar Alan

"Tidak bisa! aku harus pergi bekerja. " kekeh Kiara

"Kau ini, keras kepala sekali. "

"Tentu saja aku harus keras kepala, jika tidak bulan depan aku tidak akan bisa bertahan hidup. " ujar Kiara sewot.

"Kenapa? memang orang tuamu kemana? bukankah kau itu perantauan, seharusnya orang tuamu yang memberimu uang salim" ujar Alan sambil memperban kembali kaki Kiara

"Ibuku sudah tiada, dan ayahku. Aku tidak tau dia dimana. " ujar Kiara dengan nada pelan.

Sorot mata Kiara benar-benar terluka, Alan menyesal telah mengatakan hal itu.

"Ohhh, maafkan Aku. Aku kira saat kau mengatakan kau tinggal sendiri_

" tidak apa-apa. Aku sudah bisa menjawab pertanyaan orang seperti dirimu."

"Hmmmm, baiklah. Sudah selesai kan, kau boleh pergi karena Aku harus bersiap. " ucap Kiara menormalkan suaranya. Ia tidak ingin orang lain merasa iba padanya karena keadaannya.

"Bersiaplah, Aku akan mengantar mu. " ucap Alan

"Tidak usah, aku bisa sendiri. Lagi pula aku brangkat pukul 8, jadi kau akan terlambat. " ujar Kiara

"tidak masalah, mu bisa menunggu. " ujar Alan

"Tidak. Kau tau profesi dokter itu sangat mulia, kau tidak boleh mengabaikan pasien mu. Nyawa itu lebih penting daripada apapun, karena saat kita kehilangan seorang yang kita cintai, maka selamanya penyesalan itu akan menghantui. Jadi pergilah, bantu mereka yang membutuhkan bantuanmu. " ujar Kiara dengan senyum penuh arti.

Alan mengerti, mungkin Kiara kehilangan ibunya karena sakit.

"Hmmm, baiklah. Kau memang benar. "

" Baiklah, kalau begitu Sore nanti aku akan kembali untuk memeriksa mu lagi, jika bengkaknya masih belum mengempis kau harus aku bawa ke rumah sakit. Dan sebentar lagi makanmu datang, jangan masuk ke dalam dulu agar kau tidak repot." Alan mengemas alat kedokterannya.

"Ohhh ya, apa semalam kau demam? " tanya Alan sebelum ia pergi.

"Hmmmm, sedikit. " jawab Kiara

"Baiklah, ini ada obat penurun panas jika kau mengalami demam lagi, dan beberapa obat untuk mengurangi brngkat dan sakitnya. dan jika ada sesuatu, kau hubungi aku di nomor ini. Jangan sungkan, karena kau masih tanggungjawab ku. " ujar Alan sambil menyodorkan sebuah kartu nama pada Kiara.

Kiara membaca kartu nama itu dalam hatinya. "Alandra Devano Sanjaya. Hmmmm, sepertinya dia bukan orang sembarangan." Kiara melihat lagi. "Ehhh tunggu, dia seorang. Hhhh, Dokter. " Mata Kiara terkikik geli sendiri dengan fikirannya.

Alan tersenyum tipis melihat ekpresi wajah Kiara yang menurut nya begitu unik dan konyol. Alan bangkit lalu berjalan ke pintu dan mengambil kunci rumah Kiara.

"Hey, apa yang kau lakukan? kembalikan itu !" ujar Kiara saat melihat Alan mengambil satu kunci pintu rumahnya

"Diamlah, kau ini cerewet sekali. Aku mengambil ini agar Aku lebih mudah saat berkunjung kesini, agar kau juga tidak terlalu banyak bergerak. Kau mau kakimu Aku amputasi, hmmm. " ancam Alan yang seketika membuat Kiara takut sekaligus kesal.

"Baiklah, Aku pergi dulu. aku sudah memesankan taksi untukmu." ujar Alan lalu pergi.

Kiara merasa sangat kesal karena dokter itu seenaknya sendiri. Kiara bahkan tidak bebas karena ulah pria itu.

"Ihhhh, dasar dokter kunyuk. Kau pikir kau itu siapa, seenaknya saja memberi perintah. " teriak Kiara kesal

Alan yang masih berada di luar terlihat tersenyum geli. Entah kenapa ia menyukai sikap Kiara yang sedikit berbeda dengan gadis lain yang pernah ia temui. Alan merasa jika Kiara itu berbeda.

Setelah Alan pergi, Kiara segera bersiap. ia tidak bisa buru-buru karena kondisi kakinya. Apalagi saat Alan mengatakan akan mengampuatasi kakinya itu. Sungguh tidak punya hati, menakutinya Kiara dengan cara seperti itu.Seharusnya dokter itu tidak seperti itu, mana ada yang mau berobat dengannya jika dokter suka memgancsm.

Tidak lama taksi pesanan Alan tiba. Kiara bergegas untuk mengunci pintu rumahnya, stelah semua beres Kiara segera menuju ke cafe.

"Astaga, aku terlambat." ucap Kiara

Dengan berjalan pincang Kiara masuk ke dalam cafe, semua temannya bertanya ada apa dengan kaki Kiara Dan dia pun harus bercerita pada mereka.

Karena kakinya sakit jadi dia di tugaskan di kasir, beruntung teman-teman nya semua mengerti.

.

.

.

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!