Terimakasih telah kembali

Satu kaki bertumpu pada kaki lainnya, tangan pun ikut bersilang saling bertautan seakan enggan untuk melepas. pandangan mata tertuju pada langit yang terlihat indah di malam hari ini.

Paris

Pria itu sedang berada di halaman belakang rumahnya. Entah kenapa pria itu tidak menyukai keramaian, meski saat ini menjadi hari bahagianya.

"Boleh aku duduk disini? " pertanyaan itu datang dari bibir gadis cantik yang baru saja menjadi tunangannya.

Paris mengarahkan pandangannya kepada Quinn sembari melempar senyum pada gadis itu.

"Hmmm, duduklah. kau tidak perlu meminta izinku. " ujar Paris.

Quinn tersenyum lalu duduk di sebelah Paris. Gadis itu menghela nafas panjang sambil menatap langit malam yang terlihat sangat indah.

"Apa kau bahagia? " satu pertanyaan yang membuat Paris mengerutkan keningnya.

"Kenapa, apa aku tidak terlihat bahagia? " pertanyaan di layangkan pada Quinn

"Hmmm." Quinn tersenyum simpul sambil menyandarkan punggungnya di kursi, mencari rasa nyaman disana.

"Entahlah, tapi aku merasa, Iya. Kau tidak bahagia Ris. " ujar Quinn

"Apakah seorang yang bahagia itu identik dengan tersenyum dan tertawa. Kau tau Quinn, Aku bahagia, sangat bahagia. " Paris mengangkat wajahnya, mencoba untuk meyakinkan diri dan juga hatinya.

"Hmmm. mungkin aku percaya Ris, tapi Aku juga tau jika kau sedang berbohong." Quinn menarik nafas panjang, keputusannya untuk bertunangan dengan Paris ia ambil setelah banyak sekali pertimbangan.

Quinn mengetahui masalalu Paris dari pria itu sendiri, dan Quinn sangat menghargai kejujuran Paris.

"Aku mengerti Ris, apa yang kau rasakan, tapi busakah setidaknya kau jangan memperlihatkan nya di depanku. Kau tau aku juga seorang wanita yang memiliki hati yang rapuh. Dan kau juga harus percaya jika aku bisa menunggumu sampai kau benar-benar siap untuk mencintai ku. " Quinn menepuk bahu Paris. "Sampai kapanpun itu Ris, aku akan menunggu mu. " Quinn beranjak dari tempatnya, meninggalkan Paris bersama pikirannya.

Malam ini menjadi malam paling membuat Paris bimbang. Ia tidak mengerti dengan apa yang ada dalam hatinya, karena semua seperti bertentangan.

Belum lagi saat ia melihat keadaan Kiara, ia selalu bertanya-tanya apa yang sudah terjadi pada gadis itu? apakah meninggalkan nya karena egois itu hal yang tepat.

...****************...

Pagi ini seluruh aktifitas di bumi dimulai. Hari ini Kiara merasa sangat pusing, mungkin karena beberapa hari ini ia sangat lelah dan asupan makannya sangat buruk. Kiara harus berhemat karena pengeluarannya mulai bertambah. Belum lagi gajinya yang masih lama, Kiara harus lebih pintar lagi dalam mengelola keuangan.

Kiara merenggangkan otot-otot nya yang terasa kaku, pagi ini ia merasa tubuhnya sangat sakit. Kiara merasa enggan untuk beranjak dari tempat tidur. ia pun memutuskan untuk melanjutkan tidurnya. Tetapi baru beberapa menit, Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya

"Aku merasa belakangan ini banyak yang datang kesini. " gumam Kiara sambil beranjak dari tempatnya dengan malas.

Orang yang berada di luar rumahnya seperti sangat tidak sabar dan terburu-buru. Terlihat jelas dari caranya mengetuk pintu tanpa henti, membuat Kiara kesal saja.

"Iya sebentar! menganggu saja. Apa kau tidak_" Kiara menghentikan ucapannya saat pintu telah terbuka.

Ia melihat dua orang berdiri di depan pintu. salah satu dari mereka ialah Amel, dan satunya lagi?

Kiara ingin sekali menangis, dadanya bergemuruh melihat sosok yang sedang berdidi di depannya. Ingin sekali Kiara memeluk sosok itu, tapi Kiara takut. Takut jika ia akan marah kepadanya lagi.

Kiara berbalik, ia tidak kuat jika terus menatap matanya. Air mata Kiara mulai menetes, wajahnya terasa sangat panas. Kiara tidak sangup, ia ingin sekali berlari dan pergi menjauh.

"Ki."

suara panggilan itu masih terdengar sama. Kiara merindukan suara itu.

"Hiks. Aku merindukanmu Ki. "

Kiara mengangkat wajahnya, perlahan ia membalikan wajahnya dan melihat Dian menangis.

"Aku merindukanmu Kia. " ucap Dian yang langsung menghambur ke pelukan Kiara.

Kiara yang terkejut hanya bisa menangis semakin kencang. Ia tidak menyangka jika sahabatnya akan datang dan memaafkan dirinya.

"Hiks...!

" Maafkan aku Kia, aku sungguh minta maaf. Seharusnya aku tidak menghakimimu karena kesalahan yang tidak kau perbuat. Seharusnya aku tau jika itu hanya kesalah pahaman semata. ' ucap Diana sambil melepas pelukan mereka.

"Diamlah. Jangan bicarakan yang sudah berlalu karena aku sangat merindukanmu. Hiks...! " Kiara kembali memeluk Dian. Ia sangat merindukan gadis itu.

"Astaga, ayolah. Kalian selalu saja tidak menganggap aku ada. " Amel merajuk karena kedua sahabatnya melupakan dirinya yang sejak tadi berdiri di depan pintu.

Kiara dan Dian melepas pelukan mereka saat mendengar komplain dari Amel. Keduanya mengusap sisa air mata mereka sambil tertawa geli mendengar ucapan Amel yang seperti anak kecil itu.

"Itu karena kami bosan berteman denganmu. " goda Dian yang membuat Amel seketika kesal.

"Ohooo, baiklah. Awas saja kalian. " ujar Amel

"Sudah jangan bercanda. Ayo masuk. " ajak Kiara dengan suara lemah.

" Maaf ya, rumahku yang sekarang kecil. " ujar Kiara tidak enak.

Dian menggeleng" tidak apa-apa Ki. Gue gak nyari rumahnya, tapi nyari sahabat gue yang bilang bertahun-tahun. " ujar Dian

"Ki, lo sakit ya? wajah lo pucet banget. "" tanya Amel sambil menempelkan tangannya di kepala Kiara.

"gue gak apa-apa, cuma gak enak badan dikit." ujar Kiara sambil menepis tangan kedua sahabatnya.

"Apanya yang tidak apa-apa. Badanmu itu panas Kia. " ujar Dian.

"Kita ke dokter ya Ki, gue takut lo makin parah. " imbuh Amel.

"Ck, kalian berlebihan. Gue mandi sebentar ya, setelah itu gue akan minum obat." ujar Kiara menolak dengan halus.

"Ki." Dian menghalangi langkah Kiara dengan menarik tangannya sebelum pergi. " Tangan lo juga panas Ki, lebih baik kita kedokter ya. " ujar Dian.

Kiara tersenyum mendengar bagaimana Diana mengkhawatirkan dirinya. Sama seperti dulu, dia sama sekali tidak berubah.

"Aku baik-baik saja, lo tidak usah khawatir. " Kiara melepas genggaman tangan Dian lalu berlalu ke kamarnya untuk tujuannya membersihkan badan.

Sembari menunggu Kiara selesai Dian menyusuri rumah kecil sahabatnya yang sudah lama ia tinggalkan. Sementara itu Amel bermain ponselnya di ruang tamu karena Amel sudah mengetahui kondisi Kiara sejak dulu. Ia tidak pernah melewatkan apapun tentang Kiara.

Yang pertama Dian melihat salah satu kamar yang ada disana. Mungkin itu dulu kamar milik orang tua Kiara, mendengar cerita dari Amel jika rumah itu dulunya milik kakek dan nenek Kiara.

Setelah melihat kamar, Diana beralih ke dalam dapur. Disana Dian sangat terkejut melihat apa yang ada disana. Beberapa bungkus mie instan yang masih utuh dan beberapa lagi hanya bungkusannya saja, yang berarti sudah di masak.

Dian ingin sekali menangis saat meraba beberap bungkus mie instan itu. Ia mengingat kejadian beberapa Tahun lalu dimana Kiara saat itu melarangnya memakan mie instan karena tidak baik untuk kesehatan.

Flashback on

"Dian, apa yang lo makan ? astaga ini kan gak sehat. Bandel banget sih lo." ujar Kiara sambil mengambil mangkuk berisi mie instan di tangan Dian.

"Aduh Kia, lo ini apa-apaan sih. Kembalikan padaku, ini tuh mie jatahku seminggu sekali. " ujar Dian sambil merebut mangkuk berisi mie itu.

"Dian, itu tetap tidak boleh. Makanan disini banyak kenapa lo harus suka dengan Mie instan, pilih yang lain. " ujar Kiara masih kekeh akan pendiriannya.

Dian menghela nafas panjang, ia tidak akan mendapatkan mienya kembali. Karena Kiara tidak akan memberikannya dengan alasan apapun itu.

"Baiklah, dasar lo. "

Kiara tersenyum puas melihat wajah Dian.

Flashback off

Dian menyeka air matanya saat sebuah tangan menepuk bahunya.

"Lo tidak usah menangis, karena itu tidak ada artinya. Lebih baik kita keluar dari sini agar Kia tidak tahu jika kita mengetahui kehidupannya yang begitu buruk dan terlihat mengasihani nya.Lo tau bukan, jika Kiara tidak suka dikasihani. " ujar Amel

"Sejak kapan Kiara memakan makanan ini Mel? " tanya Dian sambil tertunduk, ia kembali menangis.

"Sejak Tante Adel mulai sakit-sakitan. Kiara tidak bisa melanjutkan kuliah ataupun bekerja karena harus mengurus Tante Adel. Ia juga harus menjual seluruh aset keluarganya hanya dengan harapan tante akan sembuh. Tapi lo tau yang terjadi, terkadang kenyataan tidak sesuai harapan kita kan. "

"Hikss...!

" Aku benar-benar menyesal karena tidak ada disaat sahabat terbaikku terpuruk begitu dalam, hiks. "

"Sudahlah, bersihkan wajahmu. gue gak ingin melihat Kiara bersedih lagi karena melihat lo menangis saat melihat kondisinya. " ujar Amel lalu meninggalkan Dian.

Beberap menit kemudian Kiara keluar dari kamarnya. Ia melihat Dian dan Amel sedang bercanda di ruang tamu. Hal itu membuat Kiara sangat senang, ia seperti kembali ke kehidupannya yang dulu. Dimana tidak ada duka didalamnya.

"Ki, lo udah selesai? sini duduk sama kita. " ujar Amel sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya.

Kiara tersenyum sambil mendekat lalu duduk di sebelah keduanya.

"Lo laper gak? gue udah memesan beberapa makanan favorit kita dulu. " ujar Dian

"Hmm, gue juga sudah memesan minuman favorit kita. " imbuh Amel.

"Emmm. Tidak usah, aku sudah makan. " ujar Kiara.

"Ayo lah Ki, anggap saja ini perayaan karena kita bertemu setelah sekian tahun. " ujar Dian dengan nada memohon.

Kiara menarik nafas panjang, Dian memang selalu menjadi pemaksa."Baiklah, terserah kalian. " pasrah Kiara.

Dian dan Amel bersorak senang. Sembari menunggu pesanan mereka datang, ketiganya menghabiskan waktu mengenang masa mereka saat sekolah. Mungkin saat ini Kiara yang paling merasa beruntung, karena persahabatan mereka bisa kembali lagi.

"Terimakasih telah kembali"

...----------------...

Masa lalu memang terasa indah jika di kenang. Tetapi kita tidak bisa selalu larut dalam masa lalu kita, karena masa depanmu selalu menanti dan menjadi kenyataan dalam hidupmu.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!