1 Januari 2021
Kisah baru di mulai
Kiara berdiri di depan sebuah gundukan tanah, memegang sebuah buket bunga yang ia beli di persimpangan jalan. Tatapan gadis berusia 26 tahun itu seperti kosong, tidak ada sedikitpun gurat kebahagiaan disana setelah sang ibu meninggalkan nya 1 Tahun yang lalu.
Kiara berjongkok, meletakkan bunga yang ia bawa di atas makam Adel. Tidak ada kata yang mengiringi peletakan bunga itu, hanya di letakan begitu saja.
Ingin sekali Kiara menangis dan berteriak, mengingat begitu sulit kehidupan yang ia jalani selepas kepergian sang mama. Tetapi apalah daya Kiara, ia hanya bersyukur karena Mamanya sudah tidak merasakan sakit lagi. Meski terkadang rasa rindu menyeruak, membuat Kiara harus menangis sendirian.
Hari ini adalah tahun baru pertama Kiara tanpa seorang Ibu. setelah kesalahannya bebera tahun yang lalu membuat Kiara kehilangan dua sahabatnya yaitu Dian dan Paris.
Kiara tidak pernah tau jika penolakannya terhadap Paris membuat pria itu pergi untuk selamanya dari kehidupannya. Entah Paris itu memang pria bodoh atau memang cintanya terlalu besar untuk Kiara. tetapi yang Kiara tau surat terakhir untuknya meyakinkan Kiara jika pria itu tidak pernah bercanda dengan semua ucapannya.
Kiara masuk ke dalam rumah berukuran sedang yang ia tempati setelah ibunya meninggal. Bukan tanpa alasan Kiara pindah dari rumah besarnya. Selama dua tahun terakhir Kiara menghabiskan waktu dan uangnya untuk merawat Adel yang mengidap penyakit kanker stadium akhir.
Kiara selalu berharap jika Ibunya akan sembuh, tetapi apalah daya seorang manusia jika kahidupan setiap makhluk ada di tangan Tuhan. Kiara pasrah saat dokter mengatakan kondisi Ibunya semakin menurun, sampai akhirnya Adel menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan Kiara.
Kiara menatap foto yang terpajang di atas meja kamarnya. dua foto terpenting dalam hidup Kiara, yang mungkin Kiara sesali hingga saat ini.
Kiara mengambil satu foto yang memperlihatkan kebahagiaan empat anak sekolah. Ya, foto itu ialah foto yang diambil beberapa tahun yang lalu, dimana keempatnya masih bersama sebelum Paris menghancurkan persahabatan mereka.
Tangan Kiara mengusap foto itu dengan dada bergemuruh. Hati kecil Kiara tidak bisa berbohong jika ia sangat merindukan para sahabatnya. Tapi mungkin kini Kiara hanya bisa berharap.
Kiara kembali meletakkan foto itu di tempatnya lalu beralih menatap jam yang bertengger di dinding kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 2 siang, waktunya Kiara bersiap untuk pergi bekerja.
Kiara bekerja di sebuah cafe tidak jauh dari rumahnya. Ia tidak bisa mencari pekerjaan yang lebih baik dari itu karena ia hanya memiliki ijazah SMA. Tetapi Kiara tetap bersyukur karena ia masih bisa menghidupi dirinya sendiri tanpa harus mengemis di jalanan.
Kiara masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Setelah selesai gadis itu langsung memakai pakaian kerjanya dan berangkat.
Kiara berjalan menuju Cafe tempatnya bekerja, ia tidak pernah menggunakan jasa umun atau yang lainnya. Karena bagi Kiara ia masih memiliki kaki untuknya berjalan sampai di tempatnya bekerja.
Setengah jam kemudian Kiara sampai di tempatnya bekerja. Seperti biasa Kiara mengerjakan apa yang harus ia kerjakan. raut wajah Kiara tidak akan berubah meski ia di tuntut ramah dalam melayani para costumer.
"Ki, bisa antar makanan ini ke meja nomor 4." ujar Sinta, salah satu teman sift Kiara
"Hmmm, tentu. "
Kiara mengambil nampan yang sudah terisi beberapa pesanan meja nomor 4. Dengan wajah datar Kiara berjalan menuju meja yang di tuju. Disana Kiara melihat tiga orang yang terdiri dari dua orang pria dan 1 orang wanita.
Kiara mencoba menetralkan wajahnya saat sampai di depan meja.
"Permisi, maaf ini pesanan kalian. " ujar Kiara.
Kiara memindahkan makanan dari nampan itu ke atas meja tanpa menatap pemilik pesanan itu.
"Silahkan dinikmati. " ujar Kiara yang hanya memperhatikan dua orang di hadapannya
Dan saat tubuh Kiara berbalik, pandangan jatuh pada sosok pria yang duduk membelakangi nya sejak tadi.
Wajah Kiara sedikit terkejut begitupun pria itu. Tapi Kiara mencoba untuk tetap tenang meski hatinya berkata lain. Kiara hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan meja itu.
Tetapi satu tatapan tidak pernah berhenti tertuju pada sosok Kiara.
"Sayang, are you ok? " tanya Quinn. Gadis cantik yang sedang memperhatikan tatapan Paris.
Ya pria yang sedang berada di meja no 4 itu ialah Paris. Pria itu begitu banyak perubahan. Dulu tatapan pria itu begitu lembut, tapi sekarang matanya sangat tajam. Tidak ada sedikitpun senyum di wajahnya, hanya wajah angkuh dan juga dingin.
"Hmm, aku baik. Mari kita makan. " ujar Paris dan langsung menyantap makanan yang ada di depannya.
Di sisi lain Kiara memperhatikan pria yang sudah hampir 6 tahun mungkin lebih menghilang dari kehidupannya. Kiara tidak menyangka jika akan bertemu Paris di tempat ini. Kiara berpikir jika ia tidak akan bertemu lagi dengan pria itu. Tetapi ada yang membuat Kiara aneh, tatapan Paris yang menurutnya sudah berubah. Paris yang sekarang berbeda dengan yang dulu.
pukul 10 malam
Cafe sudah mau tutup, seluruh karyawan memebereskan meja dan kursi sembari menunggu pelanggan terakhir keluar. Esok pagi mereka yang bekerja malam ini harus kembali esok paginya. Jadi mereka harus membersihkan cafe agar esok mereka tidak terlalu sibuk.
"Ki, lo mau gue antar pulang? " Sinta menghampiri Kiara yang sedang mengambil tasnya di loker.
"Gak usah Sin, gue balik sendiri aja. " jawab Kiara
"Lo yakin? "
Kiara tersenyum samar sambil mengunci lokernya. " Yakin Sin. Udah biasa juga kan. " ujar Kiara meyakinkan
"Hahhhh, yaudah deh. Kalau gitu Gue duluan ya Ki. " ujar Santi sambil melambaikan tangannya
Kiara pun membalas lambaian tangan Santi.
Mungkin ada banyak karyawan di cafe itu, tapi hanya Santi yang bisa dijadikan Kiara teman. Karena menurut Kiara, Santi sosok yang baik dan juga simple. Santi tidak pernah melampaui batasan sebagai seorang teman, ia juga tidak pernah ingin tau masalah Kiara. Karena itulah Kiara merasa nyaman berdekatan dengan Santi.
Seperti biasa sepulang bekerja Kiara selalu mampir di minimarket 24 jam yang ada di dekat rumahnya. Kiara membeli beberapa keperluan untuk dirinya yang sudah mulai habis. Kiara juga selalu membeli mie instan untuknya, bagi Kiara ia harus bisa menghemat pengeluaran karena gajinya tidak sebanyak yang orang pikirkan.
Kiara harus bisa belajar hemat jika ia tidak ingin kelaparan selama menunggu gajinya turun lagi.
Sebelum kembali ke rumah biasanya Kiara akan duduk di depan minimarket untuk sekedar beristirahat. Pelayanan minimarket pun sudah terbiasa dan akrab dengan Kiara. Bahkan mereka kagum akan kesederhanaan yang Kiara miliki.
Karena sangat jarang seorang garis yang memiliki paras cantik bisa sesederhana itu.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments