Persiapan pertunangan

Pagi bertemu malam, siang bertemu sore. Sementara itu tidak ada yang menyangka jika masa kelam bisa kembali seiring berjalannya waktu.

Sosok pria tampan, berperawakan sempurna tengah berdiri di atas balkon kamarnya. Wajahnya tampak tenang, tatapannya tajam dan memiliki rahang tegas.

Paris, pria itu sedang memperhatikan beberapa orang di bawah yang terlihat sibuk menghias rumahnya. Entah apa yang ada di dalam fikiran pria itu, tapi sepertinya tidak berada dalam pandangannya.

Sebuah tangan menyentuh bahu Paris, hingga pria itu tersadar jika matahari mulai naik.

"Apa yang sedang lo fikiran, hmm? " Tanya Dian

Gadis yang dulunya memiliki sifat seperti laki-laki kini sudah berubah menjadi gadis anggun dan juga cantik. Mungkin Jika Kiara melihatnya ia tidak akan bisa mengenali Diana yang sekarang.

"Tidak ada, gue hanya sedang melihat para pekerja itu bekerja. " bohong Paris.

"Benarkah? " Dian mengikuti arah pandang Paris untuk memastikan ucapan pria itu

"Lo yakin dengan keputusan ini? " tanya Dian sambil berbalik dan menyandarkan punggungnya di tepi balkon

"Kenapa gue harus ragu. Semua sudah menjadi keputusan gue, jadi tidak ada yang perlu di ragukan. " ujar Paris dingin.

Dian tersenyum simpul, ia tahu apa yang ada di hati sepupunya itu. Karena selama beberapa tahun belakangan ini Paris tidak pernah bisa melupakan Kiara, meski saat ini sudah ada Quinn.

"Ya, seorang Paris tidak akan pernah merubah keputusan nya. Karena dalam hidup seorang Paris, keputusan itu diambil sekali. Begitupun dengan Cinta."

Paris memalingkan wajahnya melihat ke arah Dian. Sementara gadis itu sudah berjalan keluar dari kamarnya. Paris mengerti yang di katakan Dian, dan ia mengingat bagaiamana pertemuannya semalam dengan gadis yang sudah mencuri hati dan menghancurkan hatinya beberapa tahun lalu.

Paris tidak pernah tahu bagaimana kehidupan Kiara setelah ia meninggalkan gadis itu. Paris juga tidak pernah mencari tahu bagaimana kehidupannya meski Paris sudah kembali ke kotanya beberap bulan ini.

Dan semalam entah kenapa Paris ingin tahu bagaimana Kiara saat ini setelah ia melihat Kiara di cafe malam itu.

Paris sudah menyuruh orang kepercayaan nya untuk menyelidiki Kiara. Bukan karena Paris perduli, tetapi ia hanya ingin tau saja.

...****************...

Di ruang tamu yang besar dan terlihat mewah, sudah berkumpul keluarga besar Paris. Disana semuanya terlihat sangat bahagia. Bagaimana tidak, pewaris tunggal perusahaan besar akan bertunangan dengan seorang putri tunggal dari pemilik rumah sakit terkemuka di kota itu.

Paris berjalan menuruni anak tangga menuju ke tempat keluarganya berkumpul.

"Ehhh, calon pengantin kita udah bangun rupanya. " goda Kevin. sepupu jauh Paris.

"Hmmmm, yang mau tunangan. " imbuh Alea. adik dari Kevin

Paris hanya membalas candaan mereka dengan tatapan biasa saja sambil berjalan menuju ke arah kakek dan neneknya.

"Pagi Kek, nenek. " ucap Paris sambil menyalami tangan mereka.

"Hmmm, pagi sayang." balas keduanya.

"Ris, kamu mau kemana ? sekarang itu hari pertunangan kamu. Gak mungkin kan kamu pergi ke kantor? " tanya Ardi, papa Paris.

"Pertunangan Paris itu sore Pah, dan hari ini Paris ada meeting penting. Paris tidak akan terlambat pulang nanti. " jawab paris.

"Yasudah biarin aja pa, lagian pertunangannya juga kan malam. Pergi lah nak, Tapi ingat jangan terlambat. " ucap Asya, mama Paris.

Paris mengangguk lalu berpamitan pada semuanya.

"Putramu itu sama persis denganmu. " keluh Asya.

"Ya, menantuku benar. Mereka memang mirip. " imbuh Nenek Haja.

"Iya, dia memang putraku. " ujar Ardi dengan nada bangga membuat semua orang disana tertawa geli.

Sementara itu Dian menatap kepergian Paris penuh dengan arti. Gadis itu ingin sekali melihat Paris seperti dulu, seperti saat dimana persahabatan mereka begitu bahagia. Tidak seperti saat ini, Paris seperti seorang pria berbeda dan Dian selalu melihat orang lain dalam diri Paris bukan sepupunya yang dulu selalu penuh tawa dan konyol.

****

Prusahaan Diwal

Pmilik perusahaan besar yang terkenal hampir keseluruh negri kini tiba. Semua karyawan berbaris untuk menyambut pewaris tunggal keluarga Diwal.

Paris turun dari mobilnya dengan pesona yang tidak pernah bosan di lihat para kaum hawa di prusahaan nya. Pesona seorang CEO sudah melekat dalam dirinya sejak Paris mengambil alih perusahaan dari sang ayah yang memilih pensiun lebih awal.

Seluruh karyawan maupun karyawati menunduk hormat saat Paris berjalan melewati mereka. Sesungguhnya Paris tidak suka dengan cara ini, ia lebih suka para karyawannya menyapa seperti biasa. Tetapi entah siapa yang mengubah peraturan di prusahaan itu.

"Dimana Wira? " tanya Paris pada Asistennya saat ia sampai di ruangannya.

"Tuan Wira belum datang Tuan. " jawab Sherly

Paris mengerutkan keningnya. "Kemana dia? tidak biasanya dia belum datang? "

"Tuan Wira sedang ada pekerjaan, dan beliau tidak memeberi tahu saya."

"Hmm, baiklah. kau boleh keluar. " ujar Paris.

"Baik tuan, saya permisi. "

Paris memeriksa handphonenya, ia menerima pesan whatsapp dari Wira. Entah apa isinya, tapi pesan itu membuat dahi Paris mengkerut sempurna.

Pria itu tidak membalas pesan dari Wira, ia menaruh ponselnya di atas meja tidak jauh darinya. Setelah itu ia memulai pekerjaan sembari menunggu info dari informan yang ia tugaskan untuk mecari informasi tertentu.

Pukul 2 siang Paris memutuskan untuk pulang, karena Ibunya terus saja menelponnya. Ia tidak ingin mengecewakan wanita yang begitu ia sayangi dan hormati di dunia ini. Paris hanya ingin kebahagiaan wanita itu. tidak ada lagi tujuannya dalam hidup, setelah kekecewaannya terhadap satu wanita yang membuatnya hancur beberapa tahun ini

Sebelum pulang, Paris berpesan kepada Sherly agar Wira meng-handle pekerjaannya setelah pria itu kembali. Karena hati ini Pekerjaan di kantor sangat banyak, bahkan untuk perusahaan kecilnya saja harus ia juga yang mengontrol.

Paris masuk ke dalam mobil sport nya lalu melaju dengan kecepatan tinggi menuju kediaman Diwal. Sungguh hari yang melelahkan, tapi Paris tidak mau mengeluh. Semua kesibukan yang ia jalani hanya demi melupakan masa lalunya. Dan Paris berharap tidak akan pernah bertemu Kiara lagi.

Satu jam berlalu, mobil Paris tiba di halaman rumah. Kang dekorasi sepertinya sudah pulang, terlihat di halaman rumahnya sudah tidak ada satupun orang.

Paris berlari kecil masuk ke dalam rumahnya yang ternyata sudah tidak ada orang, mungkin semua sedang bersiap.

"Tuan muda sudah pulang. Nyonya berpesan agar tuan segera bersiap. " ujar Bibik anum yang sudah bekerja sejak Paris kecil.

"Mama dimana Bik? " tanya Paris

"Di kamar tuan, mungkin sedang bersiap. " jawab Bikin anum

Paris mengangguk tanda mengerti, ia bergegas naik ke atas untuk mandi. Ia juga tidak ingin mengecewakan keluarganya dan juga Quinn. Gadis yang selalu sabar menunggunya membuka hati.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!