Transmigrasi Keturunan Fang Abad 22

Transmigrasi Keturunan Fang Abad 22

Sejarah Sang Ilmuwan

Jauh sebelum peradaban manusia modern dimulai, sebuah pulau di negeri antah-berantah tercipta dari sebuah ledakan meteor yang jatuh ke bumi. Meteor itu jatuh menabrak sebuah pulau besar, dan memisahkan daratan pulau itu menjadi beberapa daratan kecil.

Dari serpihan meteor yang menabrak bumi itu, muncul sebuah telur raksasa yang tertutup asap tebal hasil gesekan antara meteor dengan atmosfer bumi.

Telur itu terlihat sangat besar, tingginya mungkin sekitar 1,5 meter. Diameter telur itu bahkan lebih besar daripada ukuran tubuh gajah.

Cuaca yang menjadi panas seketika, membuat telur itu perlahan retak. Suara retakannya cukup besar, karena ukuran telurnya juga yang cukup besar.

KREK!

Sebuah tangan keluar dari celah cangkang telur yang retak, sehingga membuat retakan yang semakin besar di sana. Tak lama waktu berselang, tangan yang lain pun menyusul keluar dari cangkang itu.

Karena sudah merasa tidak sabar, satu hentakan membuat seluruh cangkang telur itu hancur. Sosok lelaki tinggi bertubuh kekar pun keluar dari telur itu. Pakaiannya sangatlah berbeda dari pakaian pada zaman itu. Pakaiannya terlihat sangat modern, sehingga dapat dipastikan bahwa ia telah hidup pada zaman serba digital melebihi abad ke 20.

Lelaki itu mengedarkan pandangan matanya, sehingga ia bisa melihat dengan jelas keadaan yang telah tercipta akibat kehadiran dirinya di sana. Ia tanpa sadar sudah mengacaukan peradaban manusia di zaman ini, sehingga membuatnya sedikit merasa bersalah.

"Aku sudah membuat kesalahan yang besar," gumamnya yang sedikit menyesali hal yang tanpa sengaja ia lakukan.

Suara petir mengagetkannya, sehingga tanpa sengaja ia memandang ke arah langit dan melepaskan pandangannya sejauh matanya memandang. Gesekan awan menciptakan suara gemuruh yang sangat besar, sehingga ia menjadi sedikit takut karenanya.

"Mengabdilah kau kepada Maestro alam kita di abad 22!" teriak seseorang, yang suaranya sampai bergema di langit.

Lelaki ini sengaja dikirim ke abad sebelum peradaban, agar ia bisa mendapatkan hukuman dari hal yang ia lakukan. Karena tidak ingin bersekutu dengan Maestro di zamannya, ia terpaksa harus menerima hukuman dengan dikirimnya ia ke abad ini.

Lelaki ini sengaja menerima semua hukuman ini, karena ia tidak ingin sampai Maestro itu membuat kekacauan pada abad-abad sebelum mereka hidup. Sang Maestro berniat untuk mengubah tatanan zaman, sehingga membuat lelaki ini sangat tidak setuju dengan yang ia pikirkan.

"Aku tidak akan pernah melakukannya! Aku akan menjaga kehidupan di abad ini, dan tidak akan pernah setuju dengan yang kalian rencanakan!" teriak lelaki itu, menantang apa yang suara misterius itu katakan.

Suara itu menghilang, seakan tidak terdengar lagi saat ini. Namun, situasi sekitar seketika berubah menjadi sangat kacau. Angin kencang menerpa pasir pinggir pantai, sehingga membuat pandangan lelaki itu menjadi rabun. Hujan mulai turun dengan sangat lebat, semakin membuat suasana menjadi kacau tak bisa dijelaskan oleh kata-kata.

Seorang lelaki yang sangat ahli dalam menganalisa sesuatu, kini terlihat ketakutan dengan perubahan iklim yang sangat drastis. Ia percaya, bahwa ini adalah permainan dari Maestro yang licik, yang jika dibiarkan akan menghancurkan seluruh dunia beserta isinya.

Misi dari sang Maestro, adalah membuat semua manusia menjadi sama seperti para pengikutnya yang sangat patuh akan perintahnya. Ia hendak menciptakan dunianya sendiri, dari setiap abad yang telah ada di zaman sebelum zaman mereka dimulai.

Lelaki ini bernama Fang Lie. Dia adalah seorang ilmuan yang sangat ahli di bidangnya. Ia memiliki saingan, yang ilmunya setara dengannya. Saingan itulah yang saat ini disebut-sebut sebagai Sang Maestro di abad tempat ia hidup. Karena memiliki kekuatan dari benda penemuannya, ia menjadi lebih kuat dibandingkan Fang Lie.

Namun sayang, Sang Maestro menggunakan kekuatan itu untuk membuat peradaban yang ia inginkan. Hal itu tentu ditentang Fang Lie, karena jika Sang Maestro menjadi Yin, ia harus menjadi Yang. Harus ada keseimbangan di antara mereka, kalau tidak dunia bisa hancur dengan begitu mudah.

Tak lama, gulungan ombak pun menyapu ke hadapan Fang Lie, sampai-sampai Fang Lie tergulung ke dalamnya. Ia masih berusaha untuk melawan arus ombak tersebut, tetapi sayang sekali kekuatannya saat ini seakan hilang karena tidak memegang tongkat pusaka yang ia miliki. Ia menyimpan tongkat pusaka yang diincar Sang Maestro, di dalam jiwanya. Hal itu juga yang menjadikan Sang Maestro tertarik dengan tongkat sakti itu.

BLRB!!

Fang Lie berusaha untuk menahan napasnya di dalam air, tetapi ia sama sekali tidak bisa bertahan dengan waktu yang lama di dalam air tersebut. Tubuhnya sudah terlihat pucat, sepertinya ia sudah kalah dengan keadaan ini.

‘Jika memang seperti ini akhirnya, paling tidak aku mati dalam keadaan yang berguna. Jangan sampai aku mati dengan sia-sia,’ batin Fang Lie, yang masih berusaha untuk membuat dirinya kuat.

Fang Lie sama sekali tidak ingin mati sia-sia, hanya karena perbedaan pendapat dan juga tidak ingin mengikuti apa yang sang rival inginkan. Setidaknya, kematiannya meninggalkan bekas yang mendalam bagi peradabannya, bukan malah meninggalkan kenangan sebagai seorang yang dicap sebagai pengkhianat.

Matanya perlahan terpejam, saking tidak bisa lagi ia menahan air yang masuk ke dalam pori-pori tubuhnya, dan juga lubang hidung serta lubang telinganya. Ia merasa sudah kalah, dan sudah tidak memiliki daya dan upayanya lagi.

‘Aku gagal,’ batin Fang Lie, yang merasa dirinya sangat tidak berguna.

Matanya semakin terpejam, dengan pandangan yang sudah lama kabur. Ia hampir tidak bisa mengingat apa pun lagi, dan hanya bisa merasakan tubuhnya yang benar-benar sudah mati.

Per sekian detik, Fang Lie benar-benar telah mati. Tubuhnya sama sekali tidak bergerak, dan tidak bisa merasakannya lagi.

SRAK!

Tiba-tiba saja ada banyak sekali sinar yang terpancar dari dalam tubuhnya. Tubuhnya tertutup sinar tersebut, dan tiba-tiba saja menghilang dari tempatnya. Fang Lie sudah lenyap, dan entah pergi ke mana.

***

DUAR!

Petir terus menyambar, gesekan awan di udara membuat suara gemuruh semakin terdengar dengan sangat jelas. Pada abad 20-an, seorang bocah lelaki bernama Fang Leng terlihat sedang berlarian menembus hujan.

Tubuhnya sudah basah, akibat derasnya hujan yang mengguyur sudut ibu kota.

DRING!

Handphone-nya berdering, sehingga membuatnya terkejut karena mendengar suara handphone yang terdapat pada saku seragam sekolahnya.

‘Siapa yang sudah menghubungiku di tengah hujan seperti ini?’ batin Fang Leng, yang merasa sangat heran dengan orang yang telah menghubunginya dengan tidak tepat waktu.

Karena merasa panik dengan hujan, Fang Leng sama sekali tidak menerima telepon dari orang yang menghubunginya.

DRING!

Tak berapa lama kemudian, handphone Fang Leng pun berdering kembali. Pada saat yang sama, Fang Leng sedang berjuang untuk menyelamatkan dirinya untuk menyeberang ke arah halte bus yang ada di seberang hadapannya.

Terpopuler

Comments

Nia Setiyani

Nia Setiyani

ga kebayang, pasti jauh lebih besar lagi

2023-01-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!