Sumber Energi

“Apa yang kau maksud?” tanya Fang Leng yang benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Fang Lie katakan.

Semua itu sangat di luar nalar dirinya. Ia tidak bisa mencerna setiap ucapan Fang Lie, yang menurutnya sangat di luar pemikiran.

Fang Lie terlihat menghela napas sejenak, mencoba membuat dirinya sedikit tenang dari sebelumnya.

“Sebelumnya, apa kau memiliki sebuah kertas?” tanya Fang Lie, Fang Leng pun menggelengkan kepalanya karena merasa tidak memilikinya.

“Untuk apa kertas itu?”

“Itu adalah sumber makananku,” jawab Fang Lie, semakin membuat Fang Leng tercengang mendengarnya.

“Kau memakan kertas? Mana ada manusia yang memakan kertas? Aku hanya pernah mendengar seekor kambing yang memakan kertas untuk menjadi santapannya.”

“Aku hidup di zaman yang berbeda denganmu. Aku hanya memakan kertas pada zamanku, dan tidak memakan hal-hal aneh yang ada di zaman kalian ini,” ujarnya, membuat Fang Leng hanya bisa diam mendengarnya.

Fang Leng tidak menyangka, kalau manusia yang hidup jauh setelah zamannya, hanya memakan kertas untuk mempertahankan hidupnya. Ia tidak sampai jika memikirkan permasalahan ini sendiri.

“Aku bisa saja menghubah pohon-pohon ini menjadi kertas, tetapi kekuatanku memudar jika aku merasa kelelahan dan juga kelaparan,” ujar Fang Lie menjelaskan.

Gadis itu segera menghilang dari sana, dan kembali muncul pada tempat yang berbeda. Ia menghampiri seseorang yang sedang menulis di perpustakaan, dan mengambil satu lembar dari kertas yang berada di meja belajarnya.

Gadis itu pun kembali menghilang, sembari membawa kertas yang baru saja dia ambil dari orang yang tidak ia kenali itu.

Karena ingin mencocokkan jawabannya dengan lembaran lainnya, lelaki yang sedang menulis pun mencari kertas yang ada di sekitarnya. Ia tersadar, saat ia sama sekali tidak menemukan kertas yang ia cari. Ia mencari dengan gelisah, tetapi ia sama sekali tidak menemukan kertas itu, setelah beberapa saat mencari di meja belajarnya.

Lelaki itu terdiam sejenak, “Ke mana kertas yang baru saja aku tulis?” gumamnya yang merasa pikirannya sedang kacau saat ini, karena mengerjakan terlalu banyak soal dan penelitian dari gurunya, hingga larut malam seperti ini.

Ia menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal, “Sepertinya aku harus beristirahat,” gumamnya yang merasa sudah aneh dengan kondisi pikirannya sendiri.

Sementara itu, sang gadis pun kembali muncul di hadapan Fang Leng dan Fang Lie, dan datang dengan membawakan selembar kertas ke arah Fang Lie. Hal itu membuat mereka bingung, dengan apa yang gadis itu lakukan.

Saking bingungnya, mereka hanya bisa saling melempar pandangan, karena merasa aneh dengan yang gadis itu lakukan.

‘Kenapa dia bisa memegang kertas secepat itu?’ batin Fang Leng kebingungan.

Hanya membutuhkan waktu 5 detik, untuk bisa mendatangkan selembar kertas itu di hadapan Fang Lie. Gadis yang tidak diketahui asal-usulnya itu, sukses membuat mereka kebingungan.

“Apa kau memberikannya untukku?” tanya Fang Lie, sang gadis pun mengangguk mendengarnya.

Dengan ragu, Fang Lie pun menerima selembar kertas itu, karena merasa sudah tidak tahan menahan lapar.

‘Paling tidak, selembar kertas ini bisa sedikit menambah energiku, dan mengganjal perutku,’ batinnya yang lalu memejamkan kedua matanya.

Sinar yang terang berwarna biru pun muncul dari tangan kanannya, dan perlahan membakar habis kertas yang ia pegang itu. Ternyata, begitulah cara untuk menyantap makanan yang Fang Lie maksudkan.

Hanya dia yang bisa melakukannya, dan tidak ada seorang pun yang mampu mengikuti apa yang ia lakukan.

Fang Leng dan gadis itu sedikit terdiam, karena ia melihat Fang Lie yang melakukan hal yang bagi mereka adalah hal yang sangat luar biasa, yang tidak bisa mereka lakukan.

Setelah menyelesaikan semuanya, Fang Lie pun memandang ke arah mereka dengan wajah yang sedikit tenang. Ia bahkan bisa bangkit dan berdiri di hadapan Fang Leng dan juga gadis itu.

“Terima kasih karena kamu sudah menolongku,” gumam Fang Lie, yang tersenyum di hadapan gadis asing itu.

Masih belum terjawab tentang semua yang Fang Leng pikirkan. Ia pun hanya bisa memandang ke arah Fang Lie dan gadis itu dengan bingung, karena ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi setelah ini.

“Bisakah kita pindah ke tempat yang lebih baik daripada di sini? Aku ingin kau menjelaskan tentang semua yang terjadi padamu!” ujar Fang Leng kepada Fang Lie.

Kebetulan sekali, Fang Lie sudah tidak tahu harus berbuat apa. Kali ini, ia hanya bisa mengutarakan perasaan yang ia pendam sembari perlahan mencari solusinya.

“Baiklah, mari kita pergi dari sini.”

Mereka pun pergi bersama menuju ke suatu tempat, dengan cara menghilang dari pandangan manusia normal. Hanya butuh beberapa detik saja, mereka kini sudah sampai di suatu tempat dekat dengan jembatan di kaki gunung.

Mereka berdiri menghadap ke arah jembatan yang ada di atas, sementara mereka ada di pinggir aliran sungai itu.

Fang Leng memandang ke arah mereka dengan bingung, “Jadi, bagaimana kejadian sebenarnya? Kenapa kalian bisa di sini?” tanyanya.

Fang Lie menghela napasnya dengan panjang, dan duduk di pinggir aliran sungai itu. Mereka mengikuti yang Fang Lie lakukan, dan kini duduk bersebelahan.

“Ceritaku mungkin akan sangat panjang, bila diceritakan dengan detail.” Fang Lie mendadak sangat malas menceritakan tentang hal yang menyangkut dirinya.

Namun, apalah daya Fang Leng, yang sudah merasa penasaran sejak tadi karena bertemu dengan manusia langka seperti dirinya.

“Ceritakan saja sesingkat-singkatnya! Bagaimana bisa kamu berada di dalam telur itu, bagaimana bisa seseorang menyandera tubuhmu dan memisahkan jiwamu, bagaimana bisa kau yang mengaku hidup di abad ke-22 bisa datang ke abad 20 ini. Singkat saja, asal aku mengerti!” ujar Fang Leng yang sudah merasa gemas dengan apa yang Fang Lie katakan.

Fang Lie menghela napasnya dengan panjang, “Baiklah, aku akan menceritakannya.”

Fang Leng terdiam sejenak, karena sebentar lagi mungkin ia akan mendengar keseluruhan cerita dari manusia langka bernama Fang Lie itu.

“Sebelumnya, aku ingin memberi tahu namaku. Aku Fang Lie, manusia dari abad ke-22. Aku memiliki problematika bersama dengan rivalku, yang saat ini disebut sebagai Maestro yang memimpin negara kami. Dia mengincarku, karena dia ingin membuat kehidupan ini menjadi seperti yang ia inginkan,” ucapnya, membuat Fang Leng agak paham dengan apa yang ia katakan.

Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Fang Leng.

“Tunggu sebentar, kau bermarga Fang?” tanya Fang Leng, membuat Fang Lie memandang ke arahnya.

“Ya, itu nama marga keluarga kami.”

Fang Leng mendelik kaget, “Aku pun bermarga Fang!” ujarnya, sontak membuat Fang Lie sama terkejutnya dengan dirinya.

Pasalnya, Ayah dari Fang Lie pernah bercerita mengenai para leluhurnya dan juga marga tentang keluarganya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!