Fang Lie di Ujung Tanduk

Seseorang melangkah menuju ke sebuah singgahsana, yang berada di hadapannya. Ia melangkah dengan pandangannya yang selalu ia arahkan ke arah bawah, karena ia sangat segan dengan orang yang akan ia hadapi saat ini.

Di sana, sudah terdapat seorang lelaki yang terlihat memegang sebuah kerangka tengkorak. Pada tangan sebelah kanannya, ia juga memegang segelas anggur, yang merupakan minuman favoritnya.

Ya! Lelaki yang duduk di atas singgahsana itu, adalah Sang Maestro yang disebut-sebut oleh Fang Lie sebelumnya. Ia terlihat memandang ke arah lelaki yang sedang berjalan ke arahnya, dengan tatapannya yang sangat tajam.

“Tuan Maestro,” sapanya, Sang Maestro pun meletakkan gelasnya ke arah meja yang berada sangat jauh darinya.

Maestro menggunakan kekuatannya, untuk meletakkan gelas tersebut, tanpa perlu bantuan dari para pelayan setianya yang berada di sebelahnya.

“Apa ada masalah yang berarti?” tanya Sang Maestro, lelaki bernama Lee itu memandangnya dengan tegas.

“Sudah beberapa hari ini, Fang Lie belum juga kembali untuk mencari raganya. Bagaimana ini? Apa ada perintah untuk menjemputnya secara paksa?” tanya Lee, Sang Maestro tetap pada sikapnya yang sangat dingin dan terkesan sangat menakutkan.

Pandangan matanya seketika berubah, dan seakan mengeluarkan cahaya merah dari dalam bola matanya. Mendengar laporan dari Lee, ia merasa sangat kesal.

‘Ternyata, hukuman yang sudah aku lakukan tidak sampai membuatnya jera!’ batin Maestro, yang merasa sangat kesal karenanya.

Matanya seketika memandang ke arah Lee, membuat Lee merasa sedikit tersentak.

“Jika dalam 3 hari ke depan, Fang Lie tidak datang untuk mengambil keputusan, hancurkan saja raganya! Biarkan dia mati dalam keadaan yang sangat mengenaskan!” ujarnya, sontak membuat Lee merasa sangat ketakutan mendengarnya.

Ucapan Sang Maestro tidak pernah main-main. Ia selalu mengatakan hal yang harus dilakukan oleh para pengikutnya. Tidak ada yang berani menolak dan membantahnya, termasuk juga Lee.

Lee membungkuk seraya menundukkan pandangannya, “Baiklah, Tuan.”

Lee pun pergi dari sana, dan berjalan keluar dari sana. Ia melangkah dengan elegan, dan tersadar bahwa ada seseorang yang sejak tadi memperhatikannya.

Terlihat seorang kakek tua, yang saat itu sedang berdiri di dekatnya. Ia merasa ada yang aneh dari kakek tua itu.

‘Aku belum pernah melihat dia,’ batin Lee, yang berpikir sejenak tentang kakek tua itu.

Karena ia yang sangat terburu-buru, Lee pun tidak menggubris apa yang dilakukan kakek itu di depan istana Sang Maestro.

Lee berjalan cepat, meninggalkan kakek itu yang ternyata masih menatap ke arah Lee melangkah.

Setelah melihat Lee yang sudah pergi jauh dari hadapannya, sang kakek tua pun berubah wujud menjadi seorang wanita yang sangat cantik.

Wanita itu bernama Xiao Qi. Ia menyunggingkan senyumannya ke arah Lee melangkah, karena ia merasa Lee sangatlah bodoh.

“Kenapa dia sangat bodoh? Di negeri ini, tidak ada seorang pun yang usianya melebihi 50 tahun. Dari negeri lain pun tidak diperkenankan adanya migrasi penduduk,” gumam Xiao Qi, yang merasa pelayan dari Sang Maestro sangatlah bodoh.

Xiao Qi terlihat menghilang dari tempatnya berada, dan segera muncul pada sebuah tempat yang tak lain adalah rumahnya.

Di sana, sudah menunggu beberapa orang yang berjaga di sekitar kediamannya.

Melihat kedatangan Xiao Qi, mereka pun menjadi sangat senang karena ternyata Xiao Qi berhasil kembali dengan keadaan selamat.

“Syukurlah kau kembali dengan selamat!” ujar salah seorang temannya.

“Ya, aku sudah sangat khawatir dengan keadaanmu!”

“Jangankan kamu, kita semua pun sama seperti itu!”

Ada tiga orang pemuda yang tampan di sana. Mereka tak lain adalah teman-teman dari Xiao Qi, yang juga merupakan teman dari Fang Lie.

Hanya mereka berempat, yang sangat setia mendukung Fang Lie untuk menjadi pemimpin di negeri mereka itu.

Kepemimpinan yang dipimpin oleh rezim Sang Maestro saat ini, hanya mementingkan kepentingan pribadi dan golongan saja. Apalagi, banyak dari mereka yang terpaksa mengikuti Sang Maestro, hanya karena tidak ingin mati sia-sia.

Xiao Qi, adalah satu-satunya wanita yang sangat mendukung Fang Lie untuk mencapai kejayaan. Ia juga adalah orang yang sangat mencintai Fang Lie, dan tidak ingin sesuatu apa pun terjadi dengan Fang Lie.

Fang Lie pun demikian. Namun, karena ia masih memiliki tujuan lain dalam hidupnya, ia belum bisa memikirkan hal-hal seperti cinta dalam hidupnya.

Namun tak bisa dipungkiri, bahwa Fang Lie pun mencintai dan menyayangi Xiao Qi.

“Terima kasih, kalian sudah khawatir dengan keadaanku. Aku tidak apa-apa. Yang aku khawatirkan, justru hal yang lain daripada keselamatanku,” ujar Xiao Qi, sontak membuat mereka semua tertegun mendengarnya.

“Ada apa?”

“Ya, apa yang terjadi sehingga kau sangat takut seperti ini?”

“Ceritakan saja semuanya pada kami! Setelahnya, mari menyusun siasat!”

Mereka sangat peduli dengan Xiao Qi, karena mereka juga sangat menyayanginya. Hanya ada satu wanita di hati mereka, tetapi mereka tidak bisa memungkiri kalau ternyata Xiao Qi lebih memilih Fang Lie daripada mereka.

Xiao Qi duduk di hadapan mereka, “Aku takut! Aku sedikit mendengar apa yang Maestro itu katakan!” ujarnya, sontak membuat teman-temannya mendelik tegang mendengarnya.

“Kau takut kenapa, Xiao Qi?”

“Ya, apa yang ia katakan? Apa dia mengancammu?”

Xiao Qi menggelengkan kepalanya, “Dia tidak mengancamku, tapi membuat keputusan yang membuatku merasa sangat takut! Ini tentang Fang Lie!” ujarnya, sontak mereka mendekat ke arah Xiao Qi dengan tatapan yang sangat serius.

“Ada apa dengan Fang Lie?”

Xiao Qi menghela napasnya dengan panjang, “Aku tidak sengaja mendengar percakapan antara Maestro dengan Lee. Kalau dalam 3 hari ke depan Fang Lie tidak datang untuk menukar raga dengan benda pusaka itu, mereka akan menghancurkan raga Fang Lie dengan cara yang sangat mengenaskan!” ujarnya, sontak membuat mereka mendelik kaget mendengarnya.

Mereka tidak menyangka, kalau ternyata Sang Maestro yang merupakan rival dari Fang Lie itu, sangat kejam dan tega melakukan hal seperti itu.

“Apa katamu?!” pekik salah seorang dari mereka, membuatnya teman yang lain menjadi sangat terkejut karena mendengarnya.

“Kau tidak bercanda, ‘kan?” tanya temannya yang lain.

Xiao Qi menggelengkan kepalanya dengan sendu, “Aku tidak bercanda dengan hal yang menyangkut Fang Lie. Aku tidak mau terjadi apa pun padanya. Bagaimana ini?”

Terlihat raut keputusasaan dari wajah Xiao Qi, membuat semua teman-temannya menjadi sangat sendu karena melihat ekspresinya yang juga terlihat menyedihkan.

Biar bagaimanapun juga, Fang Lie juga merupakan teman mereka. Mereka tidak ingin sampai terjadi apa pun kepada raga Fang Lie, karena itu juga bisa membuat wanita yang mereka sayangi menjadi sangat hancur.

Mong Ryong, Liu Bei dan Zhou Yu pun menjadi sangat iba melihat kesedihan yang dialami Xiao Qi.

“Ini tidak bisa dibiarkan!” pekik Zhou Yu, membuat semuanya berpikir apa yang ia pikirkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!