Harusnya malam ini menjadi malam yang indah untuk mereka berdua, layaknya pasangan pengantin baru. Namun, Syakilla justru mendapatkan luka yang begitu mendalam dari suaminya.
"Mas, kamu kok kasar banget sih? Aku ini istri kamu! Tak sepantasnya kamu bersikap seperti ini kepadaku," protes Syakilla.
"Siapa yang menyuruh kamu tidur di ranjang? Kita memang sudah resmi menjadi suami istri, tetapi aku tak mencintai kamu. Aku menikahi kamu karena terpaksa, karena orang tua aku menjodohkan kamu sama aku," ucap Raihan ketus.
"Kamu pikir, aku cinta sama kamu? Aku juga terpaksa menikah dengan kamu. Jika kamu ingin protes, kamu langsung saja protes ke Ayah kamu," jawab Syakilla tak kalah ketus.
"Sudah ... sudah ... sudah! Ini sudah malam, aku ingin tidur! Besok pulang dari sini, kita langsung pindah ke rumah kita. Kado pernikahan kita dari Ayah," ucap Raihan.
Rasa lelah setelah bercinta dengan Syila, membuat Raihan cepat memejamkan matanya. Raihan kini terlihat sudah terlelap. Sedangkan Syakilla justru masih terjaga, karena ulah dari Raihan yang memaksanya untuk membuka mata.
"Jika bukan karena permintaan Ayahmu, aku tak akan sudi menikah dengan laki-laki sombong seperti kamu. Aku akan berusaha untuk membuat kamu berubah, dan mencintai aku," ucap Syakilla dalam hati.
Untuk menenangkan hatinya, Syakilla memilih untuk mengambil wudhu dan sholat tahajud. Dia berharap suaminya akan berubah. Karena hanya Allah yang mampu membolak-balikan hati manusia. Syakilla berdoa di dalam sujudnya. Semoga pernikahan dirinya dengan suaminya kelak menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, dan warohmah.
Tak terasa air matanya menetes satu persatu, Syakilla terisak tangis. Sampai-sampai dirinya memegangi dadanya yang terasa sesak. Baru saja beberapa jam dia melangsungkan pernikahan, dirinya kini sudah mendapatkan luka di hati dari suaminya.
"Aku ini istrimu, tetapi kamu dengan teganya menyuruh aku tidur di sofa," ucap Syakilla lirih.
Syakilla membaringkan tubuhnya di sofa, dan berusaha memejamkan matanya. Namun, ditengah malam dirinya meringkuk karena merasa kedinginan. Akhirnya dia membuka matanya untuk mencari selimut. Dia pandangi wajah Raihan yang tertidur pulas.
"Bisa-bisanya kamu tertidur pulas, sedangkan istri kamu meringkuk kedinginan. Dasar laki-laki tak punya hati," umpat Syakilla.
Diam-diam Syakilla mengambil selimut yang berada di ranjang dan memakainya. Kemudian dia tertidur lagi.
Suara adzan di ponselnya sudah berbunyi, pertanda dirinya harus bangun untuk menjalankan sholat subuh. Syakilla bangkit dan bergegas untuk mengambil wudhu, dan sholat.
"Mas, Mas sudah subuh! Ayo bangun, sholat dulu!" Syakilla mencoba membangunkan suaminya, menggoyang-goyangkan tubuh suaminya.. Membuat tidur Raihan terganggu. Hingga akhirnya perlahan dia membuka matanya. Dirinya langsung bangkit dan menatap Syakilla dengan tatapan tajam.
"Berani-beraninya kamu membangunkan aku yang sedang tidur. Jangan pernah sekali lagi, kamu seperti ini! Jika kamu melakukannya, aku tak akan membiarkan kamu hidup tenang!" ancam Raihan.
"Mas, aku ini istrimu! Sudah menjadi tugas aku untuk mengingatkan kamu untuk sholat," sahut Syakilla.
"Aku tak butuh! Lebih baik kau urus saja hidupmu sendiri, tak perlu mengurus hidup aku!" bentak Raihan membuat Syakilla terperanjat kaget. Bahkan dirinya sampai bergetar. Namun, dirinya bertekad dalam hati. Dia tak akan bersikap lemah, dia akan membuat suaminya menyesal di kemudian hari karena mengabaikan dirinya.
Perdebatan mereka terhenti, karena Ayah Abimanyu menghubungi Raihan. Mau tak mau dirinya harus bersikap baik kepada Syakilla.
"Waalaikumsalam. Iya, Ayah. Ada apa?" tanya Raihan saat menerima panggilan telepon dari Ayahnya. Ternyata sang ayah menyuruh dirinya dan Syakilla menginap di rumah Ayahnya.
"Maaf Ayah, kami sudah sepakat untuk langsung menempati rumah pemberian Ayah. Kami ingin mencoba hidup mandiri, agar kami saling mengenal. Ya 'kan sayang?" tanya Raihan yang berpura-pura bicara kepada Syakilla.
"Giliran bicara sama ayahnya, sok manis," umpat Syakilla dalam hati.
"Ya sudah, kalau seperti itu. Semoga kalian cepat saling mengenal," ucap Ayah Abimanyu dan Raihan mengiyakan.
Selama dalam perjalanan Raihan dan Syakilla hanya saling diam. Tak ada sepatah katapun keluar dari bibir keduanya. Mereka sibuk dengan pemikirannya sendiri. Syakilla memilih menatap ke arah jalanan.
Mereka kini sudah sampai di sebuah rumah minimalis berlantai dua. Rumah yang memiliki taman yang indah, yang di hiasi berbagai macam bunga. Bukan hanya rumah saja, Ayah Abimanyu juga memberikan beserta isinya.
"Berhubung kita ada tiga kamar, kamu pakai satu kamar yang berada di bawah, aku pakai kamar yang di atas. Terus, kita tak perlu pakai ART. Kalau memang mau pakai ART cari yang pulang pergi saja," ucap Raihan membuat Syakilla melongo.
"Kenapa kamu terkejut?" tanya Raihan.
"Aku ini istri kamu! Mengapa kita tak tidur satu kamar? Pernikahan macam apa ini?" protes Syakilla.
"Jangan pernah bermimpi pernikahan yang indah! Karena aku tak akan pernah mencintai kamu. Sudahlah tak perlu protes! Paling tidak, hal ini lebih baik daripada kamu hidup sebatang kara. Paham?" cerocos Raihan.
"Aku lebih baik menjadi janda, daripada harus menikah seperti ini. Lebih baik sekarang kamu talak aku, daripada kamu menyiksa aku secara perlahan. Aku hanya tinggal bilang sama Ayah kamu, kita ingin bercerai. Selesai!" Ucapan Syakilla membuat Raihan menelan salivanya. Ternyata istrinya ini bukanlah istri yang lemah. Justru dirinya yang sekarang terjebak.
"Mengapa diam? Kamu bilang, kamu tak mencintai aku? Mengapa kamu masih mempertahankan pernikahan ini? Jika kamu tak menginginkan aku, aku akan pergi sendiri. Aku memang miskin, tetapi aku punya harga diri! Bukan seperti kamu yang seorang penjilat, yang bersikap manis di depan orang tua kamu," ucap Syakilla yang kini menatap sinis ke arah suaminya.
Syakilla hendak mengambil tasnya, tetapi Raihan mencegahnya.
"Ok, ok. Kita tidur satu kamar. Tetapi aku mohon, jangan minta aku memenuhi kewajiban aku sebagai seorang suami dalam waktu dekat ini," ucap Raihan.
"Siapa bilang aku ingin tidur satu kamar sama kamu? Justru bagus kamu tak menyentuh aku, jadi aku akan selalu perawan. Meskipun status aku sudah menikah," sindir Syakilla. Dia langsung mengambil tasnya dan masuk ke dalam kamar yang berada di bawa.
Rumah tangga mereka bukanlah rumah tangga yang harmonis. Raihan selalu saja memilih menghindar, dia kerap pulang malam. Dia juga tak pernah menyentuh makanan yang disiapkan Syakilla. Mereka berdua seperti orang asing yang tinggal satu atap.
"Sudah aku bilang, kamu tak perlu menyiapkan makanan untuk aku!" bentak Raihan, saat Syakilla menawarkan suaminya makan.
Raihan tak pernah menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami. Membuat Syakilla protes.
"Jika kamu tak pernah menganggap aku, lebih baik kita pisah! Jika kamu masih menganggap aku sebagai istri dah kamu, tolong hargai aku sebagai seorang istri," ancam Syakilla.
"Selalu saja itu yang kau ributkan! Dengar ya! Aku tak akan pernah menceraikan kamu dalam waktu dekat ini. Jadi, jangan pernah bermimpi untuk terbebas dari aku," sahut Raihan ketus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sri Puryani
betul killa, jgn lemah jgn mau diinjak hrg dirimu
2024-07-03
0
Arie Chrisdiana
Rayhan ndak punya ibu kah kok dr awal yg bicara ayahnya Rayhan aja
2023-10-03
0
Arie Chrisdiana
bagus syakilla kita sbg kaum wanita hrs tegas jgn tunjukkan kelemahan kita didpn laki2
2023-10-03
0