Bab 2. Lo lagi?

...🍀🍀🍀...

Hari sial dialami oleh Juna, seperti yang selalu diucapkannya bahwa hari Senin adalah kutukan. Apalagi saat ia bertemu dengan gadis culun si mata empat tadi. Tapi semua itu tak membuat semangat bolos Juna jadi urung, ia tetap membolos dan pergi ke tempat balapan liar bersama anak-anak yang lebih dewasa darinya.

"Ternyata lo jadi bolos juga," kata seorang pria dengan rambut mohawknya seraya menepuk tangan Juna. Pria itu adalah penyelenggara lomba balap liar, namanya Kevin.

"Jadi dong bro." sahut Juna sambil tersenyum dingin. Lalu ia pun memulai balapan liar bersama peserta lainnya disana, disaat semua temannya berada di sekolah mengikuti upacara bendera.

****

Ditengah-tengah upacara bendera SMA Pancasila, saat siswa-siswi yang sedang berdiri mendengarkan ceramah dari si pembina upacara. Atensi mereka tiba-tiba tertuju pada seorang gadis yang jalan sempoyongan ke arah para siswa di lapangan. Penampilan gadis berseragam putih abu itu terlihat lusuh dan gaya rambutnya juga kampungan dengan kepang dua yang sudah ketinggalan zaman. Semua siswa itu menatap Naya dengan tatapan aneh.

"Siapa itu? Kenapa jalannya sempoyongan gitu?"

"Dia mabok kali ya?" tanya seorang siswa lainnya.

Naya sendiri terlihat kebingungan, ia jalan sempoyongan karena 2 hal. Pertama karena kacamatanya yang pecah dan tidak bisa digunakan lagi, kedua sebab kaki kirinya sakit. Ia baru menyadari kakinya terluka saat sampai di gerbang sekolah barunya itu. Kebingungan Naya akhirnya teratasi saat seorang gadis cantik berambut panjang sebahu menghampirinya.

"Hey, kamu gak apa-apa kan?" tanya gadis itu seraya memegang tangan Naya. "Mata kamu minus ya?" tanyanya lagi saat menyadari bahwa arah pandang mata Naya kemana-mana.

"I-iya, aku gak bisa lihat jelas." jawab Naya dengan pandangan yang tidak jelas siapa wanita didepannya ini.

Tak lama kemudian seorang guru datang menghampiri Naya dan gadis itu. Guru wanita itu bertanya apa yang terjadi dan siapa Naya. Naya menjelaskan bahwa ia adalah murid pindahan dari jalur beasiswa. Ghea terlihat tertarik saat Naya menjelaskan bahwa ia murid jalur beasiswa dari Yogyakarta. Berarti Naya pintar makanya bisa masuk ke sekolah itu, pikir Ghea dalam hatinya. Naya juga meminta maaf pada Bu guru karena ia datang terlambat di hari pertamanya sekolah disana.

"Ya sudah! Untuk hari ini saya maafkan, tapi tidak ada lain kali. Ghea, ibu boleh minta tolong sama kamu kan nak?" tanya Berlin, guru matematika yang terkenal killer itu.

Rupanya gadis baik hati yang menolong Naya itu adalah Ghea. Gheana Safira, gadis yang di juluki sebagai bidadari dan ratunya SMA Pancasila. Selain baik, Ghea juga cerdas dan banyak cowok yang mengejarnya. Lihat saja tatapan semua orang pada Ghea, mereka semua kagum padanya. Ya, Ghea terkenal baik hati.

"Iya Bu, mau minta tolong apa?" tanya Ghea lembut.

"Tolong bantu Naya ya, kamu kan ketua kelasnya. Jadi kalau ada apa-apa Naya bisa tanya kamu. Nah sekarang kamu tolong bawa Naya ke UKS, kakinya terluka." ucap Berlin ramah pada Ghea tapi galak pada siswa lain. Jelas, sebab Ghea adalah siswi kesayangannya. Ghea selalu menjadi nomor satu di kelasnya maupun di sekolah.

"Baik Bu, saya akan bantu Naya." jawab Ghea sambil tersenyum. "Ayo Nay, gue antar ke uks ya."

'Masya Allah suara cewek ini adem banget, kayaknya orangnya juga cantik. Sayang mataku burem gak bisa lihat jelas' batin Naya yang juga kagum dengan sosok Ghea.

Ghea lalu membawa Naya ke ruang UKS sekolah, tangan Ghea menggandeng tangan Naya agar gadis itu tidak kesulitan berjalan. Mereka pun berkenalan dan Ghea menawarkan pertemanan. Ghea juga meminjamkan kacamata sementara untuk Naya walau minusnya berbeda setengah, tapi lumayan bisa Naya pakai. Setelah upacara bendera berakhir, Naya pergi ke kelas bersama dengan Ghea dan Bu Berlin.

Bisa Naya rasakan tatapan dari siswa-siswi itu padanya, begitu dingin dan tidak bersahabat. Beda dengan teman-teman di sekolahnya yang friendly. Tampaknya Naya harus berusaha beradaptasi lebih ekstra dengan teman-teman barunya yang hampir semuanya kaum Borjuis ini. Naya harap ada murid yang sama dengannya di sekolah ini.

"Ya sudah Naya, kamu duduk di bangku kosong ya. Sebentar lagi saya akan memulai ulangan." ujar Berlin pada Naya.

"Ulangan Bu?" tanya Naya terkejut dengan wajah polosnya.

"Iya, ini ulangan harian. Santai saja Naya, cepat duduk!"

"Iya Bu."

Naya berjalan dari depan kelas dan mencari bangku kosong disana. Dia hanya melihat dua bangku kosong di pojokan kelas itu karena semua sudah penuh. Naya tersenyum dan berjalan menuju ke bangku itu. Namun ditengah perjalanan, seorang siswi meringkas kakinya dan membuat Naya tersandung lalu jatuh.

"Sorry, gak sengaja." ucap siswi yang duduk disebelah Ghea itu. Siswi itu menatap Naya dengan tajam dan tatapan meremehkan. Naya sadar akan hal itu, pasti harinya akan sulit disini.

"Ria, lo gak boleh gitu dong!" seru Ghea menegur temannya. "Kamu gak apa-apa Naya?" Ghea mengulurkan tangannya dan membantu Naya berdiri.

'Baik banget Ghea, dia kayaknya beda sama anak-anak yang lain' batin Naya kagum pada Ghea.

"Makasih Ghea." kata Naya sambil tersenyum, kemudian ia pun menuju ke kursi kosong paling pojok disana. Naya pun duduk di kursi tersebut.

Berlin yang berada didepan kelas segera membagikan kertas ulangan pada siswa-siswinya, bak ulangan semester. Tidak boleh ada yang berisik, harus fokus sampai ulangan selesai. Naya yang memang titelnya murid teladan, tentu saja patuh dan taat pada perintah.

"Alhamdulillah soalnya gak jauh beda sama yang udah aku pelajari di sekolahku dulu." gumam Naya seraya tersenyum saat melihat soal di kertas ulangannya. Naya pikir pelajaran di sekolah elit ini akan sangat sulit, tapi tak jauh beda dengan apa yang sudah ia pelajari di sekolah lamanya dulu.

Tak lama kemudian saat semua siswa tengah fokus dengan soal ujian dan Bu Berlin didepan kelas sambil memantau. Terlihat dua orang pria didepan pintu kelas itu.

"Aduh...ampun kak! Ampun!" pekik Juna saat telinganya dijewer oleh guru kesiswaan pak Ferdi.

"Masuk kelas, KAMU! Kalau papa kamu tau, habis kamu Juna!" seru pak Ferdi pada Juna, tak peduli dilihat Bu Berlin atau semua siswa yang ada di kelas unggulan itu.

Juna melirik Ghea yang kini tengah melihatnya juga. Sial dia sangat malu, imagenya turun dilihat oleh Ghea dalam keadaan memalukan seperti ini. 'Sial, image gue!'

Ferdi membawa Juna ke kelas itu saat Juna tengah balapan liar. Ferdi adalah kakak sepupu Juna.

"JUNA cepat duduk, saya izinkan kamu masuk kelas untuk ikut ujian. Setelah ini kamu harus di hukum!" ujar Bu Berlin tegas.

Juna berjalan masuk tanpa mempedulikan omelan Bu Berlin. Bu Berlin kesal dan akan menghukum Juna setelah ini.

Pria muda itu berjalan menuju ke bangkunya yang ada di paling belakang. Saat ini bangkunya ditempati oleh Naya.

"Minggir lo!"

Naya yang tadi sempat tertunduk, langsung mendongak begitu mendengar suara bariton rendah didekatnya.

"LO LAGI?!" sentak Juna saat melihat wajah yang membuat hari Seninnya semakin berantakan.

...****...

Spoiler....

"Kita nikahkan saja mereka!"

Terpopuler

Comments

Inha

Inha

Lo lagi jodohmu itu bang🤣

2023-01-06

2

Bila

Bila

Semoga si Ghea baik ya bukan musuh dalam selimut 🤗🤔

2023-01-06

1

⸙ᵍᵏoᷡuͦbᷡliͣer༄༅⃟𝐐

⸙ᵍᵏoᷡuͦbᷡliͣer༄༅⃟𝐐

kpn meeeka di nikahkan nya thor
wah diem² Juna menaruh rasa sm cewek cantik & baik hati syg Ghea bkn jodohmu jodoh yg di takdirkan untukmu si culun Jun 🤭🤭

2023-01-04

4

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 48 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!