...🍁🍁🍁...
Juna dan Naya saling menatap dengan suasana canggung, nafas mereka memburu dan jantung mereka berdegup kencang. Tatkala Naya menindih tubuh telanjang dada Juna tanpa sengaja.
"Ju-Juna...kamu sakit jantung ya?" tanya Naya yang sontak saja membuyarkan lamunan Juna. Baru saja Juna memuji Naya dalam hati, kalau mata gadis itu sangat indah tanpa kacamatanya.
'Juna, jangan gila lo! Lo udah punya Ghea, Ghea yang paling cantik' batin Juna menolak mengakui bahwa Naya memang cantik.
"Siapa yang sakit jantung? Turun lo! Berat banget badan lo!" seru Juna mendengus kesal.
"Ah...iya maaf." Naya beranjak bangun dari tubuh Juna, saat Naya duduk dan Juna ikut duduk. Tiba-tiba saja wajah Juna berubah menjadi pucat.
'Sial! Kenapa kayak gini?' batin Juna panik saat merasakan sesuatu dibawah sana yang mengencang.
"Woy! Cepetan turun, gue berat." serka Juna buru-buru.
"Ah iya...kacamataku, kacamataku mana Jun?" tanya Naya yang masih duduk di pangkuan Juna. Akhirnya Juna pun menyerahkan kacamata Naya yang ada di lantai, bahkan kacamata itu kembali pada Naya.
Naya pun kembali berdiri, ia membenahi rambutnya yang sedikit acak-acakan itu. Sumpah, dia merasa berdebar saat berdekatan dengan Juna. Dia selalu terpesona dengan Juna, walaupun cowok itu sangat menyebalkan.
"Mau apa sih lo kesini? Ganggu aja." ketus Juna.
"Itu...aku mau nanyain, kamu mau makan apa? Sekalian, aku mau masak." kata Naya langsung pada intinya.
"Lo bisa masak?" tanya Juna dengan kening berkerut.
"Masa cewek gak bisa masak sih? Bisa dong." jawab Naya percaya diri, hingga senyuman indah terbit di bibirnya sampai menunjukkan satu lesung pipinya.
Tiba-tiba saja angin berhembus datang menerpa hati Juna. Sesaat jantungnya seakan berhenti berdetak saat melihat senyuman Naya.
Kenapa Juna jadi berpikir bahwa si mata empat ini, cantik? Kenapa dia jadi membanding-bandingkan Naya dan Ghea? Apalagi soal memasak. Ia jadi ingat ketika Ghea membawakan makanan untuknya di sekolah, saat Juna bertanya apakah makanan itu dia yang membuatnya atau bukan? Ghea menjawab begini.
..."Maaf Jun, aku gak bisa makan. Ini dibuatin sama bibik. Tapi kamu gak keberatan kan kalau aku gak bisa masak?"...
"Jun, kamu kenapa? Hey, kenapa malah geleng-geleng kepala kayak gitu?" tanya Naya sambil melambai-lambaikan tangannya ke depan wajah pria tampan itu.
Juna tersadar dari lamunannya. "Gue...gue mau nasi goreng, gak pake kecap. Ok?"
"Oke, tunggu ya. Kamu cepat pake baju sana, aku masak dulu dibawah." ujar Naya pada pria itu. Kemudian ia pun berjalan menuruni tangga, menuju ke dapur dan bersiap memasak.
Setelah Naya pergi, Juna mengambil nafas dan menghembuskannya. Ia memegang dadanya yang sempat terasa sesak barusan saat berhadapan dengan Naya. "Gila...gila....
gue pasti kesambet setan kalau gue bilang kalau dia cantik. Tapi gue--gue mulai merasa dia cantik. Apalagi lesung pipinya itu...ah nggak! Pokoknya ayang Ghea gue yang paling cantik, titik!" Juna menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menepis pikiran tentang Naya yang cantik.
****
Keesokan harinya, usai sarapan pagi dengan menu oatmeal yang ada di lemari es. Naya dan Juna bersiap berangkat sekolah. Tumben tumbenan kali ini Juna mengajak Naya untuk pergi ke sekolah bersama.
"Kenapa kamu ngajak aku? Biasanya juga, kamu jemput Ghea kan?" tanya Naya heran.
"Ghea gak masuk sekolah lagi, dia lagi izin sakit." jawab Juna singkat. "Udah buruan, entar telat."
"I-iya deh." Naya, gadis itu tersenyum senang saat Juna tiba-tiba saja mengajaknya berangkat sekolah bersama.
Namun saat ia akan naik ke jok belakang motor Juna. Tiba-tiba saja seorang pengendara motor sport berwarna hitam, berhenti didepan rumah Juna.
"Gara? Ngapain kamu disini?" tanya Naya pada sosok pria yang baru saja membuka helmnya.
"CK...si Gara-gara pasti mau cari gara-gara lagi." decak Juna dengan suara pelan. Ia tidak suka dengan kehadiran pria bernama Gara itu.
"Aku kesini mau ngajak kamu berangkat bareng Nay," ucap Gara pada Naya ramah.
"Gak bisa, Naya berangkat ke sekolah bareng gue." sentak Juna menjawab dengan cepat, sebelum Naya akan menjawabnya.
"Naya cepetan!" seru Juna.
"Hem...maaf ya Gar, aku udah janji mau berangkat bareng Juna." tolak Naya lembut.
"Its okay, aku bisa ngikutin dari belakang." jawab Gara santai.
Naya ikut dengan Juna naik ke motornya dan Gara mengikuti mereka dari belakang. Di dalam perjalanan menuju ke sekolah, Juna mengatakan kata-kata yang tidak biasanya. Pria itu tidak kasar lagi kepada Naya, bahkan dia mengatakan pada Naya bahwa ia tidak pernah membullynya.
"Gue bakal nyari tau siapa yang bully lo, tapi benaran bukan gue. Gue bicara kayak gini karena gue mau hubungan kita buruk sebelum kita cerai nanti. Ya seenggaknya kita bisa berteman." tutur Juna.
"Ehm...iya..." sahut Naya dengan mata berkaca-kaca. Saat mendengar kata cerai, hati Naya mencelos seakan tak rela.
"Oh ya btw, nanti kita jalan yuk. Nanti sore."
"Ja-jalan?" Naya tercengang.
"Iya, kita janjian di taman kota. Pulang sekolah gue mau ke rumah Bian dulu." jelas Juna.
"Ke rumah Bian? Ngapain Jun?"
"Ada urusan. Jam 4 gue udah ada disana, lo juga pasti shalat ashar dulu kan. Lo diem di rumah jangan kemana-mana." jelas Juna perhatian.
'Gue bakal beliin hp buat lo, gak masalah deh uang tabungan gue ludes. Daripada gue gak bisa komunikasi sama lo' batin Juna.
"Iya Jun! Aku mau, aku gak bakal kemana-mana udah pulang sekolah nanti." kata Naya semangat.
****
Sepulang sekolah, Juna langsung menghilang bersama dengan Bian dan Choki yang kebetulan sedang menganggur hari itu. Juna mengajak Choki dan Bian ke mall, membeli ponsel untuk Naya. Juna kasihan pada Naya yang tidak memiliki alat komunikasi sama sekali, ketika semua orang memilikinya. Bahkan Naya harus menelpon ibunya lewat telpon rumah.
****
Sore itu, Naya sudah berpakaian rapi. Usai shalat ashar ia segera pergi ke taman kota. Tempat janjiannya dan Juna. Gadis itu menunggu Juna disana dan disisi lain Juna juga baru selesai dari mall. Ia otw ke tempat janjiannya dan Naya.
"Si mata empat pasti senang gue beliin hp. Oke otw deh." pria itu menaiki motornya dan bersiap memakai helm. Namun vibrasi ponsel menginterupsinya.
"Ghea?" gumam Juna setelah melihat siapa yang menghubunginya. "Halo sayang."
"Juna kamu dimana sih? Katanya mau nemenin aku makan siang sama minum obat. Tapi mana?" tanya Ghea marah-marah.
"Ya Allah sayang aku lupa, oke oke. Aku otw kesana ya sekarang, jangan marah." Juna panik, ia lupa janjinya pada Ghea hari ini yang akan menemani makan siang juga minum obat.
Juna yang tadinya akan pergi ke taman kota, jadi berubah haluan ke rumah Ghea. Sedangkan Naya dia menunggu Juna di sana.
2 jam berlalu....
"Juna mana sih? Ini udah ujan, dia belum datang juga. Apa dia baik-baik aja?" gumam Naya sambil berlari mencari tempat berteduh di sekitar sana, meski badannya sudah kebasahan. Hari juga sudah mulai gelap dan terdengar suara adzan magrib berkumandang di sekitar sana.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Uyhull01
hahaha bru gtu aja udah berdebar apa lgi klo emng kmu bnran nyadar jun,
wehhh tak patut si Juna ini mlh ingkar,
2023-01-18
1
Tiahsutiah
si juna pembohong hanya demi ghea melupakan janji nya ke Naya😏
sdh Naya mulai sekarang cuekin tuh si juna biar kapok😂
2023-01-14
1
pembaca novel
Pengen deh Naya tinggalin Juna
2023-01-14
2