Medan Indonesia, 11.00 WIB.
Kasya baru saja kembali ke tempat hotel dia menginap, dia baru saja selesai memeriksa proyek yang akan dia investasikan. Dia menghempaskan dirinya ke sofa karena sangat kelelahan.
Rama yang ikut masuk bersamanya ke dalam kamar hotel, langsung pergi untuk mengambilkan minuman untuk Presdirnya itu.
Ponsel Kasya yang ia taruh di meja berbunyi sedikit keras, matanya langsung melirik ke arah layar ponsel dan terlihat putranya menelepon.
Bibir Kasya tersenyum, dia segera mengambil ponselnya jarinya segera menekan tombol jawab.
"Wah! Mama sangat terharu sekali, akhirnya bayi kecil mama mengingatku. Tadinya mama tak ingin hidup lagi, karena kamu sepertinya sudah melupakan mama mu ini." Kasya berbicara dengan suara yang dibuat - buat, bahkan sambil tersenyum iseng.
"M-mama, mah... maafin Byan. Aku bukan anak yang baik, aku sudah melakukan kesalahan mah. Mah.. hiks." Kasya mendengar suara putranya sedang menangis pilu.
Kasya seketika berdiri, sudah lama dia tidak mendengar putranya itu menangis. Terakhir kali Byan menangis adalah 21 tahun silam, ketika Byan di operasi donor ginjal dari Ayahnya.
"Ada apa? Cepat jelasin sama Mama!" Kasya berjalan mondar-mandir, hatinya sangat gelisah.
"Mah, aku dan Davina. Kami sudah... sudah melakukannya, kami tidur bersama. Maaf mah, aku sepertinya harus menikahinya." Kesedihan putranya semakin terdengar menyedihkan olehnya.
"Tunggu! Jangan bertindak macam-macam dulu! Mama akan segera pulang." Kasya lalu mematikan teleponnya.
"Ada apa ini? Jika mereka melakukannya kenapa Byan bersedih? Bukankah Byan menyukai Davina?!" Otak Kasya berpikir dengan sangat keras, tapi kemudian karena ia tak ingin menerka-nerka lagi dia membuat keputusan akan segera mencari tau.
"Rama, sini!" Panggilnya.
"Ya, bu Bos?" Rama segera berjalan menghampirinya.
"Cancel jadwal kita selanjutnya, segera buat jadwal yang baru. Sekarang kita harus segera kembali ke Jakarta, kamu pesan tiketnya sekarang juga!" Perintahnya pada asistennya itu.
"Ahh, satu lagi! Selidiki Davina kekasih Byan, kamu tau kan. Selidiki semuanya, kalau bisa secepatnya aku mendapatkan informasinya. Paham!" Kasya menekankan kata-katanya.
Kasya sudah lama mengerti karakter Davina, tapi dia masih ingin menghargai putranya dan tak ingin menyelidikinya. Tapi sekarang setelah melihat situasinya, sepertinya dia sudah tak bisa berpangku tangan lagi.
***
Sekarang Byan sudah berada di apartemennya, dia baru saja pulang dari apartemen Davina dan berbicara dengannya.
Dia sedang berbaring di atas sofa dengan matanya menatap ke arah langit-langit ruangan Apetemen. Dia mengingat kembali perbincangannya dengan Davina dua jam lalu.
Flashback Apartemen Davina 2 Jam lalu ON.
"Davina, katakan apa yang terjadi semalam?" Byan bertanya langsung karena hatinya semakin gelisah.
Wajah Davina terlihat sedikit pucat saat dia mendengarnya, Davina masih terdiam dan tak mau membuka mulutnya.
"Davina, apakah benar kita melakukannya? Apakah kita berdua sudah tidur bersama?" Byan yang tak tahan akan kebungkaman Davina segera bertanya lagi.
"Tidur bersama?!" Davina kaget saat mendengar ucapan kekasihnya, dia kira Byan datang untuk meng-interogasinya soal obat perangsang semalam.
"Benar, aku melihat darah di seprai. Aku mengingat saat kita berciuman dan juga aku ingat saat kamu melepaskan bajuku. Lalu ketika pagi ini saat aku terbangun, aku sudah dalam keadaan tubuh yang telanjang. Aku paham betul akan keadaan tubuhku, aku tau aku sudah berhubungan intim dengan seseorang." Tatapan matanya menatap tajam ke arah Davina, seolah di dalam mata wanita itu ia akan mendapatkan jawaban dari semua pertanyaannya.
Kedua bola mata Davina membulat tak percaya, mulutnya menganga lebar.
Byan yang melihat respon dari wanita itu merasa penasaran, kenapa tanggapan dari Davina seperti bukan dia yang tidur dengannya.
"Davina bicaralah! Kenapa respon mu malah seperti ini, sebenarnya ada apa?" Byan tak bisa lagi menahan kekesalannya seketika membentaknya.
Davina terlihat terlonjak kaget di tempat duduknya, "Ya, benar. Kita sudah tidur bersama, bukankah semuanya sudah jelas? Hanya ada aku di apartemen mu, iya kan?" Davina dengan tegas menjawabnya tanpa ada keraguan sedikit pun, ia mencoba keberuntungannya. Sepertinya ia tau siapa wanita yang sebenarnya sudah tidur dengan kekasihnya itu tapi sepertinya Marsya belum mengatakannya.
Byan yang mendengarnya semakin menajamkan tatapan matanya, dia ingin mencari sedikit saja ketidakjujuran di kedua mata Davina.
Tapi meskipun Byan menatap Davina sangat lama, dia hanya melihat suatu ketegasan di dalam mata wanita itu.
Akhirnya Byan menghela nafasnya berat, kini semuanya sudah jelas dan dia benar-benar sudah melakukan kesalahan yang sangat besar.
Flashback 2 jam lalu OFF.
Byan menarik kembali ingatannya dari 2 jam lalu, dia lalu mengambil ponselnya dan segera menelepon Ibunya.
Setelah dia mendengar suara ibunya, akhirnya pertahanan dirinya runtuh. Kesedihan dan penyesalan yang sudah coba dia tahan, langsung keluar begitu saja. Dia terisak menangis saat menelepon ibunya saat menceritakan tentang insiden semalam.
Setelah panggilan teleponnya berakhir, dia melempar ponselnya sampai hancur. Dia menangisi kesalahannya dengan semua rasa penyesalan di dadanya, saat dia mengingat Marsya hatinya semakin hancur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Conny Radiansyah
dasar wanita licik loe Davina 😡
2022-12-29
0