Chapter 3

Sebenarnya Byan sedang fokus membenarkan resleting gaun Marsya, lalu seketika dia kaget karena Marsya menarik paksa dari tangannya.

Disaat Marsya berbalik badan dan ternyata gaunnya melorot lalu terjatuh, tatapan mata Byan tentu saja langsung tertuju kepada kedua gunung kembar putih mulus milik Marsya, sampai Byan pun tak sadar dan terbengong.

Ketika insiden selanjutnya terjadi, itu murni tak disengaja. Byan masih terbengong, tiba-tiba saja Marsya berpegangan kepadanya dan tentu saja dia tak bisa menopangnya dan akhirnya dia pun ikut tertarik jatuh.

Akhirnya terjadilah insiden yang mereka alami sekarang, byan yang wajahnya masih betah di tengah-tengah dua gundukan putih itu pun akhirnya tersadar dan segera bangkit dari posisinya yang berada di atas Marsya.

Dengan cekatan tangan Byan langsung menarik selimut dan segera menutupi tubuh semi polos Marsya.

Padahal sebenarnya perasaan Byan sekarang campur aduk, dia merasa malu terlebih dia merasa canggung. Juga yang paling terasa adalah jantungnya yang berdebar sangat hebat, dia juga tau jika Marsya sepertinya juga malu sama sepertinya.

Jadi agar situasi mereka tidak menjadi canggung, Byan pun berkata lebih dulu.

"Hei... bukankah kita sering mandi bareng saat kecil. Tubuh kamu bagian mana yang tidak pernah aku lihat, semua masih sama." Kata Byan.

"Juga kedua gunung kembar mu masih kecil seperti dulu dan aku juga masih melihatmu sebagai gadis kecil, jadi aku gak ada perasaan apapun. Anggap saja barusan tidak terjadi apa-apa, oke!" Lanjut Byan, dia tidak sadar jika perkataannya barusan ternyata akan membekas di hati Marsya.

Siapa wanita yang bisa menerima jika dua gunung kembar kepunyaannya, dikatakan kecil dan bahkan dia masih dianggap gadis kecil oleh lelaki yang sudah dicintainya?

Seketika Marsya membungkus dirinya dengan selimut lalu bangun dari ranjang dan membalas perkataan Byan.

"Kamu bilang apa barusan?! Kalau berani coba katakan sekali lagi!" Marsya merasa tak terima dengan semua perkataan Byan.

"Aku gak mengatakan apa-apa, aku pergi dulu. Oh ya kamu jangan lupa setelah berpakaian, pergilah ke kamar mama." Setelahnya Byan pun pergi dengan tergesa-gesa dan menutup pintu kamar dengan sedikit keras.

Tapi setelah berada diluar, Byan mengetuk-ngetukkan kepalanya ke dinding sambil sebelah tangannya memegang jantungnya yang masih berdebar.

"Perkataan bodoh apa itu tadi Byan! Dasar bodoh! Kenapa berkata tentang 'itu' nya yang kecil, sial! Dia pasti berpikir aku meledeknya. Ini gara-gara jantung bodoh ini." Gumam Byan memarahi dirinya sendiri sambil sebelah tangannya memukul pelan jantungnya.

"Byan... Kamu sedang kesambet atau lagi gabut? Kenapa ngetuk - ngetukkin kepalamu? Masalah pacar kamu lagi, Davina?" Tanya Kasya kepada putranya yang terlihat sedang bertingkah bodoh.

Saat Byan mendengar suara teguran mamanya, dia langsung menghentikan segala tingkah konyolnya dan bersikap seperti biasa lagi.

"Gabut mah gabut! Gak ada apa-apa kok." Jawab Byan ngeles sambil matanya melihat ke arah pintu kamar Marsya lalu dia menghela nafasnya.

"Byan... mama tau mulutmu dan kelakuan mu itu tidak sinkron, kalau gak ada apa-apa kenapa menghela nafas. Pasti masalah Davina lagi kan, mama kan udah bilang kalo mama gak suka sama pacar kamu itu." Kasya berbicara sambil menggelengkan kepalanya.

"Kalau Byan bilang bukan berarti bukan mah... Lagian kenapa selalu berpikir buruk sama Davina. Dia wanita yang Byan sukai, coba mama sedikit saja bisa menerimanya." Byan yang masih memikirkan perkataan bodohnya kepada Marsya, dan sekarang Ibunya malah mengajaknya adu argumen dia seketika menjadi kesal.

Setiap ada pembahasan tentang Davina diantara mereka berdua, pasti ujung-ujungnya mereka akan bertengkar.

Marsya yang bisa menilai karakter orang pun sebenarnya sedikit banyak bisa menilai karakter pacar Byan yang seorang artis itu. Tapi sayang setiap kali membicarakannya dengan putranya, mau itu bicara secara baik-baik atau seperti sekarang pasti berujung dengan pertengkaran.

"Mah, sudahlah. Byan kan sudah katakan, Byan akan urus wanita Byan sendiri. Mama sepertinya benar-benar harus segera mencari kekasih, biar percintaan Byan mama gak ikut ngurusin.Hihihi..." Goda Byan sambil memeluk Ibunya sayang, dia tak pernah bisa lama-lama bertengkar dengan ibunya.

"Kamu itu ya, sudah... sudah. Mama tadi suruh kamu panggil Marsya, tapi mama udah nunggu lama Marsya malah gak muncul-muncul." Ucap Kasya sambil melirik pintu kamar Marsya.

"Hehe... itu mah, karena mama udah dateng sendiri kesini. Sekalian aja mama masuk ke kamarnya, Byan ada hal urgent. Dah my sweetheart... emmuachhh." Dengan jahilnya Byan mencium pipi Ibunya, lalu dengan tergesa-gesa kabur menuju kamarnya.

Sweetheart adalah panggilan sayang Byan kepada Ibunya Kasya, karena menurutnya rasa sayang meskipun dilihat dari tindakannya, tapi terkadang kata-kata manis yang sering diucapkan akan membuat yang mendengarnya lebih bahagia.

Tentu saja Kasya langsung merasa hatinya hangat, anak kesayangannya itu meskipun sudah beranjak menjadi lelaki dewasa tapi tak berubah dan masih seperti dulu.

Bibir Kasya masih menyunggingkan senyuman ketika mengetuk pintu Marsya.

Saat Kasya mengangkat tangan ingin mengetuk pintu, ternyata pintu terbuka dari dalam kamar dan terlihat olehnya mata cantik Marsya terlihat sedikit sembab seperti baru saja menangis.

"Loh! Mata kamu kenapa sayang? Kamu habis menangis?" Tanya Kasya kaget melihatnya.

Marsya tersenyum, dia menjawab Kasya. "Oh ini, tadi sempet terpeleset di kamar mandi dan kaki Marsya kepentok. Terus karena sedikit sakit, Marsya nangis deh, hehe." Marsya segera menutup kesedihannya.

"Kamu ini ya, lain kali hati-hati. Sekarang ikut Ibu ke kamar yuk, ada hadiah yang sepertinya pas buat kamu." Ajak Kasya seraya menarik tangan Marsya. Mereka berdua segera berjalan turun menuruni tangga menuju kamar Kasya yang berada di bawah.

Dulu saat pertama kali Kasya pindah ke rumah ini, Bi Inah berkata padanya bahwa kamar di atas yang paling besar adalah kamar Randika dan Alise. Jadi akhirnya Kasya memilih kamar yang di bawah dan sengaja mengosongkan kamar besar bekas Randika dan Alise.

Setelah sampai di kamarnya, Kasya segera mengambil satu kado yang ternyata isinya adalah lingerie seksi pemberian dari si Raja buaya darat Raka. Setiap tahun pasti ada-ada aja kado aneh darinya, Kasya menertawakan kejahilan lelaki satu itu.

"Sayang, ini buat kamu aja. Ibu udah kurang pantas memakai yang seperti ini." Kata Kasya sambil menjulurkan tangannya yang sedang memegang lingerie tersebut lalu memberikannya kepada Marsya.

"Marsya tebak, pasti dari paman Raka. Hahaha..." Marsya pun mengambil lingerie itu sambil tertawa. Akhirnya ada sedikit obat untuk hatinya, yang masih sakit karena perkataan dari Byan tadi.

Terpopuler

Comments

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

jangan masuk kehati omongan Byan ...

2022-12-28

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!