Chapter 4

Sudah seminggu berlalu sejak insiden yang terjadi di kamar Marsya, sejak saat itu Byan dan Marsya belum bertemu lagi. Awalnya Marsya mengira Byan benar-benar sangat sibuk di perusahaannya dan sengaja selalu pulang ke apartemen miliknya, yang memang berjarak dekat dengan perusahaannya dan bisa ditempuh sekitar 10 menit di perjalanan dengan mobil.

Tapi sekarang sudah seminggu dan setiap Marsya ada kesempatan kemudian menginap di rumah Ibu Kasya, jangankan wajah Byan bahkan jejak keberadaannya sedikit pun dia tak melihatnya.

Sudah hampir jam 8 malam ketika Marsya datang dan memasuki kediaman Pramudita, dia langsung berjalan ke arah kamar Byan. Dia ingin segera memeriksa mungkin saja hari ini Byan ada di rumah, karena sudah selama seminggu ini pun telepon dari Marsya tak pernah dijawab oleh Byan.

Tok... tok... Tok...

Marsya mengetuk pintu kamar Byan, tapi tak ada jawaban dari dalam kamar dan hanya ada keheningan. Marsya mencoba mengetuk pintunya kembali sambil berbicara.

Tok... tok... tok.

"Byan, kamu ada di dalam?" Tanya Marsya lalu menempelkan telinganya ke daun pintu, tapi tetap tidak terdengar pergerakan apapun dari dalam.

Akhirnya Marsya menegakkan badannya kembali dan mencoba memutar kenop pintu dengan pelan. Pintu perlahan terbuka karena sepertinya tidak terkunci, Marsya segera membuka pintu dengan lebar lalu berjalan masuk ke dalamnya.

Tatapan mata Marsya berkeliling mencari keberadaan Byan di kamar itu, kemudian dia berjalan ke arah kamar mandi tapi tetap keberadaan Byan tidak ditemukan.

Marsya berbalik badan lagi dan berjalan kembali ke arah tempat tidur, seketika matanya melihat jejeran bingkai-bingkai foto kecil di meja kerja Byan.

Tatapan matanya menyiratkan kegelisahan, melihat foto mereka berdua yang sedang tertawa bahagia sedari kecil sampai sekarang.

Marsya selama ini berusaha menekan perasaannya karena takut jika dia tidak bisa mengontrolnya lagi dan akhirnya mengutarakan isi hatinya kepada Byan.

Dia sengaja menutupi perasaannya karena Byan sudah mempunyai seorang kekasih dan dia tidak ingin masuk menjadi orang ketiga di dalam hubungan teman masa kecilnya itu.

Marsya sudah mendengar cerita hidup Ibu Kasya yang ceritanya sama persis seperti dirinya sekarang, yang mencintai lelaki yang sudah mempunyai seorang kekasih.

Marsya menghela nafasnya frustasi, Marsya memang sedang berusaha membuang rasa cintanya kepada Byan. Tapi sekarang baru saja dia tidak bertemu dengannya selama seminggu, hatinya sudah merasakan kekosongan.

***

Byan terlihat sedang sibuk dengan tumpukan dokumen yang dia bawa dari perusahaan, sudah seminggu ini dia sengaja menenggelamkan dirinya ke dalam pekerjaan dan selalu pulang ke Apartemen bukan ke rumah Pramudita.

Karena jika sedikit saja dia tidak sibuk bekerja, maka pikirannya akan melayang kembali ke malam disaat dia dan Marsya terlibat insiden di tempat tidur.

Meskipun dia sudah memiliki kekasih selama setahun ini, tetapi dia dan kekasihnya hanya melakukan gerakan-gerakan yang wajar dalam berhubungan. Hanya sebatas berciuman dan berpelukan yang sepantasnya.

Byan tak pernah ingin melewati batasan dan sampai berhubungan intim layaknya suami-istri dengan kekasihnya Davina, meskipun Davina sudah berusaha berkali-kali mencoba meminta kepadanya.

Tapi Byan tetap dengan pendiriannya, karena dia selalu di didik oleh ibunya agar menjadi lelaki yang bertanggung jawab.

Itu lah yang membuatnya tidak mau menyentuh dan 'tidur' dengan Davina, sebelum hubungan mereka menuju ke arah jenjang yang lebih serius.

Tapi kenapa ketika memikirkan insiden malam itu dengan Marsya, pikiran dan hatinya selalu saja merasa gelisah.

Drrrtt.

Drrrtt.

Ponsel yang dia taruh di meja kerjanya bergetar dan terlihat ID di layar ponsel adalah nama Davina. Dia pun segera mengambil ponselnya dari atas meja dan menekan tombol jawab.

"Halo," Sapanya tanpa semangat.

"Hai sayang, aku merindukanmu. Kenapa beberapa hari ini kamu tidak meneleponku?" Davina bertanya dari seberang telepon.

"Aku benar-benar sedang sibuk, kali ini aku menangani proyek yang sangat besar." Dia hanya menjawab datar, tak terdengar seperti sedang berbicara dengan seorang kekasih.

"Oohhhh, baiklah aku mengerti. Sayang maafkan aku ya, aku masih sibuk syuting iklan di China. Tunggu kepulangan ku, mungkin dalam beberapa hari lagi aku bisa pulang." Davina berkata dengan suaranya yang lembut dan seperti wanita yang benar - benar sedang merindukan kekasihnya.

"Ya, kalau begitu teleponnya sekarang aku matikan. Aku masih sangat sibuk." Tanpa menunggu jawaban Davina, dia segera mematikan teleponnya dan melempar ponselnya ke atas meja.

Byan menghela nafasnya berat dan sebelah tangannya memijit-mijit keningnya yang sekarang terasa sakit.

Dia bertanya pada dirinya sendiri, kenapa barusan dia berbicara kepada kekasihnya seperti itu. Seperti tidak merasakan perasaan apapun?

"Arggghttt!" Dia berteriak frustasi dan memukul meja di depannya dengan tenaganya yang kuat.

"Marsya, mulai sekarang aku harus bagaimana menghadapimu? Kenapa aku harus mempunyai perasaan seperti ini padamu? Padahal aku sudah mempunyai Davina." Gumamnya sambil memegang jantungnya sendiri yang berdebar kembali saat mengingat Marsya.

Terpopuler

Comments

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

jujur aja Byan ... loe suka sama Marsya

2022-12-28

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!