Chapter 7

Marsya yang masih berada di kediaman Pramudita, dia merasa harus segera pergi menemui Byan. Hatinya merasa tidak tenang dan dia yakin Byan memang sengaja menjauhinya.

Marsya pun dengan cepat mengambil keputusan dan segera melangkahkan kakinya pergi untuk menemui Byan di apartemennya.

Setengah jam kemudian, kurang lebih sudah jam 9 malam Marsya pun sampai. Dia segera turun dari dalam mobilnya dan segera masuk ke lobi apartemen menuju unit Apartemen Byan.

Marsya sekarang sudah berada di depan unit apartemen Byan, Marsya menekan bel pintu beberapa kali dan akhirnya pintu apartemen terbuka.

Di sana di depan matanya sosok lelaki yang sudah dirindukannya selama seminggu ini terlihat kurus, wajah tampannya dipenuhi jambang tipis.

"Marsya, kamu?" Ucap Byan yang tak menyangka Marsya akan datang menemuinya.

"Byan ayo masuk dulu, kita sepertinya harus bicara." Tanpa menunggu Byan mengijinkan, Marsya menorobos masuk ke dalam.

Byan menatap punggung Marsya dengan tatapan yang sulit diartikan, lalu dia menghela nafas dan menutup pintu apartemennya.

Marsya langsung berjalan ke arah ruang tamu dan segera menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa.

Byan yang mengikutinya ikut duduk, dia hanya menundukkan kepalanya seperti tidak ingin menatap wajah Marsya.

"Byan, ada apa? Kenapa kamu tidak melihatku? Angkat kepalamu dan lihat aku." Marsya memulai pembicaraan mereka.

Byan akhirnya mau tak mau segera mengangkat kepalanya dan matanya bertatapan langsung dengan mata Marsya yang sedang menatapnya.

"Ayo kita saling jujur, kenapa selama seminggu ini kamu terkesan menghindari ku. Semua telepon ku tak diangkat dan kamu bahkan tidak pulang ke rumahmu!" Marsya menekankan kata-katanya.

"Sya..." Byan kebingungan harus berkata apa.

"Apakah aku sudah berbuat kesalahan? Bukankah kamu yang sudah menyakitiku dengan ucapanmu ketika insiden itu terjadi!" Suara Marsya bergetar menahan tangisnya.

"Maafkan aku soal itu, aku benar-benar tidak sengaja mengatakannya." Byan meminta maaf.

Byan bangkit dari duduknya, dia berjalan ke arah balkon apartemen. Lelaki yang sedang kebingungan itu menghirup udara malam, matanya menatap kendaraan - kendaraan berjalan yang berlalu - lalang jauh dibawah sana.

Tiba-tiba Marsya memeluk tubuhnya dari belakang, wanita itu menempelkan kepalanya miring di punggung lebarnya.

Tubuh Byan seketika menegang, kedua tangannya mencengkram pagar balkon dengan erat, jantungnya berdetak sangat kencang.

"Byan, aku mohon jangan menjauhiku. Selama bertahun-tahun ini aku sengaja memendam perasaanku padamu, karena aku tidak ingin hubungan kita hancur jika kamu menolak ku." Terdengar suara sedih Marsya.

"Akhirnya kamu mempunyai seorang kekasih dan aku berusaha untuk menghapus perasaanku padamu." Lanjut Marsya.

"Aku selama ini sudah menahannya, tapi setelah seminggu ini aku tidak bisa menghubungi dan bertemu denganmu, hatiku sakit. Sangat sakit karena merindukanmu. Byan, aku mencintaimu." Akhirnya Marsya tak bisa menahannya lagi, seketika menangis tersedu - sedu.

Byan tercengang mendengar semua ungkapan perasaan dari Marsya, dia tak menyangka apalagi dia sama sekali tak menyadari selama ini Marsya memendam perasaan kepadanya.

"Byan, apakah aku tidak berhak memperjuangkan mu? Apakah aku tak baik untukmu?" Terdengar Marsya bertanya dari sela isakan tangisannya.

"Marsya, bukan seperti itu. Aku sudah mempunyai Davina dan aku hanya menganggap mu masih gadis kecilku." Byan akhirnya mengatakannya, dia menghembuskan nafasnya yang sejak tadi dia tahan.

"Hiks... Byan, bukankah kamu masih belum menikah. Bisakah kamu memberikan kesempatan padaku, agar kamu juga bisa mencintaiku?" Suara Marsya semakin terdengar menyedihkan karena isak tangisnya.

Byan seketika mengingat wajah Davina, wanita yang sudah setahun ini menjadi kekasihnya. Davina yang selalu lembut dan juga mencintainya. Apakah dia tega menyakitinya?

"Maaf Marsya, sebaiknya lupakan dan segera buang perasaanmu padaku. Kita hanya cocok sebagai saudara seperti dulu." Byan dengan tegas menolaknya dan segera melepaskan tangan Marsya yang memeluknya.

"Sebaiknya kamu segera pulang, ini sudah malam. Aku tak mengantarmu ke bawah, hati-hati." Setelah mengatakannya, Byan melangkahkan kakinya ke kamar tidur dan menutup pintu kamarnya dengan keras.

Marsya menatap sedih ke arah pintu kamar Byan, untuk pertama kalinya dia mengungkapkan perasaan cintanya dan akhirnya penolakan lah yang dia terima.

Hatinya teramat sakit, masih dengan air mata berderai di wajahnya Marsya akhirnya melangkahkan kakinya pergi dari apartemen itu.

Byan yang ada di dalam kamarnya berwajah murung, dia tidak tau apakah penolakannya barusan adalah keputusan yang benar?

Terpopuler

Comments

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

Ya Allah ... kenapa gue yang ngenes 😢 ... kasihan Marsya.
Padahal loe juga suka sama Marsya, Byan ... pria ga jujur 👎

2022-12-28

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!