Pemaksaan

"Eh kalian tuh kenapa gak cepet nikah aja sih." ucap Reyhan ketika mereka bertiga sedang di bengkel. Masih dengan mengganti ban mobil.

"Ya kita juga siapa yang nggak mau nikah." ucap Nanda.

"Punten ya kak Reyhan, saya sama kak Nanda itu cuma terikat urusan pinjam meminjam. Gak lebih! aku gak bakalan nikah sama kak Nanda. Gak peduli kalo kak Reyhan bucin atau dukung hubungan aku sama kak Nanda." ucap Zahra.

"Hadeuh masih aja nih cewek ngelak terus. Jelas-jelas kamu juga suka kan sama Nanda." ucap Reyhan.

"ihhh kak Reyhan dibilangin nggak! ya nggak lah." ucap Zahra. Nanda hanya tersenyum mendengar jawaban dari Zahra.

"Udah-udah gak penting juga Zahra suka sama aku atau nggak. Ya jelas mah dia bakalan nikah sama aku!" ucap Nanda.

"Hahahahah. aamiin." jawab Reyhan.

Sedangkan Zahra hanya melotot mendengar perkataan Nanda. Nanda dan Reyhan malah semakin ngakak melihat ekspresi wajah dari Zahra.

****************

Akhirnya Nanda pun berhasil mengantar Zahra ke rumahnya. Dan benar saja, ternyata sudah lama sekali Bu Mela menunggu anaknya pulang. Ia pun langsung menyambut Zahra.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam Warahmatullahi wabarakatuh. ya Allah Zahra! Kamu kemana aja." ucap Bu Mela.

"Hehe. Pasti ibu khawatir ya."

"Iya khawatir banget lah. Lagian kenapa kalian kalau pergi nggak bilang-bilang sih." ucap Bu Mela sambil memeluk Zahra. Zahra pun langsung mencium ibunya.

"Iyaa juga sih Bu, saya lupa tidak pamitan ke ibu." ucap Nanda.

"Tapi kalian nggak papa kan? soalnya pas ibu mau cari kalian, ternyata terjadi longsor dijalan yang kalian lewati." ucap Bu Mela.

"Nggak kok, anak ibu nggak papa." ucap Nanda.

"Alhamdulillah." ucap Bu Mela.

"Oh iya, kalian pas malem tidur dimobil?" tanya Bu Mela.

"Hmm Alhamdulillah kami menemukan penginapan." ucap Nanda.

"Iyaa tapi kamarnya cuma 1 ....." ucap Zahra keceplosan. Ia memang terbiasa berbicara jujur dengan ibunya.

"Hah? terus gimana ? kalian satu kamar?" tanya Bu Mela.

"Ehmm nggak"

"Iyaaa."

Jawab Nanda dan Zahra berbarengan. Nanda yang mengiyakannya membuat Zahra jengkel sekali. Sudah jelas-jelas dia keceplosan tapi Nanda malah mengiyakannya. Sontak muka Bu Mela langsung cemas. Ia hanya takut kalau anaknya itu berbuat macarm-macam.

"Kalian harus segera menikah!" ucap Bu Mela. Sontak membuat Zahra langsung melotot.

"Ibu kenapa sih ?? iyaa aku juga tahu. Kami baru saja tunangan. Tapi untuk ke pernikahan kan aku belum siap !!! masih mikir Bu." sergah Zahra.

"Kalian selalu berdua kemana-mana, ibu takut terjadi fitnah."

"Yaudah kalau itu yang ibu mau, Minggu depan aku bakalan nikahin Zahra." ucap Nanda.

"What ??? apaan sih kak? maaf ya. Semuanya harus setuju dulu. Aku gak setuju." ucap Zahra kesal sekali dengan ibu dan Nanda yang selalu membahas pernikahan.

"Tapi ibu setuju ra. Lebih baik kamu cepat menikah saja sama Nanda." ucap Bu Mela.

"Ahhh. Pada bahas nikah Mulu. Aku cape Bu. Mending aku istirahat aja dulu." ucap Zahra sambil pergi meninggalkan Bu Mela dan Nanda diruang tamu. Sedangkan Nanda hanya tersenyum dan langsung pamitan kepada Bu Mela.

...****************...

Hari ini, tepatnya Pinjaman 300 juta itu sudah cair semua setelah melewati 3 kali pencairan. Zahra tidak henti-hentinya mengucapkan Alhamdulillah. Ia sangat bahagia, tapi disatu sisi juga sedih karena tidak bisa menikmati gajinya. Pastinya ia harus selalu membayar cicilan, sungguh memikirkannya juga sangat pusing.

"Awas saja kalau kak Rizky gak bantu aku buat bayar hutangnya!!" gumam Zahra sambil mengambil motornya diparkiran depan bank BRI. Ia pun segera melajukan motornya menuju Restoran Kimchigae.

Karena kebetulan juga, Zahra kebagian shift siang, jadi ia bisa pergi dulu ke bank dan mencairkan semua uangnya. Setelah tiba direstoran, Ia pun segera menuju ruangan Nanda, untuk menyerahkan semua uangnya. Dengan langkah semangat pun ia menaiki anak tangga. Namun belum saja ia ke ruangan Nanda, ternyata Nanda sudah ada diluar ruangan. Tampaknya ia sedang mengobrol dengan beberapa orang. Mungkin mereka sedang merencanakan bisnis. Setelah menunggu selesai mengobrol, dan terlihat mereka bertiga menuruni anak tangga. Zahra pun langsung menemui Nanda.

"Kak"

"Oh? Zahra? kenapa sayang ? tumben banget kamu keruanganku ? biasanya kan harus selalu dipaksa." ucap Nanda sambil tersenyum.

"Ehm aku ada perlu sama kakak." ucap Zahra.

"Iya kenapa?" tanya Nanda.

"ngomongnya didalem aja kak. Gak enak takut ada yang denger." ucap Zahra yang kemudian masuk kedalam ruangan Nanda.

"Silahkan ra. Kenapa kamu mau ngomong berdua sama aku? apa kamu udah setuju dengan pernikahan kita yang akan digelar Minggu depan?" tanya Nanda.

"Ihh nggak kak. Jangan harap ya kita akan menikah." ucap Zahra.

"Aku udah pesen WO nya buat Minggu depan."

"Hah? kakak kenapa sih? kan semuanya harus persetujuan aku juga!" ucap Zahra. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Nanda sudah mempersiapkan sejauh ini.

"Ibu kamu udah setuju, makanya aku berani pesen WO juga." ucap Nanda.

"Yaudah terserah kakak. Yang penting cepat batalin aja kak WO nya. Kita gak akan menikah!" ucap Zahra.

"Maksud kamu apa ? plis ya Ra. Kamu jangan egios. Coba buka hati buat aku." ucap Nanda. Tanpa membalas perkataan Nanda, Zahra pun langsung mengeluarkan tiga buntelan kertas yang didalamnya terdapat uang 100 jutaan.

"nih."

"Ini apa? maksud kamu apa Ra ?" tanya Nanda.

"Aku bayar semua hutang kakak aku. Lunas ya kak, dan aku gak harus menikah sama kakak." ucap Zahra.

"Aku gak mau terima uang ini. Ini bukan lagi soal pinjam-meminjam. Aku serius ingin nikahin kamu." ucap Nanda.

"Tapi aku udah bayar hutang kak. Aku gak mau nikah sama kakak." ucap Zahra.

"Aku gak akan terima uang ini Ra! kamu tetap akan jadi milikku." ucap Nanda.

"Kakak benar-benar ya! aku gak habis pikir sama kakak. Cinta gak bisa dipaksakan." ucap Zahra. Nanda pun segera berdiri dari tempat duduknya dan mendekat ke arah Zahra. Zahra pun hanya memundurkan badannya untuk tidak terlalu dekat dengan Nanda. Namun dengan satu kali tarikan, tangan Nanda sudah berada di pinggang Zahra. Sontak membuat jantung Zahra berdetak lebih kencang.

"Kamu akan tetap jadi milikku Ra." ucap Nanda.

"Plis ya kak. Kakak juga harus ngertiin aku!" ucap Zahra cemas. Kini Nanda berusaha mendekat ke tubuh Zahra dan berusaha mencium pipinya, Zahra pun beberapa kali menahan dada Nanda untuk tidak terlalu dekat dengannya. Namun kini dibelakangnya sudah mentok ada dinding.

Cup!! Nanda pun mencium pipi Zahra.

"Aaaaaaaaa!!!!!!!" teriak Zahra. Masih berusaha melepaskan diri dari Nanda.

"Aku akan melakukannya lebih dari ini, kalau kamu benar-benar tetap pada pendirianmu." ucap Nanda.

"Kakak benar-benar jahat!!!" ucap Zahra.

"Kan kakak udah bilang kalau kakak benar-benar ingin menikahimu Ra." ucap Nanda.

"Ya tapi nggak usah kayak gini juga, Kita masih bukan mahram." ucap Zahra.

"Yaudah maafin aku ya."

Sedangkan Zahra hanya berlari, pergi keluar meninggalkan ruangan Nanda.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!