Mencari Solusi

Hari ini, sepulang dari kerja, Zahra berniat untuk menemui kakaknya Dina. Karena kebetulan kakaknya Dina bekerja di bank, ia berharap bisa mengajukan pinjaman senilai 300 juta. Ya, Zahra benar - benar tidak pantang menyerah untuk mencari solusi dari semua masalahnya. Ia hanya perlu 300 juta, untuk membuat keadaan menjadi seperti dahulu. Ia ingin mewujudkan mimpi-mimpinya terlebih dahulu. Menjadi Dokter, adalah cita-citanya saat ini. Tidak mungkin ia selalu menjadi siswa berprestasi di sekolahnya, bukan karena ambisinya dan usahanya yang begitu pantang menyerah. Dan yakin ia pasti bisa. Kini ia sudah berada didepan rumah Dina. Ia sudah menghubunginya perihal dirinya yang akan kerumahnya.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi wabarakatuh." ucap Dina sambil membuka pintu rumahnya.

"Eh Zahra, ayo masuk Ra." ucap Dina. Ia mempersilakan Zahra masuk.

Dina pun membuatkan susu untuk Zahra, karena ia tau bahwa Zahra tidak suka kopi.

"ya Allah na. Gak usah repot-repot padahal kayak sama siapa aja." ucap Zahra.

"Haha. iya gak papa kok. ciee yang abis tunangan." ucap Dina.

"Ah apaan sih."

"Sorry ya gue gak dateng ke acara pertunangan lu, soalnya kemarin gue ada kelas kuliah, katanya sama pemilik restoran lu kerja ya. Wah Masya Allah mantap banget." ucap Dina.

"Nggak lah biasa aja." ucap Zahra.

"Lu kesini, baru pulang kerja banget ya?" tanya Dina.

"hmm, iyaa."

"Ya Allah terniat banget ya lu." ucap Dina

Setelah mengobrol ngaler-ngidul dengan Dina, akhirnya kak Reza pun datang, ia baru selesai mandi dan beres-beres.

"Wah ada siapa nih?" ucap kak Reza.

"Ini nih kak , temen kecil kita. Si Zahra baru aja tunangan kemarin." ucap Dina. Zahra pun yang mendengarnya hanya melotot, kenapa sih Dina harus terus aja ngasih tau ke orang-orang ia sudah bertunangan. Padahal kan pertunangan ini, bukan Zahra yang menginginkan.

"Wah serius ? kamu udah tunangan? wah keduluan dong nih, soalnya kan kakaknya juga tadinya mau ngelamar Zahra." ucap Kak Reza bercanda.

"hehehe, kakak bisa aja. Iya kak kemarin aku baru aja tunangan." ucap Zahra.

"Sama bosnya yang ditempat kerja, ya kan Ra?" tanya Dina memastikan kembali. Zahra hanya menggeleng-geleng kepala, karena punya sahabat seperti Dina yang comel sekali. Ia mengerti sih perasaan Dina yang mungkin ikut bahagia dengan pertunangannya. Tapi Zahra benar-benar malu kalau harus membahas pertunangan itu.

"Semoga lancar ya sampai menikah. Aamiin." ucap Dina. Dan diaminkan juga oleh Reza.

"oh iya, kata Dina. Kamu ingin bertemu sama kakak ya?" tanya Reza.

"Emangnya ada apa? apa mau minta restu nikah duluan?" tanya Reza kembali yang diiringi tawa dari Dina. Mereka tidak henti-hentinya mengerjai Zahra. Sedangkan Zahra yang melihatnya hanya tersenyum malu.

"Ihhh, nggak kak. Aku mau nanyain soal bank." ucap Zahra.

"Bank? maksudnya."

"Iya, kak. Gimana ya ngomongnya." ucap Zahra bingung harus memulai darimana.

"ya tinggal ngomong aja gak usah bingung kali." ucap Reza.

"Iya kayak sama siapa aja nih si Zahra." timpal Dina.

"Sebenarnya aku lagi butuh banget uang kak." ucap Zahra memulai pembicaraannya.

"oh kamu butuh pinjaman ?" tanya Reza kembali memastikan.

"Ya begitulah."

"ya kamu bisa mengajukannya, dengan cara bawa KTP dan ada jaminan."

"Tapi ini besar ka. Aku butuh uang 300 juta." ucap Zahra.

"What!!!! 300 JUTA???" tanya Dina yang kaget mendengarnya. Zahra pun langsung menutup mulut Dina, ia khawatir ibunya Dina akan mendengarnya.

"Buat apa Ra? kenapa besar banget! kakak gak salah denger kan? uang segitu banyak banget." ucap Reza. Ia tidak percaya.

"Apa Lo mau pinjem uang ke bank ini, buat biaya pernikahan Lo?" tanya Dina mulai berspekulasi.

"Nggak lah."

"Ya terus buat apa? gue tau Lo emang gak mau ngebebanin keluarga Lo buat acara pernikahan dengan orang yang penting yang punya restoran, tapi gak gini juga caranya Ra. Pliss gue mohon lu harus cerita dulu deh sama ibu Lo!! terutama kakak Lo!" ucap Dina.

"Nggak Din, alasannya bukan seperti itu. Aku gak bisa jelasin semuanya. Aku emang butuh banget uang itu. Tapi bukan buat nikah." ucap Zahra.

"Terus buat apa?"

"Nanti gue jelasin, tapi nggak sekarang. Gue hanya butuh persyaratan buat nyairin duit itu." ucap Zahra.

"Lo hanya butuh jaminan yang seharga 300 juta. misalnya rumah dan toko kamu. Sertifikatnya nanti ditahan oleh pihak kami." ucap Reza tanpa basa-basi.

"Tapi saran kakak. jangan deh. ini berat banget. lebih baik kamu bicara dulu dengan ibu dan kakakmu." lanjut Reza.

Zahra hanya berpikir, bahwa tidak mungkin ia harus menceritakannya ke ibu ataupun ke kak Rizky, yang ada mereka pasti malah menyuruhnya untuk segera menikah dengan Nanda.

"Hmm iyaa baik kak. terimakasih. Aku akan mempertimbangkannya lagi." ucap Zahra.

"Pliss Ra, Lo harus pikirkan ini secara baik-baik jangan sampai memutuskan sesuatu tanpa musyawarah dulu." ucap Dina. Sebagai sahabat Zahra sejak kecil, Dina tidak mau Zahra akan kena masalah.

Sepulang dari rumah Dina, Zahra sangat berpikir keras sekali mengenai bagaimana cara supaya ia dapat uang 300 juta. Ia pun mencari cara agar bisa membawa sertifikat rumah dan toko nya itu. Bagaimanapun Zahra haru mendapatkan uang itu. Agar semuanya kembali seperti semula.

...****************...

malam ini karena kebetulan besoknya Zahra shift siang masuk kerja, ia pun berusaha untuk mengambil sertifikat rumahnya itu. Sebenarnya Zahra juga tidak mau melakukan seperti ini, karena ini perbuatan yang salah. Tapi Zahra tidak mau kalau ibunya sampai mengetahui perihal uang 300 juta. Akhirnya ia pun mengendap-ngendap masuk kedalam kamar Bu Mela. Ya semuanya sudah tidur. Dek Ziyad juga sudah tidur, tidak biasanya Dede bayi itu tidur sebelum larut malam. Dengan hati-hati, supaya tidak terdengar suara, Zahra pun membuka pintu lemari ibunya dengan pelan-pelan. Baru saja ia akan membuka laci lemari ibunya yang didalamnya ada sertifikat rumah, tiba-tiba ibunya terbangun.

"Zahra?" tanya Ibu Mela.

"Eh ibu, kirain ibu sudah tidur." ucap Zahra.

"Tiba -tiba ibu ingin buat air kecil. Kenapa kamu ada dikamar ibu? lagi cari apa Ra?" tanya Bu Mela yang kaget melihat anaknya itu sedang membuka lemari.

"ehm aku, lagi cari jilbab Bu. Mau pinjem jilbab ibu tadinya." ucap Zahra bohong.

"oh iyaa iyaa. yaudah ibu ke kamar mandi dulu. udah mau kebelet pipis nih." ucap Bu Mela.

"iya Bu"

ini adalah kesempatan emas, ketika Bu Mela ke kamar mandi, Zahra pun langsung membuka laci lemari. Beberapa kali ia mencari-cari sertifikat itu. Akhirnya ia berhasil menemukannya. Zahra pun langsung keluar dari kamar ibunya.

"Udah dapet jilbabnya sayang?" tanya Bu Mela baru selesai dari kamar mandi.

"Ehm gak jadi Bu, kayaknya aku pakai kerudung punyaku aja." ucap Zahra sambil menyembunyikan sebuah buku dibelakangnya.

Akhirnya ia berhasil mendapatkan sertifikat rumah itu. Kali ini ia harus berusaha mencari sertifikat toko. Ia pun akan segera menanyakannya kepada Rizky.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!