Bab 8

Kini Kartika sedang berbaring di atas tempat tidur, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Membuat Juli sang sahabat hanya bisa menggelengkan kepala melihat tinggkah Kartika.

"Bangun.." Kata Juli sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Kartika.

"Hhhmmm."

"Tik, ayo bangun. Kau harus berangkat bekerja."

"Aku sudah di pecat." Jawab Kartika dengan suara beratnya.

"Di pecat? Kenapa? Apa kamu melakukan kesalahan lagi?" Tanya Juli sambil menyiapkan sarapan pagi.

Mereka berdua tinggal di satu kamar kos. Keduanya sudah bersahabat semenjak duduk di bangku SMP, bukan cuman mereka berdua, tapi bertiga dengan Sahara, istri dari Alexander. Ketiganya sudah bersahabat semenjak mereka duduk di bangku SMP, namun sempat renggang dan hilang komunikasi, saat Kartika harus berpindah kota. Dan saat mereka duduk di bangku SMA, persahabat mereka kembali terjalin, namun sayang saat itu Sahara memilih menjauh, dan saat mereka tamat sekolah, Juli dan juga Kartika di buat kaget saat Sahara memberikan mereka selembar undangan pernikahan.

"Karena aku meminta pertanggung jawaban." Jawab Kartika sambil berjalan menuju westafel untuk mencuci muka.

"Hanya karena itu?" Juli menatap wajah Kartika.

"Hhmm." Jawab Kartika sambil mengambil air di dalam kulkas dan langsung meminumnya.

"Tidak masuk di akal. Dasar orang kaya selalu saja bertindak seenak jidatnya. Main pecat sendiri tidak tahu jika dia yang membuat kesalahan besar. Telah berani tidur dengan mu dan mau lepas tanggung jawab, huufff dasar orang kaya." Omel Juli dan lalu menyiapkan sarapan.

"Makan dulu, kau butuh tenaga. Untuk berhadapan dengan pria dingin itu." Kata Juli sambil memberikan Kartika sepiring nasi goreng.

"Lagian juga aku heran sama kamu. Bisa-bisanya jatuh cinta sama pria seperti itu."

"Dulu Jul. Ingat itu dulu." Ucap Kartika dengan ketus.

"Iya dulu. Tapi aku rasa kai masih mencintainya. Buktinya, kau mau menikah dengan pria dingin itu."

Kartika hanya diam.

"Benarkan apa dugaan ku. Kau pasti mencintainya."

Kartika melepaskan sendoknya, meletakkan di atas piring.

"Soal perasaan aku tidak tahu, apa kah masih ada atau sudah hilang terbawa oleh waktu."

"Lalu?" Ucap Juli.

"Kau tahu kan, surat yang Sahara tinggalkan untukku. Jujur aku terbebani dengan surat itu, dimana Sahara memintaku untuk menjaga anak-anaknya."

"Ya aku tahu."

"Ahh, aku juga bingung. Kenapa Sahara jahat. Sudah merebut malah kembali mengembalikan." Ucap Kartika, tapi tersenyum.

"Tapi Sahara keren, dia mengambil satu dan mengembalikan tiga." Lanjut Juli. Sembari tertawa.

•••••••

Alex menatap Molki dengan tatapan yang siap untuk menerkam sang anak. Sungguh Alex di buat pusing saat mendapat kabar dari sekolah, jika Molki merokok dengan teman-temannya.

"Katakan! Kenapa kau melakukan itu?" Tanya Alex dengan nada tinggi.

Molki tidak menjawab, ia hanya berdiri sambil menundukkan kepalanya menatap lantai marmer yang kini menjadi pijakan kakinya.

"Jawab!" Teriak Alex, membuat Molki semakin gemetar.

"Dad.." Ucap Molki dengan pelan.

"Jawab? Kenapa hanya diam saja? Ayo katakan alasanmu? Kenapa kau bergaul dengan teman seperti itu."

"Sekarang juga masuk kedalam kamarmu." Perintah Alex.

"Dan untuk semua orang yang berada di rumah ini. Jangan biarkan Molki keluar dari kamar walau hanya selangkah saja. Jika aku tahu,aka kalian semua aku pecat."

"Baik tuan."

"Ratih. Hanya jam makan saja kau bisa masuk ke dalam kamar Molki. Selebihnya jangan."

"Baik tuan."

"Dan juga, jangan biarkan Mora masuk ke dalam kamar Molki."

"Baik tuan."

Saat malam tiba, Molki tak kunjung juga membuka pintu kamar. Membuat Ratih merasa khawatir karena sejak siang, saat Molki pulang sekolah belum ada sebiji nasi pun yang Molki makan.

"Bi, Ratih kenapa daddy menghukum kak Molki? Tanya Mora yang memang tidak tahu jika tadi siang Molki mendapatkan hukuman.

"Tuan Molki merokok di sekolah." Jawab Ratih.

"Tidak, kak Molki bukan tipe kakak seperti itu." Jawab Mora lalu berlari menaiki anak tangga menuju kamar Alex.

"Dad, kenapa menghukum kak Molki? Kenapa Daddy tega" kata Mora saat sudah berada di dalam kamar Alex.

"Mora, kau belum mengerti." Jawab Alex sambil menatap layar ponselnya.

"Dad, kau jahat. Kau hanya mementingkan pekerjaan. Kau tidak menyayangi kami." Kata Mora.

"Mora!" Teriak Alex.

Mora langsung keluar dari kamar Alex, dengan pintu yang ia tutup dengan sangat keras.

"Daddy lakukan ini semua karena daddy menyayangi kalian." Gumam Alex sembari memijat keningnya.

Terpopuler

Comments

Tuti Dwie

Tuti Dwie

lanjut

2023-01-03

0

Wisda Neri

Wisda Neri

lanjut dong😍

2023-01-02

0

Wisda Neri

Wisda Neri

lanjut

2023-01-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!