Adzan subuh berkumandang, Keinya terbangun dari tidurnya, dia langsung melihat ke arah samping ternyata Bram sudah tidak ada di sampingnya, dia pun turun dari ranjang Lalu setelah itu ia bergegas untuk masuk ke dalam kamar mandi untuk mensucikan diri.
Setelah selesai dengan acara di kamar mandi, Keinya pun keluar, dia langsung berjalan ke arah luar karena dia tahu suaminya pasti sedang berada di kamar ketiga Putri mereka.
Saat akan turun, Keinya menghentikan langkahnya, kemudian dia berjalan ke arah kamar ketiga putrinya yang terbuka, dia menyandarkan tubuhnya di pintu dan ternyata Bram sedang mengayun tubuh Vania, karena tubuh Vania sedikit hangat.
Sedangkan Lila, remaja itu sudah duduk dan masih mengumpulkan nyawa. Dan Tania, dia masih berbaring di ranjang seperti biasa Tania yang selalu susah dibangunkan.
Bram membaringkan Vania di ranjang kembali, karena sudah terdengar suara halus pertanda Vania sudah kembali tertidur dan kali ini Bram membangunkan Tania.
”Tania bangun,” ucap Bram. Tania mengucek matanya. “Aku sudah bangun,” jawabnya, dia bisa saja menjawab seperti itu tapi matanya terpejam.
“Tania!” panggil Bram dengan suara yang begitu halus namun sedikit tegas. Hingga Tania membuka matanya.
“Ia ... Ia papih,” jawabnya. Tania pun turun dari ranjang. Namun bukannya pergi keluar, dia malah berpindah ke ranjang lila dan kembali membaringkan tubuhnya di ranjang sang kakak membuat Bram menggeleng sedangkan Lila yang nyawanya sudah sedikit terkumpul tertawa saat melihat tingkah adiknya, Ia pun bangkit dari duduknya kemudian berjalan dengan lesu ke arah pintu..
“Ayo mamih,” ajak Lila yang mengajak Keinya untuk turun ke musala yang ada di bawah.
Bram menggeleng saat melihat tingkah Tania, diantara ketiga putrinya, tingkah Tania yang paling absurd. “Tania, ayo bangun,” ucap Bram yang membangunkan putrinya.
“Papih tubuhku panas seperti Vania,” jawab Tania dengan mata yang setengah terpejam
“Ya sudah, papi batalkan kepergian kita ke Jepang!” kata Bram karena memang mereka sebentar lagi akan berlibur dan Jepang adalah negara impian Tania. Seketika Tania membuka matanya.
“Tidak papi aku tidak sakit ayo kita salat ke bawah. Tania malah semangat pergi mendahului sang ayah hingga Bram menyusul putrinya
***
“Papih, kau ingin dibawakan makan siang nanti?” tanya Keinya Setelah dia masuk ke dalam kamar dan ternyata Bram sedang memakai dasi. Keinya menghampiri suaminya, kemudian dia memakaikan dasi untuk Bram.
“Sepertinya aku ingin makan di luar, Sayang.”
“Kau makan dengan siapa?” Tanya Keinya.
“Tunggu, jangan bilang kau membohongiku lagi.” Keinya teringat saat beberapa hari lalu di mana suaminya berbohong akan pergi ke kantor padahal suaminya akan pergi bermain golf bersama Aska, sang ayah.
“Tidak sayang. Aku ingin makan di luar, kau ingin ikut kau bisa datang kantorku nanti,” ucap Bra
“Mungkin setelah menjemput Lila aku akan pergi ke sana,” ucap Keinya. Akhirnya acara bersiap pun selesai, Bram dan Keinya keluar dari kamar dan ternyata di meja makan sudah ada kedua putrinya, Tania dan Lila sedangkan Vania sedang diurus oleh suster karena tidak anak badan.
“Mamih, aku ingin ikut mengantar Ka Lila ke sekolah,” ucapan Tania.
“Tidak boleh, kau tidak boleh ikut nanti kau malah ingin ikut ke kelas kakak,” jawab Lila.
“Oh ayolah Kak.”
“ Tidak boleh, Tania. Kau selalu mengganggu kakakmu,” ucap Keinya tiba-tiba.
“Ya sudah jika aku tidak boleh ikut belikan saja telur gulung yang ada di kantin kakak.”
Bram menggeleng saat dia melihat tingkah putrinya, dia selalu menerapkan pola hidup sehat pada keluarganya tapi putri bungsunya ini benar-benar berbeda, di sekolah Lila banyak sekali jajanan yang sangat enak. Namun Tentu saja itu sedikit tidak sehat tapi Tania sangat menyukainya.
“Tidak boleh, nanti kau batuk,” ucap Bram ba-tiba saat Tania akan menjawab tiba-tiba pintu terbuka.
“Morning semua.” Aska masuk ke dalam rumah membuat semua menoleh. Padahal jelas-jelas kemarin Keinya baru saja mengamuk karena dia ketahuan berbohong.
“Bram gue nebeng sampai ke kantor gue ya,” kata Aska.
“Tidak boleh,” jawab Keinya.
“Kenapa?” tanya Aska yang langsung protes pada putrinya.
“Daddy pasti akan mengajak suamiku lagi ke tempat lain,” kata Keinya. Seperti biasa ayah dan anak itu kembali berdebat dan pasti di tengah-tengah mereka ada Bram.
“Mobil Daddy banyak di garasi, Kenapa Daddy harus menebeng suamiku.”
“Daddy malas menyetir, supir Daddy cuti.’
“Pakai saja sopirku.”
“Boleh?”
“Tentu daripada Daddy pergi bersama suamiku, itu lebih berbahaya.”
“Sayang, lalu bagaimana kau akan mengantar Lila.”
“Aku akan menyetir sendiri papih.”
“Lu udah sarapan?” tanya Bram pada mertuanya.
“Udeh,” jawab Aska. Lelaki itu pun berbalik kemudian keluar dan berniat menghampiri supir Keinya untuk mengantarkannya ke kantor.”
“Sayang hati-hati. Jangan ngebut,” kata Bram ketika kayaknya akan masuk ke dalam mobil Keinya menggangguk, kemudian dia mengulurkan tangannya pada Bram. Lalu seperti biasa Bram mencium seluruh wajah istrinya.
Tiba-tiba klakson berbunyi, hingga Keinya dan belum terperanjat. Rupanya Tania yang menekan klakson.Pada akhirnya gadis kecil itu diajak Untuk mengantarkan Lila karena tentu saja dia merengek.
“Ya sudah papi aku pergi. Oh ya nanti aku juga akan ke kantormu." Bram menggangguk, kemudian dia membukakan pintu untuk sang istri Lalu setelah itu Keinya pun masuk dan mulai menyalahkan serta menjalankan.
“Mommy, apa kita tidak akan mengajak Rafael pergi bersama?” tanya Lila ketika mereka melewati rumah Aysel.
“Tadi Momma memberitahu Mamah, bahwa Rafael tidak sekolah hari ini.”
“Apa! Rafael tidak sekolah?” tanya Lila Keinya yang sudah menyetir menoleh.
“Kenapa kau terkejut?” tanya Keinya, Lila terdiam Gadis remaja Itu tampak berpikir. Namun tak lama dia mengeleng.
Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang akhirnya mobil yang dikendarai Keinya sampai di sekolah Putri pertamanya, Lila langsung keluar dari mobil dan sedikit berlari karena takut Tania akan mengikutinya dan benar saja saat ini Tania akan turun dan dengan cepat Keinya mengunci pintu.
“Mamih, ayo buka. Aku ingin membeli telur gulung,” kata Tania.
“Kau tidak boleh memakan makanan yang berminyak.”
“Ayolah mamih, apa mamih tega membiarkanku memikirkan telur gulung?” Wajah Tania begitu memelas, membuat Keinya menghela nafas.
“Jajan yang yang lain saja.”
“Tidak mau, aku mau terlalu gulung itu. Jika tidak aku tidak mau makan siang nanti.” lagi-lagi Keinya menggeleng. Tania begitu mirip dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 11 Episodes
Comments
Mbak Rin
adakah nanti jodoh nya yg seumuran yg jaraknya jauh mak ...bikin penasaran selalu ...semangat mak
2022-12-24
2
Permen Lilipop
Tania Tania knp bar bar gitu msih kcl pula
2022-12-24
2
Sri Yiyin
yang ku harapkan akhirnya datang juga 🥰🥰🥰🥰
2022-12-23
3