Devan sangat terkejut mendengar ucapan Renata. Ia sungguh tidak percaya jika saat pernikahan Renata dengan Bima, wanita itu hanya sekali saja berhubungan intim dengan Bima.
Bagaimana mungkin? Bukankah saat itu Renata pernah hamil?
"Kamu tidak percaya?" Renata mencebik kesal.
"Bu–bukan begitu, Sayang, aku hanya kaget. Kenapa Bima yang begitu tergila-gila padamu saat itu hanya menyentuhmu cuma sekali?"
"Kamu sangat tahu bagaimana pernikahanku dengan dia pada awalnya bukan? Dia tidak pernah mencintaiku sama sekali. Kalaupun saat itu dia menyentuhku, itu karena aku dalam keadaan tidak sadar. Seandainya saat itu aku masih sadar, aku juga tidak akan mau disentuh olehnya." Renata menatap Devan dengan penuh kebahagiaan.
"Ini malam pertama kita, kenapa kita malah membicarakan dia?" protes Renata sambil mengerucutkan bibirnya.
"Kamu benar, Sayang, ini adalah malam pengantin kita." Devan merapatkan tubuhnya pada Renata.
"Aku ingin malam ini menjadi malam yang tidak pernah terlupakan untuk kita berdua aku akan membuatmu kelelahan sampai kamu memohon ampun padaku."
"Devan!" Renata memekik saat tangan jahil pria itu sudah melekat pada tubuh bagian atasnya."
"Sayang, ayo kita buat Devan junior di sini." Tangan Devan mengusap lembut perut Renata membuat wanita itu tersenyum malu. Wajahnya merona mendengar ucapan yang keluar dari mulut lelaki yang malam itu telah sah menjadi suaminya.
Tanpa menunggu jawaban, Devan langsung membungkam mulut Renata dengan bibirnya.
***
"Gimana mau bulan madu kalau jam segini saja aku belum pulang?" Bima menggerutu menatap ke arah meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan dokumen yang belum sempat ia kerjakan.
Bima menatap jarum jam di tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam dan dirinya masih berkutat dengan pekerjaan.
Lelaki itu menarik napas panjang. Memutuskan untuk membereskan semua dokumen di atas meja kerjanya.
"Sebaiknya aku lanjutkan besok saja. Rasanya sangat lelah sekali dari pagi hanya berkutat dengan pekerjaan," gumam Bima.
Lelaki itu ingin segera pulang menemui istrinya. Entah mengapa, semenjak Karina menelepon tadi, ia merasa tidak tenang.
Wanita yang menjadi istrinya itu mengatakan, ia ingin pergi jalan-jalan sendiri di sekitaran hotel karena dia merasa jenuh.
Tidak ingin terlalu mengekang Karina, Bima pun akhirnya mengizinkan istrinya itu berjalan-jalan sendirian.
Sebenarnya Bima merasa bersalah pada Karina. Apalagi, saat perempuan hamil itu justru menyusulnya ke Bali. Selama ini, Bima memang tidak pernah menyia-nyiakan Karina, seperti yang dulu pernah dilakukannya pada Renata.
Bima selalu bersikap baik meskipun sampai saat ini ia merasa belum bisa menggantikan posisi Renata di hatinya. Mengingat Renata, sudut hati Bima kembali nyeri saat bayangan pernikahan wanita itu dengan sahabatnya kembali terekam.
Bima menghela napas panjang. Tak ingin terlalu lama tenggelam dalam masa lalu, Bima memutuskan meninggalkan ruangan itu.
Pulang dan memeluk wanita hamil di kamar hotel jauh lebih menyenangkan dibandingkan tenggelam dalam masa lalu.
"Kenapa harus tenggelam dalam masa lalu jika masa depan menantimu?" Kalimat yang diucapkan oleh Karina beberapa waktu yang lalu.
"Saat ini, bisa saja dia sudah bahagia bukan? Lalu kamu, kenapa kamu terus tenggelam dalam luka dan melukai hatimu sendiri?"
Apa yang dikatakan oleh Karina semuanya memang benar. Terbukti, saat ini Renata sudah menikah dengan Devan. Dia sudah bahagia bersama lelaki itu. Renata juga pasti sudah melupakannya. Sementara dirinya justru masih begitu mencintai wanita itu.
Bima melajukan mobilnya menuju hotel. Sebelum pulang, Bima menelepon istrinya. Menawarkan makanan apa yang ingin dibeli pada perempuan yang sebentar lagi menjadi ibu dari anaknya itu.
Bima tersenyum saat apa yang diminta istrinya itu sesuai dugaannya. Ayam betutu sambal matah, adalah makanan khas Bali yang sedang diinginkan oleh Karina saat ini.
Beberapa saat kemudian, Bima sampai di kamar hotel. Karina tersenyum menyambut kedatangan suaminya. Perempuan itu memeluk Bima, menghirup aroma tubuh Bima yang masih berbau harum parfum yang menempel di bajunya.
"Tubuhku penuh keringat, aku mau mandi." Bima melepaskan pelukan Karina, mengecup lembut kening wanita itu, sebelum akhirnya beranjak ke kamar mandi.
"Aku sudah menyiapkan air mandi untukmu." Ucapan Karina menghentikan langkah Bima.
Laki-laki itu kembali mendekati Karina. Mengecup pipi perempuan itu.
"Terima kasih, Sayang. Tolong siapin makanannya, aku lapar." Bima berlalu meninggalkan Karina yang tersenyum sendirian dengan wajah merona saat mendengar suaminya memanggil dengan sebutan 'sayang'.
Seperti yang diperintahkan Bima, perempuan yang sedang hamil lima bulan itu menyiapkan makanan yang sudah dibeli oleh Bima. Karina menelan saliva saat melihat ayam betutu pesanannya yang terlihat begitu menggugah selera.
Bima keluar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat begitu segar. Pria itu mendekati ranjang, meraih piyama tidur yang sudah disiapkan oleh sang istri.
"Sepertinya kamu tidak sabar ingin memakannya." Bima mendekati istrinya yang sedang menatap makanan di atas meja dengan sesekali menelan saliva.
Laki-laki itu tersenyum, mengecup bibir Karina sekilas kemudian duduk di sebelah istrinya.
"Kenapa tidak makan duluan?"
"Aku menunggumu." Karina tersenyum.
Bima menghela napas panjang saat menatap Karina yang tampak cantik saat tersenyum.
Kemarin-kemarin, kamu kemana saja, Bim, sampai-sampai kamu baru sadar kalau istrimu sangat cantik?
BERSAMBUNG ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Airoh Hasna
bima sebenarnya sudah cinta sama Karina
udah ada calon baby
udah celap celup terus,masih ingkar ajah
perasaan ke renata hanya karna menyesal saja
2023-01-30
1
manda_
lanjut lagi
2023-01-03
0
Made Elviani
seperti air mengalir ikuti k mana akan bermuara ....... mungkin saat ini, inilah yg terbaik utk semua
2022-12-25
1