RUMAH SAKIT

Mobil ambulans itu dengan cepat membawa para korban ke rumah sakit. Termasuk mobil ambulans yang ditumpangi oleh Bima dan istrinya.

Beberapa saat kemudian, mobil itu sampai di rumah sakit. Bima segera keluar dari mobil. Beberapa tim medis berlarian menyambut kedatangan para korban kecelakaan.

Rumah sakit itu terlihat ramai. Suara sirine ambulans saling bersahutan saat beberapa mobil datang bersamaan mengangkut para korban kecelakaan.

Tangis histeris keluarga korban dan juga lalu lalang petugas medis yang berlarian menangani korban kecelakaan membuat suasana di rumah sakit itu semakin ramai sekaligus menegangkan.

Suara decitan brankar yang didorong dengan cepat saling bersahutan. Suara teriakan tenaga medis dan tangisan korban juga lalu lalang orang-orang yang berusaha memberikan pertolongan pertama pada korban yang semakin banyak berdatangan membuat suasana di rumah sakit itu semakin mencekam.

Beberapa korban dengan keadaan luka ringan hingga luka berat satu persatu mendapatkan pertolongan. Di antara mereka bahkan ada yang terlihat menggenaskan.

Wajah berlumuran darah, anggota tubuh yang sudah tidak utuh lagi, bahkan yang terparah adalah kehilangan nyawa sebelum mendapatkan pertolongan.

Sungguh! Bima tidak pernah menyangka kalau dirinya akan berada dalam situasi seperti ini. Laki-laki itu menangis sambil ikut berlari mengejar beberapa tenaga medis yang mendorong brankar berisi Karina di atasnya. Bima tidak memedulikan rasa sakit di tubuhnya.

Rasa takut dan panik menyerangnya ketika ia melihat tubuh Karina dan Bi Santi tampak tak bergerak di atas brankar yang bergerak cepat karena beberapa orang terus mendorongnya, hingga sampai di depan IGD.

Mereka semua membawa masuk tubuh Karina dan Bi Santi, sementara Bima terpaksa keluar kembali dari ruangan karena petugas medis tidak memperbolehkan dirinya masuk ke dalam ruangan.

Bima menarik rambutnya frustasi. Pandangan matanya menatap wajah-wajah panik orang-orang yang berada di rumah sakit itu.

Suara teriakan, suara tangisan, suara rintihan kesakitan, bahkan suara sirine ambulans pun tak bisa mengalahkan suara decitan roda brankar yang didorong cepat dan suara sepatu yang beradu dengan lantai menandakan betapa kacaunya keadaan rumah sakit pagi itu.

Bima menutup telinganya. Pria itu juga langsung menutup matanya saat tiba-tiba beberapa perawat mendorong brankar berisikan korban dengan seluruh tubuh berlumuran darah.

Tubuh korban itu terlihat menggenaskan. Namun, suara rintih kesakitan menandakan jika korban masih bernyawa dan harus segera diselamatkan.

Bima meraba-raba saku baju dan celananya. Merasa bersyukur karena benda yang dicarinya masih bisa ditemukan.

Tangannya bergetar meraih benda pipih dalam kantong celananya. Rasa panik dan ketakutan membuat tubuh Bima bergetar. Ditambah lagi dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya akibat kecelakaan.

Bima bahkan tidak sadar jika sedari tadi pelipisnya mengalir darah yang berasal dari kepalanya. Mungkin saja kepala Bima terluka saat mobil itu dengan keras menghantam pohon besar setelah ditabrak truk besar yang tiba-tiba menerobos pembatas jalan.

Mobil Bima adalah mobil pertama yang ditabrak mobil besar itu. Beruntung, Bima langsung banting setir, menghindari tabrakan hingga mobilnya hanya terpental saja setelah ditabrak dari arah samping.

Mobil Bima tidak terlalu parah keadaannya dibandingkan mobil lain yang posisinya berada di belakang Bima. Kecelakaan beruntun itu, begitu banyak memakan korban karena kondisi jalanan yang cukup padat oleh kendaraan.

"Halo, Al, bisakah kamu segera datang ke rumah sakit?" Suara Bima bergetar dengan isak tangis yang terdengar di seberang sana.

Aldrian yang baru saja pulang dari bulan madunya sekitar tiga jam lalu mengerutkan kening mendengar suara Bima yang terdengar tidak biasanya.

"Kami mengalami kecelakaan."

"Apa?" Suara teriakan Aldrian terdengar. Lelaki itu sungguh terkejut mendengar ucapan Bima. Semua kata-kata yang ingin diucapkannya seketika kembali tertelan di tenggorokan.

Aldrian menutup panggilan setelah Bima menyebutkan nama dan alamat rumah sakit tempat mereka berada saat ini.

Aldrian sungguh tidak mengira kalau Bima dan Karina mengalami kecelakaan. Laki-laki itu pikir, Bima menelepon karena Karina melahirkan.

"Semoga mereka semua baik-baik saja ya, Tuhan ...." Aldrian berdoa dalam hati. Pria itu kemudian bergegas menaiki mobilnya menuju rumah sakit.

Sementara itu, Bima masih terlihat panik. Pemandangan di depannya membuat Bima merasa semakin ketakutan. Pria itu menyandarkan tubuhnya sambil memejamkan mata. Kedua tangannya mengepal, raut wajahnya terlihat pucat karena rasa panik dan ketakutan bercampur menjadi satu.

Bima tidak pernah berada dalam situasi seperti ini. Tubuh pria itu masih gemetar. Pandangan Bima beralih saat suara teriakan seorang wanita yang sangat familiar menyapa pendengarannya.

Wanita itu berteriak sambil menangis histeris. Kedua bola mata Bima membola. Di sana, tidak jauh dari hadapannya, seorang perempuan dengan baju berlumuran darah menangis histeris sambil berlari mengejar brankar yang didorong oleh beberapa petugas medis.

"Devan! Bangun, Devan!"

"Devaann!"

BERSAMBUNG ....

Terpopuler

Comments

Airoh Hasna

Airoh Hasna

yah janda dan duda kayanya

2023-01-30

0

Made Elviani

Made Elviani

Devan Renata jg mengalami kecelakaan

2023-01-16

0

Puja Kesuma

Puja Kesuma

ya ampun kluarga bima dan renata jg mengalami kecelakaan

2023-01-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!