Deal?

Mengapa aroma tubuh ini sangat tak asing.

Miranda merasa pernah melihat Alfredo, sebelum kejadian di restaurant tempo lalu. Saat ia diperhatikan dengan seksama oleh Alfredo waktu itu, tapi entahlah, Miranda tak mau terlalu percaya diri. Namun, sekarang melintas kepingan-kepingan wajah Alfredo dibenaknya.

"Apa kamu akan terus diam? Bukankah kamu ingin mengatakan sesuatu padaku?"

Suara bariton itu membuyarkan lamunan Miranda seketika. Secara bersamaan pula jantungnya berdetak kencang seperti gendang yang di tabuh dengan kuat kala Alfredo bersuara.

Suara ini? Mengapa sangat tak asing, tak mungkin pria yang meniduriku adalah Alfredo...

Kemarin berkat bantuan Tono, ia berhasil menemukan fakta penting mengapa dia bisa sampai hamil. Malam itu saat menangkap basah Tama dan Anis, ia teringat pergi ke club malam dan berakhir mabuk-mabukkan.

Miranda menebak jika di malam itulah seseorang mengaulinya saat dia mabuk berat. Tono pun memeriksa CCTV hotel. Tapi ia tak mendapat petunjuk sama sekali, sebab CCTV di hack seseorang.

"Hmm, Nyonya, Tuan Castello, bertanya pada anda?" Cole harap-harap cemas kala melihat Tuannya mulai badmood, hal itu dapat terlihat dari cara Alfredo melirik terus arloji di pergelangan tangan.

Miranda menggeleng kecil. "Maafkan aku, aku sedikit kelelahan karena semalam baru saja sampai Jakarta, sebenarnya aku hanya mau berbicara berdua saja dengan anda, Tuan Castello, apakah boleh?"

Melirik Cole sekilas, berharap pria berparas bule itu mau memberikan ruang padanya untuk bercerita mengenai kehamilannya, yang tak ia ungkapkan pada Cole sebelum-belumnya.

"Tidak boleh, Cole tetap di sini, sampaikan saja langsung, anggaplah Cole hanya patung saja, dia akan menutup telinga," jawab Alfredo, membuat Miranda mau tak mau akan menyampaikan aibnya sendiri di hadapan Cole.

"Baiklah, maaf, kalau aku banyak meminta, sebenarnya..." Miranda menjeda kalimatnya sesaat, lalu menghirup udara sebanyak-banyak dan menghembuskan pelan. Ia tengah merangkai untaian kata dibenaknya agar penyampaiannya tak membuat Alfredo salah paham.

"Hmm," Alfredo membalas dengan berdeham rendah sambil mengetuk-etuk jari telunjuk di atas meja.

"Sebenarnya aku tengah berbadan dua." Miranda langsung menundukkan wajahnya.

Hening sejenak!

Alfredo tak langsung menyahut. Saat ini ia melayangkan tatapan datar pada Miranda.

"Lalu mengapa kamu bercerai?" tanya Alfredo, seketika.

"Em, ini bukan anak Tama, pasti anda sudah tahu berita yang beredar luas di luar sana," balas Miranda, masih bergeming di tempat. Rasa takut bercampur rasa kalut tiba-tiba menderanya sekarang.

"Lalu anak siapa?" Walaupun Alfredo sudah tahu apa yang akan di sampaikan Miranda, tapi dia penasaran pada sosok wanita dihapannya, dan tak akan memberitahu apa yang terjadi di antara dirinya dan Miranda, sampai wanita itu ingat sendiri.

"Aku tidak tahu, maka dari itu apa anda mau menerima anak ini, setidaknya nanti dia bisa memanggil anda dengan sebutan papa." Tanpa sadar Miranda mengangkat wajahnya dan kedua matanya bertubrukan langsung dengan mata Alfredo.

Deg

Mata itu? Tidak, mungkin... Hei Miranda, fokus lah! Jangan berkhayal yang tidak-tidak.

"Baiklah, tapi dengan satu syarat," ucap Alfredo tanpa merubah ekspresi wajahnya yang kaku itu.

"Apa itu?" Miranda harap-harap cemas, takut jika permintaan Alfredo memberatkan dirinya.

Alfredo mengangkat satu alis mata kala melihat wajah takut Miranda.

"Di dalam dunia bisnis tidak ada yang namanya gratis, kamu tahu sendiri kan, aku sudah menggelontorkan banyak uang agar perusahaanmu tak gulung tikar."

Miranda mengangguk pelan. Mengamati dengan seksama paras Alfredo, yang kalau di pikir-pikir, ternyata sangat lah tampan, melebihi ketampanan mantan suaminya itu.

Astaga, Mir, sadarlah, jangan jatuh lagi ke lubang yang sama, semua pria itu sama saja.

"Maka dari itu, aku akan mengambil alih perusahaanmu untuk sementara waktu."

"What?!" Reflek, Miranda bangkit berdiri sembari meletakkan kedua tangannya di atas meja. "Tidak bisa, kamu tahu sendiri kan kalau...." Miranda tersadar, saat banyak pasang mata memusatkan perhatian pada dirinya sekarang. Secepat kilat ia duduk kembali.

"Itu terserah kamu, kalau kamu tidak mau, ya sudah, aku akan menarik kembali danaku, dan memintamu mengembalikan semua uangku dua kali lipat," ucap Alfredo cepat.

Miranda tercengang, diterpa kegelisahan. Karena tak mungkin dia mengembalikan uang yang nominalnya fantastis itu. Seharusnya dia sudah tahu di dalam dunia bisnis, pengusaha selalu bermain licik.

"Nyonya, anda jangan khawatir, Tuan Alfredo mempunyai maksud dan tujuan yang baik, ia meminta anda beristirahat di rumah saja dan menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga untuk sementara waktu, kalau perusahaan sudah benar-benar stabil, perusahaan bisa di ambil alih lagi."

Cole menjelaskan panjang lebar, berharap Miranda dapat mengerti, padahal nyatanya Alfredo hanya beralibi saja agar Miranda tak bertemu Tama yang sedari kemarin datang ke perusahaan Gunadhya. Cole di buat penasaran apa yang tengah direncanakan Alfredo saat ini.

"Beri aku wak–"

"Aku tak suka membuang banyak waktu, deal atau tidak? Keputusan berada ditanganmu," potong Alfredo cepat.

Miranda menarik nafas panjang, pria dihadapannya benar-benar menjengkelkan, belum lagi sikapnya terkesan angkuh dan berhasil membuat Miranda kesal sendiri.

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Miranda terpaksa mengiyakan permintaan Alfredo.

"Besok Cole akan mengantar surat ambil alih perusahaan padamu dan minggu depan kita akan menikah, beritahu keluarga besarmu terlebih dahulu." Alfredo bangkit berdiri, kemudian melangkah cepat meninggalkan Miranda yang mematung di tempat.

Dasar pria arogan! Aku saja belum mengiyakan. Apa dia pikir menikah itu gampang.

"Nyonya, saya minta maaf atas sikap Tuan Castello, percayalah dia orang baik," kata Cole saat melihat bibir Miranda komat-kamit sendiri.

Miranda hanya membalas dengan mengangguk saja, setelah melihat respon wanita itu, Cole berlalu pergi dari hadapan Miranda.

Miranda memandang kepergian Alfredo di ujung sana dengan menatap nyalang punggungnya.

Argh! Percuma tampan, tapi menjengkelkan, sudahlah Miranda, bukan kah ini pilihanmu, toh, kamu juga yang meminta Tono, mencarikan pria yang dingin dan cuek. Yaps, dan itu lah Alfredo Castello!

Terpopuler

Comments

Kiki Rizkia Apriliani

Kiki Rizkia Apriliani

𝘭𝘢𝘨𝘪𝘢𝘯 𝘶𝘥𝘩 𝘤𝘦𝘳𝘢𝘪 𝘣𝘭𝘮 𝘴𝘪 𝘬𝘰𝘬 2 𝘮𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘨𝘪. 𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘪𝘥𝘥𝘢𝘩?

2023-08-22

0

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sabar

2023-07-22

0

EBI

EBI

klo di dunia nyata mah gak bisa dipercaya jika perusahaan diambil alih duluan baru menikah, bisa2 ditipu

2023-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!