Salah Tingkah

Kenapa aku merasa sedang di perhatikan seseorang.

Miranda berucap di dalam hati, merasa dirinya saat ini tengah di awasi seseorang. Ia mendengus kala pria dihadapannya bernama Bayu, meracau sendiri sedari tadi. Wanita itu mengerlingkan mata sejenak kala Bayu mengedipkan lagi matanya.

Sedangkan, dari kejauhan, Tono menggeram sebal karena pria yang menjadi kandidat suami Miranda, ternyata tak sesuai dengan deskripsi.

"Ih, alemong, nggak sesuai banget sih sama di foto, pasti dia photoshop nih!" Kepala Tono celingak-celinguk di balik pilar, tengah melihat muka Miranda tertekuk sempurna saat ini.

"Mampus eyke, Miranda mulai badmood!" Tono gelagapan ketika Miranda menatapnya sengit sekarang. Dengan cepat ia bersembunyi lagi di belakang pilar.

Sementara itu, Alfredo mematung di tempat tatkala Cole mengatakan wanita yang ia tiduri, ternyata sudah menikah. Ia mengira Miranda masih single sebab wajahnya masih terlihat muda. Pria beriris mata coklat itu pun duduk kembali.

"Jadi kamu sudah mengetahui identitas wanita itu?" Alfredo melirik Cole yang langsung menundukkan kepalanya.

"Maaf, Tuan, jika saya lancang, hanya saja, saya tak mau Tuan tidak bisa fokus berkerja."

Cole menarik nafas panjang saat merasakan hawa di sekitar sangat tak enak. Meneguk ludah berulang kali sambil melonggarkan sedikit dasinya.

Alfredo tak menyahut, malah melayangkan tatapan dingin pada Cole, yang masih berdiri di sampingnya.

"Sampaikan padaku, informasi apa saja yang kamu dapatkan tentang wanita itu." Alfredo menyambar gelas di atas meja, kemudian meneguk perlahan minuman berwarna merah bata itu sambil sesekali melirik Cole masih bergeming di posisi semula.

"Cole, aku tak pernah pernah mengulangi ucapanku." Suara Alfredo terdengar datar namun mampu membuat Cole bergedik ngeri.

"Maaf, Tuan. Akan saya sampaikan apa yang saya dapatkan kemarin," ucap Cole, melirik Alfredo tengah memotong steak.

"Hm." Alfredo memasukan potongan daging ke mulutnya lalu mengunyah pelan.

"Namanya adalah Miranda Gunadhya, pemilik perusahaan Gunadhya Groups, putri tunggal pasangan kaya raya, Sony Gunadhya dan Larasati Putri, yang berasal dari Singapura, dia keturunan darah biru Tuan. Dan sekarang menetap di Indonesia bersama suaminya dan memiliki anak–"

"Stop!" Alfredo langsung menatap Miranda lekat-lekat.

Cole meremas ujung jasnya kala Alfredo menatap sosok di depan tanpa mengedipkan mata ketika melihat Miranda mengusir pria kencannya barusan.

Apa dia tak mau mendengar siapa suami Miranda? Argh! Tuan Besar mengapa anda menjadikan ku tangan kanan putramu ini! Lihat dia selalu saja menyela ucapanku. Tapi ngomong-ngomong wanita itu bersama siapa? Apa teman bisnisnya?

Cole mencoba menerka-nerka di dalam benaknya.

"Mir! Eyke minta maaf!" Tono berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Miranda yang tengah mengeluarkan tanduk di atas kepala.

"Cih, mengapa pilihanmu tidak sesuai, Ton!?Kamu nggak lihat barusan dia melecehkanku!" Miranda berseru dengan nafas memburu.

Menahan gejolak amarah di palung hatinya sebab si Bayu mengelus-elus pahanya di bawah meja tadi. Hal itu membuatnya naik pitam kala diperlakukan tidak sopan oleh seorang pria yang baru saja ia jumpai.

"Eyke juga nggak nyangka, Mir. Teman eyke yang ngasi informasi, nanti eyke laporin ke polisi! Kalau dia udah lecehin you!" ucap Tono.

Miranda mendengus. "Nggak usah!"

"Oke, sekarang you duduk dulu ya, jangan marah-marah napa, entar cepat tua." Tono menekan pundak Miranda agar duduk kembali.

Dengan terpaksa Miranda menjatuhkan bokongnya di kursi saat merasakan Tono memijit-mijit pundaknya sekarang.

"Nah, sekarang you minum biar tenang sedikit, besok eyke cari lagi, dan yang pasti sesuai dengan keinginan you."

Tono merapikan sesaat poni rambutnya yang agak berantakan lalu kembali memijit pundak Miranda. Ia tak mau Miranda kembali marah karena kesalahannya hari ini yang kurang teliti.

"Terserah, aku tidak mau tahu, paling tidak, bulan depan aku sudah berpisah dengan Tama."

Miranda sangat tak sabaran ingin bercerai dengan Tama. Baginya untuk apa bertahan jikalau tak ada cinta di antara ia dan Tama. Meskipun sampai saat ini, dia belum sepenuhnya menghapus nama Tama di dalam hatinya tapi dia kekeh pada pendiriannya.

Apalagi mengingat Anis tinggal di rumahnya sekarang, akan tetapi dia tak mau egois, ada ribuan karyawan yang berkerja di perusahaan Gunadhya Groups dan Nahendra Groups. Maka dari itu ia akan mengorbankan hatinya kali ini. Walaupun ada perasaan takut nantinya, apakah pria yang akan menjadi pendampingnya kelak, mau berkerjasama dengannya.

Miranda berharap penuh, pria itu mau menghormati dan menghargai dirinya walau tak ada cinta di antara mereka.

"Oke, eyke akan urus semuanya!" Tono menghela nafas sejenak tanpa menghentikan gerakan jari-jemarinya.

"Hm," Miranda membalas berdeham rendah kemudian mengangkat gelas ke udara.

Deg.

Tanpa sengaja mata Miranda dan Alfredo langsung bertubrukkan, sedari tadi Alfredo tengah memperhatikan dirinya,.

Pria itu melihat siapa? Miranda kikuk, mengapa pria yang berjarak tiga empat meter darinya, menatap dalam ke arahnya.

Secepat kilat Miranda menoleh ke kanan dan kiri bahkan ke belakang. Tono yang sedang memijit, mengerutkan dahi melihat pergerakan kepala Miranda.

"You kenapa sih? Nyari orang?" Tono segera menurunkan tangannya sambil berdiri di samping Miranda.

"Ton, kamu lihat, nggak sih, cowok di depan sana, lagi lihatin siapa, dari tadi dia ngelihat ke sini," ucap Miranda pelan sambil menyelipkan anak rambutnya ke telinga saat melihat Alfredo memandangi ke arah dirinya tanpa mengedipkan mata. Tentu saja Miranda salah tingkah.

"Ha?" Tono melonggo. "Yang mana?" Mengedarkan pandangan seketika.

"Itu, tuh, meja depan urutan ke empat," sahut Miranda cepat.

"Oh my God, ganteng banget bok." Tono menutup mulutnya, sambil memukul pundak Miranda.

"Awh, sakit Ton, kamu apa-apain sih, jangan di lihatin balik dong." Miranda melebarkan mata, melihat Tono seperti ulat bulu sekarang, yang meliuk-liukkan badan ke segala arah.

"Ih, Mir, eyke punya mata kali." Tono juga ikut salah tingkah karena Alfredo menatap ke arah mereka dengan ekspresi datar.

"Jadi dia lihatin siapa menurutmu?" Miranda sesekali memandangi Alfredo.

Tono memutar tubuhnya ke kanan dan kiri dengan gemulai, sejenak.

"Em, nggak mungkin ke belakang, jelas nggak ada orang selain you, kayaknya lihatin you deh," jelas Tono singkat.

"Masa sih?"

Tono mengangguk cepat.

Miranda keheranan mengapa pria itu melihat ke arahnya. Apa dia pernah bertemu? Entahlah, hal itu membuat Miranda semakin gusar. Sebab ia tak mau diperhatikan seseorang dengan begitu lama. Apalagi mengingat ia adalah putri satu-satunya dari keluarga Gunadhya, yang katanya memiliki banyak musuh bisnis.

Miranda tentu saja was-was, tak mau identitasnya di ketahui, memang selama oni pun menjadi istri Tama, dia tak pernah dipublikasikan ke khalayak publik. Karena mengingat privasi di keluarganya harus selalu terjaga.

"Ton, kita pulang saja yuk, aku lagi nggak enak badan, Rikardo pasti udah lama nungguin aku jemput." Miranda menggerakan mata ke segala arah kala matanya keduanya bertemu kembali.

Tono mengangguk sambil mengambil gelas Bayu yang masih penuh minuman berwarna merah tua dan meneguknya cepat.

Di ujung sana. Alfredo menatap datar kepergian Miranda dan Tono.

"Cole, kemarin aku tak sengaja menidurinya dan menabur benih di rahimnya, maka dari itu pantau selalu wanita itu, apakah dalam waktu dekatnya dia hamil atau tidak," ucap Alfredo, berhasil membuat nafas Cole tercekat.

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus berkarya

2023-07-22

0

EBI

EBI

lemes banget omongan nya😅

2023-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!