Pertemuan di Nahendra Groups

Di sisi lain. Seorang pria setinggi 185 cm baru saja turun dari pesawat. Dia melepaskan kacamata yang bertengker di hidungnya lalu mengedarkan pandangan di sekitar.

"Cole!" Sang pria menyodorkan kacamata hitam kepada Cole Bennet yang tengah berdiri di belakangnya. Cole mengambil cepat kacamata Tuannya.

"Apa jadwalku besok?" tanyanya sambil memasukkan tangan ke saku celana.

"Anda akan bertemu dengan Tama Nahendra, membahas proyek pembangunan kereta api bawah tanah," jawab Cole.

"Hm, lalu?" Sang pria bertanya sambil melangkahkan kaki menuju mobil berwarna hitam yang berjarak empat meter darinya.

"Besok Tuan hanya bertemu Tama Nahendra saja, Tuan." Cole mengikuti langkah kaki Tuannya.

"Hm, baguslah, jadi apa kamu sudah menemukan identitas wanita itu?" Sang pria memutar tubuhnya tiba-tiba sambil menatap Cole yang nampak salah tingkah.

"Cole Bennet! Mengapa kerjamu sangat lambat?! Apa gajimu mau aku potong." Gertak sang pria dengan menatap dingin Cole.

Cole meneguk ludah berulang kali kala merasakan aura yang menguar dari tubuh Tuannya berwarna hitam pekat.

"Akan saya usahakan Tuan." Cole menundukkan wajah seketika.

Tak menyahut, sang pria malah mendengus sejenak lalu berjalan cepat menuju kendaraan roda empat miliknya.

*

*

*

Esok harinya.

Kantor Gunadhya Groups sedang dihebohkan dengan kabar bahwa akan ada rapat mendadak dari semua divisi. Bahkan manager yang berada di cabang juga diperintahkan mengikuti rapat tersebut.

Para karyawan saling berbisik-bisik satu sama lain, bertanya-tanya, mengapa ada meeting mendadak tanpa pemberitahuan H-1, sesuai aturan perusahaan.

"Eh dengar-dengar dari kantor sebelah katanya pak Tama ada affair sama sekretaris, bu Miranda." Seorang wanita berpakaian modis menepuk pundak temannya di samping.

"Anis?" tanya yang lain, menimpali.

Wanita itu mengangguk, cepat.

"Yang benar aja lu! Spek bu Miranda diselingkuhin? Wah gila sih, apa pak Tama katarak matanya?" sahut seorang wanita berkacamata bulat.

"Iya, benar, masa gue bohongin lu pada. Lu harus percaya sama gue, kemarin aja katanya si pelakor dikerjain sama karyawan Nahendra, mampus kagak tuh! Haha!"

Mereka yang mendengar nampak mangut-mangut sejenak.

"Lah terus, kenapa kita ada rapat mendadak?" tanyanya, penasaran.

Yang membuat onar kan perusahaan sebelah, lantas mengapa mereka dikumpulkan semua. Lagipula mereka tak membuli Anis kemarin, hanya melihat dari kejauhan Anis dilempari telur busuk.

Salah seorang mengedikkan bahu sedikit, menandakan dia tidak tahu.

"Katanya sih, ada salah satu divisi di sini yang menutupi perselingkuhan pak Tama dan si Anis."

"Hei, kalian! Jangan merumpi cepat masuk ke aula sekarang, bu Miranda sebentar lagi datang," sahut seseorang tiba-tiba di depan pintu ruangan, mengusik pembicaraan mereka.

Gelagapan, dengan cepat mereka berhamburan ke luar ruangan, berjalan menuju aula besar.

*

*

*

Aula Besar Gunadhya Groups.

Para karyawan menunggu kedatangan Miranda dengan sabar. Mereka keheranan mengapa suasana begitu tegang, sebab sepertinya akan ada pemecatan masal hari ini, belum lagi kabar mengejutkan datang dari Tina alias Tono, mengatakan Miranda yang mereka kenal bukanlah seperti dahulu lagi. Jadi mereka diperingatkan Tono, untuk tidak boleh menyela Miranda ketika sang CEO berbicara nanti.

Suara pintu terbuka menggema ditelinga mereka. Secepat kilat mereka memusatkan perhatian ke daun pintu.

Miranda melangkahkan kaki jenjang ke podium di depan. Bunyi heels teradu dengan lantai porselen sambil mengedarkan pandangan ke seluruh isi ruangan dengan melayangkan tatapan tajam.

Untuk pertama kalinya, mereka melihat Miranda memasang wajah dingin dan judes. Padahal wanita itu dikenal dengan kepribadian ramah lalu mengapa sekarang berbeda 180 derajat. Apa ini dampak dari permasalahan biduk rumah tangganya.

Semua karyawan bergedik ngeri sejenak lalu bangkit berdiri sambil membungkukkan kepala sedikit.

"Duduk!" titah Miranda.

Para karyawan duduk di kursi lalu melemparkan pandangan satu sama lain kala melihat Miranda berdiri tegap dengan raut wajah tak bisa terbaca. Namun mereka dapat merasakan suasana di dalam ruangan begitu mencekam.

Hening sejenak!

Tak ada yang bersuara sama sekali sekarang bahkan Tono yang biasanya banyak berbicara, diam seribu bahasa. Kali ini pria gemulai itu menampilkan mimik muka serius.

"Tono!" Miranda memecahkan keheningan di ruangan.

Tono menoleh. "Ih, Tina not Tono!" ucapnya menggerakan tangan dengan lentur.

Miranda mengerlingkan mata. "Terserah! Lakukan tugasmu sekarang juga Tono!"

Tono mendengus sesaat kemudian menyodorkan berkas pada salah seorang kepala divisi di meja sebelah kanan, dan menyuruh pria berkepala plontos itu membacakan isi dokumen.

"Mungkin kalian sudah tahu kenapa di kumpulkan di sini, maka dari itu yang namanya tertera di dokumen, di pecat!" Tono mengedarkan pandangan di sekitar.

Nama-nama karyawan yang disebut barusan, tercengang. Tak menyangka akan di pecat tanpa hormat. Sebagian karyawan tak terima dengan pemecatan tersebut. Mereka saling melontarkan kalimat kasar di dalam ruangan sambil menunjuk-nunjuk, menyalahkan satu sama lain.

"Diam!!!" pekik Miranda saat melihat situasi tak kondusif sekarang.

Mereka langsung terdiam kala melihat Miranda melayangkan tatapan seperti iblis pencabut nyawa.

*

*

*

Sementara itu, di sisi lain, sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di pintu utama Nahendra group.

Seorang pria berperawakan tinggi dan besar menyembul keluar, diikuti dengan asistenmya. Ia menaikan sebelah alis matanya kala melihat Tama menyambut kedatangannya.

Mengulas senyum sejenak, Tama mendekat sembari mengangkat satu tangannya ke udara. "Welcome, Mister Castello."

Akan tetapi sang pria yang bernama Alfredo Castello itu, tak berniat sekalipun menjabat tangan Tama. Ia hanya menatap datar Tama.

Untuk sesaat suasana begitu canggung

Si@lan! Kalau bukan karena bisnis, aku nggak mau kerjasama dengan pria arogan ini. Ucap Tama dengan tersenyum kikuk.

"Terimakasih, Tuan Tama." Melihat sang majikan bersikap seperti biasanya, Cole Bennet langsung menjabat tangan Tama. Dia sungguh tak enak hati karena sikap atasannya yang terkesan cuek dan dingin itu.

"Silahkan." Tama menuntun Cole dan Alfredo untuk masuk ke dalam perusahaan. Akan tapi baru saja beberapa langkah, langkah kaki ketiga pria itu terhenti saat melihat di sebrang sana para kumpulan manusia berhamburan keluar dan langsung berlari-lari mengitari pelataran kantor Gunadhya groups.

"Mereka kenapa?" Alfredo penasaran, mengapa di pagi ini para karyawan yang seharusnya berkerja malah berada di luar ruangan dan berlari-larian.

Tama tak langsung menjawab. Ia pun binggung. Secepat kilat meminta izin pada Alfredo dan Cole untuk menghampiri mereka.

Dari kejauhan, Alfredo dan Cole dapat melihat Tama tengah mengobrol dengan seorang pria.

"Apa mereka tak ada kerjaan?"

"Saya tidak tahu, Tuan, tapi sepertinya mereka sedang dihukum." Cole menebak jika karyawan di kantor sebelah tengah di hukum atasannya.

"Hm, di hukum? Hanya berlari, menurutku hukuman mereka sangatlah kurang, seharusnya mereka di suruh menguras air di lautan saja," ucap Alfredo seenak jidat.

Cole enggan menyahut, karena bingung harus menjawab apa. Namun dalam sekian detik, raut wajahnya berubah drastis ketika melihat sosok wanita yang selama ini Tuannya cari, tengah berbicara bersama Tama sekarang. Wanita itu adalah Miranda, tengahberdiri membelakangi dirinya dan Tuannya.

Oh my God, ini yang aku takutkan dari kemarin, lebih baik aku suruh Tuan untuk masuk ke dalam terlebih dahulu, agar dia bisa fokus berkerja.

"Tuan, di sini panas, lebih baik kita masuk, sebentar lagi Tuan Tama pasti akan menyusul kita," ucap Cole.

Tak ada sahutan. Cole nampak was-was saat melihat Alfredo tengah menatap datar ke ujung sana. Entah apa yang diperhatikan pria itu namun Cole berharap Tuannya tak menyadari kehadiran Miranda yang saat ini tengah dikerumuni karyawan.

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trussukses

2023-07-22

0

Daryati Idar

Daryati Idar

lanjut thor

2022-12-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!