Dian dan Ilyas makan dengan lahap dimeja makan. Setelah makan siang yang cukup hening, Dian kembali duduk di kursi.
" Emm ada yang ingin aku tanyakan." Ucap Dian. Ilyas hanya menatap Dian meminta agar wanita itu cepat mengatakan nya.
" Apa hubby yang beli pakaian untuk ku? " Walaupun sebenarnya jawabannya sudah pasti, namun Dian tetap ingin tahu langsung dari sumbernya.
" Oh.. sudah datang yah. Cepat juga." Manggut-manggut, puas akan hasil dari butik tersebut.
Walaupun tidak langsung, sudah pasti jawaban yang keluar dari bibir Ilyas mengiyakan pertanyaan Dian. " Tapi kenapa? Aku udah punya banyak baju." Seru Dian
" Apalagi itu mahal-mahal." Lanjutnya. Ia tidak sengaja melihat label pakaian yang datang dari butik, dan harganya membuat kerongkongan Dian langsung kering.
Ilyas berdecak. Mengapa wanita ini tidak peka sama sekali, dan jujur saja Ilyas malas menjelaskan. " Suka-suka aku, itu uang-uang aku." Ketus nya
" Bersiaplah. Kita akan pergi."
" Kemana? " Dan yah Ilyas sudah tahu pertanyaan ini akan keluar.
" KUA. Pernikahan kita belum tercatat secara hukum dimata negara."
" Kamu yakin, by? Apa kamu tidak keberatan menjalani pernikahan ini? " Walau bagaimanapun, dilihat dari segi materi dan juga tampang jika kepribadian dikesampingkan. Ilyas adalah pria idaman.
Dan bagaimana mungkin seorang pria seperti itu ingin menikahi janda yang kemungkinan wanita tidak sempurna? Pikir Dian
Terdengar decakan kesal Ilyas. Sudah enak-enak masih saja menanyakan hal tak penting " Sudah aku katakan. Aku tidak keberatan dan aku yang menginginkan pernikahan ini. Sudah, sekarang bersiaplah." Dengan kesal pria itu berdiri dan meninggalkan meja makan.
Dian memandang nanar punggung Ilyas. Sebenarnya ia juga tak akan rela jika disuruh berpisah sekarang, karena semuanya sudah terlanjur jadi Dian akan mengikuti arus saja.
" Aku tahu rencana mu selalu yang terbaik ya Allah. Karena itu, sekarang pun berikanlah hamba mu ini kemudahan, kesabaran dan keikhlasan untuk menjalani kehidupan pernikahan ini."
.........
Selesai dari kantor urusan agama, mobil melaju ke sebuah tempat perbelanjaan. Ilyas jalan didepan dengan diikuti oleh Dian, sedangkan dibelakang ada Mike dan juga Ardo yang mengikuti.
Dian selalu menunduk membuat nya terlihat sedang dipaksa oleh tiga orang pria tampan. Yang melihatnya ingin iba, namun rasanya Dian beruntung seperti di kawal oleh tiga pria tampan.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Dian ke pusat perbelanjaan, hanya saja ia kerap kali mendapatkan pengalaman tak menyenangkan dari para pengunjung lain maupun pegawai disana.
Rupanya wajah tak selamanya membuat orang senang terhadap kita. Lihat saja Dian, dulu ia pernah dibentak dan dimaki dipusat perbelanjaan oleh pengunjung lain dan pegawai karena dituduh merusak barang atau menabrak pengunjung lain. Karena itu, Dian merasa tidak enak jika berada dipusat perbelanjaan.
" Hei, bukankah tadi tuan dan nyonya nampak baik-baik saja? Kenapa sekarang mereka terlihat bermusuhan? " Bisik Mike
Mengedikkan bahu " Entahlah. Itu urusan rumah tangga tuan dan nyonya, tidak seharusnya kita ikut campur."
" Ck. Karena ini rumah tangga majikan kita, seharusnya kita ikut campur didalamnya. Jangan sampai ada orang luar yang mencoba untuk mengusik kehidupan rumah tangga tuan dan nyonya." Untuk orang ketiga, sumpah Mike paling benci hal itu
" Maksud aku, masalah internal tidak perlu Kita ikut campur. Berbanding jika masalah eksternal, kita harus yang paling depan membantu." Sama, Ardo juga paling benci dengan yang namanya perusak rumah tangga orang.
Ilyas tiba-tiba menghentikan langkahnya membuat Dian yang tak tahu terbentur dipunggung sang suami
" Aduh..." Mengusap kening nya " Ada apa sih, by? " Protes Dian. Tersadar akan ucapannya ia langsung menutup mulut. " Ma.. maaf.."
Tak mengindahkan perkataan sang istri, Ilyas langsung menarik tangan Dian untuk berjalan beriringan dengan nya. Pelan, sangat pelan Ilyas berjalan. Pria itu harus menyamakan langkah kakinya dengan istrinya.
Membuat Dian melongo 'apa dia tidak marah?' mendongak melihat pria tampan tersebut yang kini sudah menjadi suaminya sah dimata hukum dan agama. Wajah datar tersebut membuat hati Dian berdesir. Diam-diam Dian tersenyum saat sadar akan perhatian yang diberikan pria datar disampingnya.
Ardo tak bisa tak melongo melihatnya. Terpaksa mereka juga harus memperlambat langkah kaki. " Apa tuan benar-benar sudah berubah secepat itu? " Bisik pria dingin itu ke Mike
Mike yang biasa saja membalas " Entahlah. Tapi memang seorang suami harus perhatian dengan istrinya. Lihat aku, setiap aku mengantar istriku berbelanja pasti aku harus menyamakan langkah kakiku dengannya. Apalagi wanita itu lemah, maka kita yang harus melindunginya." Jelas Mike yang sudah berpengalaman
'yah kecuali kalau ada diskon sih. Aku sampai harus berlari mengejar istri ku' yah yang ini cukup dia sendiri yang tahu.
Mereka sampai di sebuah toko perhiasan. Sebelum masuk, Ilyas menyuruh Mike dan juga Ardo untuk melakukan sesuatu. Sedangkan dirinya menarik tangan Dian untuk masuk kedalam
'apa dia ingin beli perhiasan yah? Tapi masa cowo pakai perhiasan sih' ia hanya menurut saat ditarik
Hingga mereka sampai di sebuah lemari kaca besar yang didalamnya menyediakan berbagai perhiasan yang menarik perhatian semua orang.
" Selamat datang tuan, nona. Silahkan anda mau yang mana." Seru seorang pegawai disana. Ia sempat terpesona melihat ketampanan pria didepannya, sayang pria itu sedari tadi menggenggam erat tangan wanita berhijab yang sedari tadi hanya menunduk.
" Cincin pernikahan untuk Istri ku dan juga aku." Seru Ilyas
" Baik tuan." Ucap pegawai tersebut
Dian mendongak melihat suaminya yang rupanya juga melihat kearahnya " Untuk apa cincin nya? "
" Bodoh. Tentu saja agar orang-orang tahu kita sudah menikah." Lebih tepatnya supaya istri cantik nan mungilnya itu tidak dilirik lagi
Dian manggut-manggut, iya juga yah. Ia membenarkan. Tak lama pegawai tersebut kembali membawa berbagai kotak cincin
" Silahkan tuan, nyonya." Membuka semua kotak cincin tersebut
" Yang mana yang kau suka." Tanya Ilyas melihat Dian yang sedari tadi bengong melihat berbagai cincin tersebut
" Emm terserah hubby ajah. Aku juga pusing semuanya bagus hehe." Memperlihatkan gigi putihnya membuat Ilyas benar-benar ingin memakan Istri nya sekarang
Pegawai wanita Tersebut tersenyum " Bagaimana dengan yang ini nyonya? Ini buatan khusus dan hanya ada satu-satunya di dunia, sebab ini masih belum dipasarkan. Dan hanya sebagai contoh, tapi jika anda mau anda bisa memilikinya sekarang."
Memperlihatkan dua pasang cincin yang terlihat sederhana namun saat diteliti lebih dalam cincin itu sangat indah dengan berlian yang menghiasi
Ilyas memandang cincin itu lekat-lekat " Bagaimana? Yang ini saja? " Tanya Ilyas. Sungguh baru kali ini Ilyas menanyakan pendapat kepada seseorang, biasanya ia tidak akan melakukan nya.
Dian mengangguk " Yaudah yang ini ajah mbak." Pegawai tersebut Tersenyum senang.
" Ini harganya tuan." Ingin memberikan label namun Ilyas segera menahannya. Dia kira Ilyas tak bisa membayarnya apa!
Bukannya mengambil label tersebut, Ilyas malah langsung mengambil cincinnya dan dipakaikan dijari manis sang istri, dan yah itu cocok.
Mengeluarkan sebuah black card " tidak perlu dibungkus." Singkat padat dan jelas semakin membuat pegawai itu tersenyum senang. Bagaimana tidak, sudah banyak yang tertarik dengan cincin itu namun saat melihat harganya yang fantastis mereka semua tidak jadi membelinya.
Dian hanya diam memandangi cincin yang sangat indah kini melingkar dijari manisnya. Ilyas memberikan cincin yang lainnya. " Pakaikan." Singkat pria tersebut
Dian tersenyum lalu memakaikan cincin itu ke jari manis suaminya. Sepertinya kini alam semesta berpihak pada pasutri itu, cincinnya bisa langsung pas dijari keduanya.
" Bagus." Gumam Dian, Ilyas yang mendengarnya ikut senang melihat istrinya senang.
Namun Dian kembali diam, ada yang terlupakan " Kau tidak melihat harganya dulu, by? Bagaimana kalau terlalu mahal." Berbisik
Ilyas menatap gemas istrinya. Sudah dipakai baru bertanya harga. Sungguh Dian sama sekali tidak akan menyangka kekayaan suaminya itu seperti apa
" Memang nya kenapa. Kau istriku sudah tentu aku akan melakukan apapun untuk mu." Perkataan jujur Ilyas sontak membuat Dian melongo.
Apa pria ini tak tahu perkataannya bisa membuat wanita manapun meleleh? Namun sayang, pria itu tidak tahu akan ketertarikan perkataannya. Ia hanya mengatakan yang sejujurnya-jujurnya.
Setelah itu mereka keluar dari dalam toko perhiasan. Dian celingak-celingukan mencari dua orang yang tadi selalu mengikuti keduanya " bang Mike sama bang Ardo kemana? " Gumam wanita itu
Namun Ilyas sama sekali tidak tertarik untuk menjawab.
" Ada lagi yang ingin kau beli? " Ya, Ilyas sudah bertekad akan menjalani pernikahan ini dengan tidak main-main. Hitung-hitung latihan khusus menjadi suami yang baik.
Jujur saja ia mempunyai prinsip bahwa pernikahan hanya akan ia lakukan satu kali dalam seumur hidup. Dan menurut nya ini akan menjadi yang pertama dan juga yang terakhir
Dian memandang suami nya " Aku kira kamu ingin beli sesuatu by, tidak yah." Entahlah kini Dian juga sudah tidak terlalu tegang saat berdekatan dengan Ilyas dan hal itu berhasil membuat Ilyas tersenyum lebar, tapi dalam hati.
" Aku bertanya padamu. Kalau sudah tidak ada, ayo kita pulang. Aku juga harus kembali ke kantor."
" Baiklah, ayo." Mereka pun berjalan bergandengan keluar dari pusat perbelanjaan tersebut.
Dilihat dari jauh mereka benar-benar seperti pasangan suami istri yang harmonis. Saling berpegangan tangan walaupun tak ada pembicaraan yang terlihat mengiringi langkah mereka.
.........
Kini mereka berempat sudah ada di dalam mobil. Mike segera melajukan mobil membelah jalan. Hening, benar-benar hening.
Dian selalu nampak tersenyum melihat cincin yang sekarang ada di jari manisnya. Walaupun masih ada sedikit trauma, tapi entah kenapa ia merasa selalu terlindungi jika dekat dengan suaminya yang sekarang.
" Oh yah. By apa kau melihat ponselku? Ponselku hilang, aku juga lupa menaruhnya dimana. Apa aku sudah membawa nya pulang yah? Atau mungkin belum. Tapi waktu itu hubby sudah memberikannya padaku bukan, tapi aku lupa menaruhnya dimana. Padahal aku ingin mengabari sahabat ku." Dian berbicara panjang lebar. Yah inilah salah satu sifat asli Dian yang cukup cerewet.
Bahkan ketiga pria disana dibuat bergeming dengan perkataan panjang lebar Dian yang intinya hanya menanyakan ponselnya dimana.
'apa ini sifat aslinya. Pfhh menggemaskan'
'waduh, nyonya bisa juga yah bicara panjang kali lebar. Tapi tuan tidak akan suka wanita yang cerewet'
'sepertinya tuan memang sudah berubah, bagaimana pun tuan sangat membenci wanita yang cerewet. Tapi lihatlah sekarang, terlihat jelas tuan malah tersenyum melihatnya'
" Sudah bicara nya? " Memandang datar sang istri
Dian terdiam. Sepertinya ia Salah lagi kali ini
" Aku sudah membuang ponsel canggih mu." Perkataan santai Ilyas sontak membuat Dian menatap tak percaya kepadanya suaminya
" Ha? Kenapa? " Tanyanya dengan suara lembut
" Ardo. Pesanan ku." Dengan sigap Ardo memberikan sebuah paper bag kepada sang tuan
" Ambillah. Nanti kau buka di mansion." Dengan masih tak percaya akan kejadian yang menimpanya, Dian mengambil paper bag tersebut yang isinya entah apa
" Tapi ponselku bagaimana? Kenapa dibuang by? "
" Terserah aku." Ketus Ilyas membuang wajah ke samping jendela. Ia tak akan tahan melihat wajah memelas istrinya yang seakan-akan ingin menangis.
Sebenarnya Ilyas geram dengan ponsel tersebut. Saat dimansion, dimana saat Dian sedang mandi. Ponsel wanita itu selalu berbunyi saat dilihat tertulis nama 'mas Malik', tentu hal itu sangat tidak disukai Ilyas.
Panggilan pertama ia tidak peduli, yang kedua di tolak. Sedangkan yang ketiga Ilyas memblokir nomor itu. Karena terlalu aneh melihat ponsel jadul istrinya, dengan senang hati Ilyas membuang ponsel tersebut sebelum nya ia mengambil sim card nya.
Dian menghembuskan nafas kasar. Hah terserahlah, ia sudah lelah.
Kedua bawahan Ilyas hanya mengulum senyum melihat pertengkaran kecil pasutri baru tersebut.
.
.
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Like komen dan votenya 😘 banyakin hadiah nya juga biar othor tambah semangat nulis nya ✌️
...Subscribe yah manteman😖...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Rika Rahayu
pengalaman yg nyata bgt y mike.. sayangnya misua ku g mau ikut2an lari kejar sana sini kayak begitu
2023-05-13
1
Arik Kristinawati
semoga ketemu kel.mantan suaminya n mereka pda mlongo lihat dian tmbah cntik...hamil....ttus dandannya sangat terawat berkelas tapi sopan
2023-03-25
2
Rice Btamban
semangat
2023-01-15
2