...~Sesuatu yang ditakdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, dan sesuatu yang bukan milik mu, sekeras apapun usahamu mengejar, dia akan selalu menghindar~...
.........
Hari-hari Dian tidak berubah semenjak saat ia melihat suaminya bersama seorang wanita yang entah siapa. Dian sungguh menutup mata akan kelakuan suaminya dan berharap agar Malik sadar dan berubah.
Namun, sepertinya itu bukanlah hal yang tepat. Setiap hari Malik semakin jarang dirumah, alasan nya lemburlah, sibuklah, dan sebagainya. Seakan-akan pria itu seorang presiden yang punya banyak urusan, bahkan presiden pun tak sesibuk dia.
Kadang Malik tak pulang sampai tiga hari. Dian masih berpikir dan selalu berdoa agar suaminya mendapatkan hidayah.
Astaga Dian, bukalah matamu lebar-lebar. Suami mu tak akan berubah jika tidak ditegur.
Satu yang pasti. Selingkuh itu penyakit, walaupun sembuh ujung-ujungnya akan kembali seperti semula. Seharusnya Dian sadar namun ia terlalu takut akan kenyataan.
Siang itu Dian menutup cepat warungnya. Tiba-tiba kepalanya pusing, matanya berkunang-kunang seperti orang-orang yang ada di iklan saat adzan Maghrib.
" Astagfirullah, ini kenapa sakit bangat yah." Duduk di sofa ruang tamu.
Mengambil ponsel yang ada diatas meja, ia menghubungi sang suami.
" Assalamu'alaikum mas." Untung lah cepat diangkat
" Wa'alaikum salam dek. Ada apa dek? "
" Kepala Dian sakit mas, kayanya badan Dian juga sakit. Mas bisa antar Dian kerumah sakit gak? Soalnya jauh dari rumah mas." Memegang kepala yang berdenyut-denyut
" Mungkin cuman sakit kepala biasa dek. Minum obat ajah dulu, beli di warung. Mas lagi sibuk nih dek."
" Tapi mas.."
" Maaf dek, mas tutup dulu yah. Mas beneran sibuk."
Tut..
Pria berwajah domba dengan kelakuan serigala itu langsung menutup sambungan telepon, tanpa mengucap salam
Mau tak mau, Dian harus ke rumah sakit seorang diri. Untunglah kepalanya bisa di ajak kompromi, kini kepalanya sudah tidak terlalu sakit walaupun denyutan masih terasa.
Setelah mengunci pintu rumah, Dian segera keluar kompleks untuk mencari angkutan umum.
.........
" Sepertinya ibu cuman kelelahan, jangan banyak pikiran, makanan nya dijaga jangan sering lambat makan." Ucap seorang dokter paruh baya yang sangat ramah
Dian tersenyum " Iya terimakasih dok."
" Kesehatan itu penting nak, harus dijaga." Dianra mengangguk
" Sekali lagi terimakasih dok." Tersenyum manis
" Wah, mbaknya artis yah. Cantik banget." Celetuk seorang perawat disana. Dian tersenyum, ia sudah biasa dengan keadaan yang seperti ini
Dokter paruh baya tersebut mengulum senyum, benar apa yang dikatakan perawat nya, wanita berhijab yang seperti nya mempunyai segudang masalah itu sangat cantik. " Ini resep obat nak. Nanti di tebus yah."
Dian kembali tersenyum lalu berterima kasih, setelah itu keluar dari dalam ruangan dokter ramah itu.
Setelah menebus obat, niatnya Dian ingin langsung pulang. Namun langkah nya terhenti saat melihat sang suami tengah bersama seorang wanita cantik yang sepertinya di cafe Waktu itu.
Bukan hanya itu yang membuat Dian terkejut, namun suaminya nampak keluar dari ruangan seorang dokter obygin dan terlihat tersenyum senang bersama wanita itu
" Mas Malik.." lirih Dian
Mendengar namanya disebut, sontak Malik menatap sumber suara. Pria itu terdiam, ia mematung
" Dek Dian..."
" Kenapa sayang? " Ucap wanita cantik tersebut begitu mesra membuat Dian semakin dibuat sakit hati.
" Dek, bukan seperti ini.. mas bisa jelasin." Melepas pegangannya di pinggang wanita tersebut
" Kita bicarakan di rumah mas." Dengan sangat-sangat tegar, Dian berbalik tanpa menetaskan air mata meninggalkan suaminya.
Malik mencoba mengejar Dian namun wanita yang ada disampingnya segera menahan tangan pria tersebut " Istrimu mas? "
Mengusap wajah kasar " Iya siapa lagi. Bagaimana ini? Dian udah tau semuanya." Terlihat sangat frustasi berbanding terbalik dengan wanita itu yang terlihat sangat santai bahkan terlihat senang
" Bagus deh kalau istri mu tau. Dengan Begitu kita gak perlu sembunyi-sembunyi lagi." Ucapnya dengan sangat Enteng
" Apa! Bisa-bisa nya kau mengatakan itu dengan santai. Dian sangat lembut, berbeda dengan mu Serly. Hatinya terlalu rapuh untuk disakiti." Hampir saja ia membentak untung saja masih ingat tempat
Serly emosi mendengar pria yang sudah menghamilinya memarahi " Kalau hatinya sangat rapuh untuk disakiti, jadi kenapa mas sakiti sejak awal! " Bentaknya. Sekarang orang-orang melihat pertengkaran mereka tapi kedua orang itu tak sadar
" Ini semua karena godaan mu! " Tak kalah membentak
" Dasar! Kau yang laki-laki bejat mas. Di colek dikit kegoda! " Suara nya meninggi membuat para pegawai rumah sakit segera turun tangan
" Maaf pak, buk. Jangan bertengkar di rumah sakit. Kasihan pasien yang terganggu." Ucap seorang perawat wanita dengan lembut
Malik langsung sadar ia kini dimana. Dengan tersenyum manis " Ah iya mbak, maaf mengganggu." Melihat Serly lalu menarik tangannya " Ayo pulang."
Serly mencebik " Lihat yang bening Dikit kegoda." Melihat sikap Malik terhadap perawat tadi membuat Serly mengatakan hal itu.
Malik mencebik namun tetap bungkam dan tetap menarik tangan Serly keluar " Dasar! Istrimu yang cantik juga gak guna kalau mandul." Gerutu kembali wanita itu, ia kesal melihat wajah Dian yang sangat cantik dan kalah jauh dengan nya.
Malik berhenti tepat di parkiran " Diamlah Serly! Bisakah kau menurut! " Serly mencebik. Pria memang hanya ingin enaknya saja.
.........
Dengan deraian air mata, Dian masuk kedalam angkutan umum. Ada beberapa orang didalam, Dian mencoba untuk menutup wajah agar tak terlihat jika ia menangis, walaupun sebenarnya sekarang ia sangat ingin menangis.
Menggenggam erat kedua tangan di atas pangkuan. 'kenapa mas lebih mentingin wanita lain daripada istrinya sendiri. Apa karena dia hamil?' hatinya benar-benar sakit saat melihat suaminya menolak mengantar dirinya ke rumah sakit karena lebih memilih mengantar wanita lain.
Hati istri mana yang tak sakit? Mungkin membayangkan saja tidak akan ada yang berani menjabarkan sakitnya.
Salah seorang wanita berhijab di samping Dian menggenggam tangan wanita cantik itu yang terlihat buku-buku tangannya sebab terlalu kuat saling mencegkram
" Ikhlas, yakinlah Allah SWT. tidak akan menguji hambanya diluar kemampuannya." Wanita cantik dengan pakaian syariah sama seperti nya memberikan semangat walaupun sebenarnya ia tak tahu apa masalah yang sedang ditimpa wanita tersebut.
Dian mencoba untuk tersenyum " Terima kasih mbak." Jawabnya tulus. Benar apa yang dikatakan wanita cantik itu, Dian hanya perlu bersabar dan ia yakin semuanya akan ada jalan masing-masing.
Setelah sampai, Dian segera masuk kedalam rumah minimalis yang cukup besar itu. Dian duduk di sofa ruang tamu dan menumpahkan tangis disana. Ia ingin meluapkan semuanya.
Tiba-tiba kepala Dian kembali sakit, mungkin karena ia kembali dilanda stress. Dian pun masuk kedalam kamar untuk memikirkan rumah tangga nya kedepan. Apa yang harus ia lakukan setelah ini dan ia harus mengambil keputusan yang tepat.
Malam kian menjelang namun suaminya tak kunjung menampakkan batang hidung. Tak ada riwayat telepon ataupun chat yang masuk. Setelah makan malam yang sangat hening dan sepi, Dian memilih duduk di sofa ruang tamu untuk menenangkan diri.
Wanita cantik itu sudah memutuskan apa yang akan ia lakukan saat suaminya datang. Air mata seolah sudah tidak ingin ia tampakkan.
Ceklek...
" Assalamu'alaikum dek." Seru buru-buru Malik
Dengan wajah datar, Dianra berdiri " Wa'alaikum salam mas." Walaupun masih terkesan cuke Dian tetap mencium punggung tangan suaminya.
Kurang apa lagi coba! Memang yah. Rumput tetangga lebih hijau dibanding rumput sendiri, nampak nya benar.
Malik sedikit bernafas lega saat punggung tangannya tetap dicium. Ia pikir mungkin istrinya akan memaafkan dirinya. Dengan pikiran yang sangat percaya diri, pria bejat itu ingin mencium kening Dian seperti biasanya, namun hal tak terduga terjadi. Dimana Dian menghindar
Malik kembali sadar, semuanya tak akan bisa kembali seperti semula " Maaf dek. Maafin mas, mas khilaf."
Dian tersenyum " Khilaf cuman dilakukan sekali mas, kalau berkali-kali itu namanya nafsu." Serunya dengan suara yang lembut
" Bukan seperti itu dek. Dengarin mas dulu." Semakin paniklah Malik saat melihat senyuman dan ketenangan sang istri. Ia pikir mungkin Dian akan menangis dan meraung-raung, walaupun sebenarnya itu benar. Tapi tadi, bukan sekarang.
Menutup mata untuk membendung air mata " Kapan? " Tanyanya
" 4 bulan yang lalu." Jawab Malik
Semakin sakit dada Dian. 4 bulan yang lalu?! Itu berarti satu bulan setelah mereka menikah suaminya sudah main serong
" Astagfirullah.." beristighfar agar diberikan kekuatan
" Maafin mas dek. Mas akan tinggalin..__"
Dian menggeleng pelan dengan tetap tersenyum " Nikahi wanita itu mas. Dia sudah hamil anak mu." Ada rasa sakit saat mengatakan nya
Malik tertunduk " Kami sudah menikah siri." Lirih pria bejat itu lagi semakin membuat Dian merana. Ia ingin menangis namum air matanya seolah sudah kering.
Memaksakan tersenyum " Begitu yah syukurlah." Seakan tak punya beban, Dianra hanya mencoba untuk kuat. Walaupun sebenarnya hatinya sangat rapuh dan ingin menangis
" Ceraikan aku mas."
Deg...
Sontak Malik menatap lekat mata istrinya yang terlihat tegar dengan senyum yang menghiasi bibir wanita itu " Apa? Tidak aku tidak mau."
Dian sudah tahu jawaban suaminya, namun ia juga tidak akan menyerah begitu saja " Aku mohon mas, ceraikan aku."
" Tidak Dian! " Tegas Malik
" Mas, aku mohon. Jangan sakiti aku lebih dari ini, aku tidak mau di poligami! " Tak kalah tegas Dian mengatakan nya membuat Malik terdiam. Ini kali pertama ia melihat Dianra setegas ini kepada nya.
Menutup mata, lalu perlahan membukanya " Maaf mas aku sudah membentak mu. Tapi aku mohon, untuk kali ini turuti permintaan ku. Tenang saja aku akan ikhlas dan tidak akan menangis, aku janji." Ia tau betul hukum jika seorang pria membuat wanita meneteskan air matanya apalagi seorang istri yang terzalimi.
" Dan aku tidak akan menuntun harta gono-gini."
Malik menggeleng keras " Maaf Dian. Mas tidak akan melepaskan mu semudah itu." Tetap saja ia juga keras kepala.
Lagipula Malik tidak memusingkan mengenai harta gono-gini.
" Mas aku mohon. Nikahi wanita itu secara hukum dan sah di mata negara. Lalu lepaskan aku, Dian ikhlas mas. Dian gak mau di poligami." Menahan air mata untuk tidak jatuh
" Tidak Dian! Pikiran mu sedang kacau. Nanti kita bicarakan lagi dengan kepala dingin." Hendak keluar dari rumah
" Mas jangan lari mas. Dian udah mikirin dari semalam." Teriak Dian namun Malik seakan tuli dan berlalu entah kemana.
Dian mengusap kasar wajah dan menghempaskan tubuh di atas sofa.
.
.
TBC
Follow ig othor🤭😅🙏 \=> HimaSun_05
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Like komen dan votenya 😘 banyakin hadiah nya juga biar othor tambah semangat nulis nya ✌️
...Subscribe yah manteman😖...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Samsul Hidayati
😭😭😭 ugh kuat diandra
2023-02-23
2
Evi
thoor kok belum up lagi
2022-12-07
1
Aku Aja
lanjuuut... ceritanya bagus
2022-12-07
1