...~Aku ingin lebih ikhlas dari langit ketika ia mampu menerima apapun ketentuan Tuhan tanpa perlu banyak bertanya~...
.........
" Rezeki mah udah ada yang atur neng." Celetuk Seorang gadis seumuran Dian yang langsung duduk disebelah kedua tukang ojek tersebut.
" Assalamualaikum, Sarah." Ucap Dian. Sahabatnya yang satu ini memang harus selalu diingatkan.
Sarah tertawa cengengesan " Wa'alaikum salam." Jawabnya
" Kopi yang biasa satu Dian." Ujar kedua tukang ojek tersebut sembari menyambar gorengan didepannya
" Iya bang. Tunggu yah."
Setelah melayani bu Salim dan bu Endah, Dianra kemudian membuatkan Kopi untuk kedua tukang ojek tersebut.
" Dian, kamu 'kan masih pengantin baru. Ngapain langsung jualan sih? Gak mesra-mesraan dulu sama bang Malik." Tanya Sarah sambil membuka bungkus nasi kuning yang sudah Dian susun berderet rapi. Sarah adalah teman masa kecil Dian, teman terbaik Dian
" Iya Dian, Malik gak perkasa yah." Celetuk salah seorang tukang ojek yang tengah menggantung jaket berwarna hijau di pundak. Pria tersebut terlihat masih muda, mungkin seusia Dian. Namaya Ibra.
" Dasar kalian berdua. Itu urusan Dian mau kerja atau tinggal dirumahnya." Seru pak Danang, pria paruh baya yang juga bekerja sebagai tukang ojek berjaket hijau
Dianra hanya tersenyum menanggapi. Hal itu memang sudah biasa, percayalah tak akan ada yang memaki atau menghina Dian. Dianra dikenal sebagai pribadi yang baik, lemah, lembut, pekerja keras, tanggung jawab dan yang pasti dia sangat cantik.
Memang yah, orang baik pasti akan di kelilingi orang-orang baik pula.
Pak Danang pamit terlebih dahulu, ada orderan yang masuk di ponselnya.
" Mau pergi kuliah Sarah? " Tanya Dianra melihat sahabatnya yang asik makan nasi kuning
" Iya." Jawabnya singkat " Oh yah bang Ibra antarin aku ke kampus yah. Entar aku bayar lebih."
Ibra langsung tersenyum " oke. Habisin dulu nasi kuning mu." Setelah makanannya habis, Sarah dan juga Ibra membayar nasi kuning, gorengan dan juga kopi yang mereka pesan
" Yang giat belajarnya Sarah. Biar jadi orang sukses."
" Aamiin. Kamu juga jangan terlalu memaksakan diri untuk kerja, ingat udah punya suami."
" Yaudah kami pergi dulu Dian. Assalamualaikum." Ucap Ibra
" Wa'alaikum salam."
Dianra membersihkan sisa-sisa makanan, piring dan juga gelas kotor yang ada dimeja. Di cucinya langsung, setelah itu wanita cantik tersebut membersihkan meja tempat makan para pelanggannya.
.........
Hari menjelang sore, Dianra sudah bersiap-siap akan pulang.
Brumm.. brum..
Dianra sontak menoleh melihat siapa yang datang. Senyum tak bisa ia tahan saat melihat sang suami yang turun dari sepeda motor " Assalamu'alaikum, dek."
Mencium tangan kanan suaminya " Wa'alaikum salam, mas." Malik mencium kening istri Cantik nya.
Tatapan pria tersebut beralih melihat barang-barang Dian " Sini biar mas yang bawa." Mengambil beberapa keranjang dan menaruhnya di depan motor matic beet berwarna putih.
" Mas kenapa datang kesini? Harusnya mas langsung pulang dan istirahat." Melihat tas dan juga kemeja kerja Malik yang masih sama dengan yang tadi pagi, artinya Malik belum pulang ke rumah
" Mas cuman pengen lihat istri cantik mas. Sekalian membawanya kabur ke rumah." Menaik turunkan alis menggoda Dianra
Wajah Dianra langsung memerah merona. Ia langsung menunduk tak berani angkat wajah. Sungguh kali ini Dianra benar-benar tidak suka dengan wajah nya yang selalu cepat memerah
" Uhuuyyyy pengantin baruuuu di jemput babang kesayangannya nih.." tiba-tiba Ibra yang berboncengan dengan Sarah datang dengan sepeda motor tanpa berhenti kedua orang tersebut langsung pergi begitu saja setelah Sarah mengatakan hal yang semakin membuat Dian merona.
'uhh dasar Sarah' gerutu wanita cantik itu
Malik tertawa melihat tingkah konyol Sarah dan juga wajah istrinya yang sudah sangat merah " Udah dek, jangan di ambil pusing. Ayo kita pulang." Menarik lembut tangan Dianra.
Setelah naik, Malik membawa tangan sang istri untuk memeluk pinggangnya lalu melajukan motor " Kita keliling kompleks dulu yah dek. Sekalian cari-cari angin." Sebenarnya Malik ingin merasakan suasana pacaran bersama Dian, secara dulu mereka langsung menikah.
" Terserah mas Malik ajah. Tapi sebentar doang yah mas, soalnya nanti sudah Maghrib Dian pengen ngajar ngaji." Ia tetap membantu umi Halimah, yang sekarang mertuanya.
" Iya dek. Nanti mas antar yah."
Mereka pun berjalan-jalan sore itu menggunakan sepeda motor. Di perjalanan terkadang keduanya bertemu dengan beberapa orang yang menyapa pengantin baru tersebut.
Mendoakan agar pernikahan mereka langgeng dan dikaruniai anak-anak yang cantik dan Sholeh serta Sholehah seperti Dianra. Lalu pekerja keras dan bertanggung jawab seperti Malik.
Kedua pasutri tersebut hanya tersenyum dan mengaminkan.
.........
Pernikahan Dianra dan juga Malik berjalan lancar. Semuanya terasa sangat ringan dan romantis. Mungkin karena memang masih pengantin baru. Hari berganti hari, bulan terlewati begitu saja. Yah mereka hidup santai dan mengikuti alur.
Doa selalu orang-orang sematkan setiap bertemu Malik dan juga Dian. Semoga langgeng terus, yah begitulah kira-kira doa mereka.
Malam itu, nampak Dianra sedang mengemas baju-baju Malik didalam koper serta beberapa perlengkapan lainnya
" Berapa hari keluar kota nya mas? " Tanya Dianra mengancing koper tersebut
Malik yang tengah memainkan ponsel diatas ranjang pun menoleh melihat istrinya yang sedang mengemas barang-barang yang akan ia bawa keluar kota.
" Mungkin sekitar tiga hari dek, itu kalau pekerjaan nya lancar. Kalau tidak lancar mungkin bisa sampai dua Minggu." Ia sebenarnya tak ingin meninggalkan sang istri, namun apalah daya pekerjaan menuntutnya untuk seperti itu.
Dianra bangkit lalu berjalan mendekati sang suami. Duduk tepat dihadapannya " Jaga kesehatan yah mas. Kalau ada apa-apa langsung hubungi Dian." Untuk pertama kalinya, Malik akan pergi keluar kota meninggalkannya, tentu saja Dian khawatir
Malik tersenyum lembut, mengusap kepala sang istri lalu mencium kening Dian " Tenang saja dek. Mas udah biasa, nanti kalau kangen tinggal telpon mas ajah."
Dianra mengangguk " Iya mas."
Keesokan harinya
Sebelum pergi, Malik mencium kening Dian " Jaga diri yah dek. Kalau ada apa-apa telpon umi atau abi. Mas cinta adek."
Dengan tersenyum " Iya mas. Mas juga jaga kesehatan disana. Dian juga cinta mas."
Setelah berpamitan dengan penuh cinta, Malik pun pergi ke perusahaan terlebih dahulu barulah ia akan langsung ke Bandara setelah nya.
Dianra pun bersiap-siap untuk ke warung. Sebelum itu selalu, Dian sempatkan untuk ke rumah kecilnya yang ada di belakang warung. Rumahnya sebelum ia menikah.
Dianra membuka warung lalu menyiapkan semua barang dagangan
" Assalamualaikum Dian." Ucap Sarah
" Wa'alaikum salam." Jawab Dian " Kamu gak kuliah? " Melihat pakaian Sarah yang hanya memakai pakaian tidur dengan kerudung panjang
Sarah duduk di kursi depan " Enggak, lagi libur." Memandangi seluruh tempat " Bang Malik mana? Biasanya ada bantu-bantu." Yah setelah menikah satu Minggu, Malik sudah tidak terlalu sibuk dan mulai sedikit membantu Dian saat pagi hari sebelum berangkat ke kantor
" Lagi sibuk, mas Malik baru ajah keluar kota. Mau minum apa? "
" Teh manis." Minuman kesukaan Sarah walaupun selalu membuat nya ingin buang air kecil
" Berapa lama? "
Memasukkan gula kedalam gelas " Sekitar tiga hari atau dua Minggu Katanya."
" Lama bangat. Hati-hati loh Dian." Berbisik
Dianra menyerngitkan kening " Hati-hati kenapa? " Menaruh segelas teh didepan Sarah, lalu duduk.
" Makasih." Meminum tehnya. Melihat sekitar, memastikan tak ada orang
Kelakuan Sarah semakin membuat Dian heran " Ada apa sih? " Sungguh membuat penasaran
" Hati-hati. Biasanya suami yang keluar kota, suka jajan sembarangan." Sambil berbisik memajukan wajah
Kening Dianra semakin menyerngit, ia semakin tak tahu apa yang dikatakan Sarah " jajan sembarangan? Jajan makanan gitu? " Sungguh Anaya sangat polos.
Sarah menepuk jidat melihat kepolosan sahabat cantik bin alim " Maksudnya lubang Di, lubang."
" Lubang? " Memiringkan kepala. Semakin dibuat bingung akan perkataan Sarah yang tak mendasar.
" Astagfirullah. Ya Allah, kenapa ciptaan mu yang sangat indah ini sangat polos." Teriak Sarah " maksud aku itu lubang senggama, Dianra Akila Rahman." Menekan kata-kata nya
Sontak Dianra menutup mulut Sarah " Astagfirullah, istighfar Sarah. Ucapan mu kasar bangat."
Melepas tangan Dian dari mulut " Kamu sih, dikasi tau pake kode gak ngerti, yaudah aku terobos ajah." Dianra hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah bar-bar Sarah yang tak pernah berubah dari dulu.
" Hust.. jangan ngomong yang macam-macam tentang suamiku. Aku percaya sama mas Malik."
Sarah berdecak " Jangan mudah percaya sama laki-laki Di. Biasanya mereka manis di mulut doang. Nanti nyesal loh."
" Hahaha pengalaman pribadi yah." Dianra malah bercanda, tapi itu kenyataan sih. " Lagipula mas Malik itu suamiku. Bukan pacar lagi, tentu saja aku harus percaya sama suami ku sendiri 'kan."
Sarah membuang nafas kasar. Ia ingin membalas tapi Dianra menang telak dengan perkataannya " iya.. iya.. terserah kamu deh cantik." Dianra kembali tertawa melihat tingkah laku temannya
.
.
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Like komen dan votenya 😘 banyakin hadiah nya juga biar othor tambah semangat nulis nya ✌️
Follow ig othor🤭😅🙏 \=> HimaSun_05
...Subscribe yah manteman😖...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Evi
👍👍👍👍👍
2022-12-06
0