...~Cara terbaik untuk mengetahui seseorang mencintaimu atau tidak, cukup lakukan satu hal; jangan paksa dia untuk bertahan~...
.........
Setelah mencapai puncak kenikmatan, Ilyas ambruk di samping Dian. Keduanya sudah polos, piyama mereka terlepas oleh keliaran Ilyas yang menggempur sang istri.
Ilyas memeluk pinggang istrinya. Dian masih mengatur nafas, ia melihat jam dinding. " Ah, udah jam setengah 6 ." Hendak bangun dari tidurnya
Ilyas yang tadinya sudah memejamkan mata kembali membuka mata saat merasakan pergerakan dari makhluk yang ia peluk " Mau kemana kau? " Suara serak basah tersebut membuat Dian kembali mengingat percintaan liar mereka.
Ia mencoba menyadarkan diri " Ah! Sa.. saya ingin membersihkan badan tuan." Ucapnya tepat di depan dada Ilyas
Ilyas mencium kepala Dian " Kau Sangat nikmat." Gumam nya membuat wajah Dian memerah bak kepiting rebus.
Setelah mengatakan itu, Ilyas melepas pelukannya. Pelan-pelan Dian turun dari ranjang, walaupun bukan yang pertama kalinya namum terasa sangat sakit walaupun tidak sesakit saat keperawanan nya hilang. Mungkin ukuran belalai yang signifikan membuat sakitnya juga berbeda.
Dian memunguti piyama dan juga celana segitiga nya lalu berlari masuk kedalam kamar mandi. Ilyas mengulum senyum melihat punggung polos istrinya.
" Heh.. sekarang dia sudah jadi milikku."
.........
Terdengar guyuran air shower dari dalam kamar mandi. Ilyas hanya terdiam, pria tampan tersebut menyandarkan punggungnya di hardboard ranjang sembari memikirkan adegan yang baru saja terjadi.
" Sial! " Ia kesal karena tidak bisa menahan diri terhadap Dian. Bagaimana bisa seorang seperti Ilyas bisa dikuasai nafsu.
Tapi, apa benar yang tadi hanya nafsu belaka? Ohh seperti nya tidak, jantung Ilyas berdetak cepat seperti akan keluar saat mengingat wajah wanita yang baru saja ia gauli.
" Sial! Dia terlalu cantik untuk tidak dilirik." Tapi, sejak kapan Ilyas memandang fisik seseorang? Ahh sekarang ia benar-benar tak habis pikir akan kelakuannya.
Satu yang pasti " Sepertinya aku harus memeriksakan jantungku." Memegang dadanya yang masih terdengar detakan jantung yang cukup cepat.
Tak berbeda jauh dengan seseorang yang berada di dalam kamar mandi. Dian terduduk di lantai kamar mandi, wanita itu masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi.
" Aku gak salah 'kan? Lagipula tuan Ilyas itu suamiku. Malah salah kalo aku nolak." Berdiri
Mengepalkan tangan " Iya benar. Aku gak salah, malah yang aku lakukan sudah benar, tuan Ilyas itu suamiku." Mengangguk mantap. Memantapkan pikiran bahwa dia tak salah dan itu memang benar.
Dian bukan wanita munafik, dia juga sangat merindukan sentuhan-sentuhan seperti memabukkan lagi, untung lah dia bisa merasakannya lagi.
.........
Setelah sholat subuh, Dian Melirik kearah kamar mandi. Terdengar guyuran ari shower di dalam. Setelah melipat mukenah dan sajadah, Dian melangkah menuju walk closet untuk mengambilkan pakaian untuk suaminya.
Di ambilnya satu setel jas berwarna abu-abu serta kemeja putih tak lupa celana dan juga dasi yang senada. Ia tetap akan melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang istri.
Dianra menyusun pakaian itu di atas ranjang. Rambut nya ia biarkan tergerai karena masih sedikit basah. Ia tidak terlalu suka menggunakan hair dryer.
Ceklek...
Ilyas keluar dari dalam kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk sebatas pinggang menampilkan dada bidangnya yang kotak-kotak seperti balok.
Sontak Dian langsung menunduk. Dengan santai Ilyas memandangi Dian yang selalu menunduk jika berhadapan dengan nya. Ahh entahlah ia juga sudah lelah memperingati nya.
Senyum tipis mengembang saat melihat pakaian di atas ranjang. Rupanya enak juga punya istri, pikir pria tersebut.
Dengan santai Ilyas membuka handuk yang melilit tubuhnya lalu memakai pakaian tersebut. Dian langsung berbalik, ingin berteriak Namun di tahan. Ia takut kena marah.
'Astagfirullah ada ya orang kaya dia' sungguh ia sudah tak habis pikir.
Ilyas melihat sekilas punggung Dian, sekali lagi senyum tipis terlihat. Setelah memakai kemeja, dan celana pelan-pelan Ilyas mendekati Dian lalu memeluk nya dari belakang.
" Kyaa.. tu.. tuan..." Tubuh Dian membeku, jantungnya berdetak begitu cepat. 'apalagi ini?' Pekik nya dalam hati.
Berbeda dengan Ilyas yang malah berdecak kesal mendengar panggilan Dian yang tak berubah.
Dihirupnya aroma tubuh Dian di ceruk leher wanita cantik itu. Wangi, sangat wangi dan buat candu seperti cepmek:b
" Apa kau sering berpakaian seperti ini? " Mengusap perut rata Dian
Dian semakin di buat gugup " Ma.. maksud anda piyama seperti ini? " Kembali bertanya padahal sudah tahu yang mana.
" Ck memang nya yang mana lagi."
" Iya tuan, itu kalau di dalam rumah. Lebih nyaman memakai pakaian seperti ini saat beraktivitas."
" Berhentilah memanggil ku dengan sebutan tuan. Aku bukan majikanmu."
" Ka..__"
" Dan jangan memanggilku dengan sebutan yang pernah kau tawarkan. Semuanya jelek." Potong Ilyas
Dian terdiam. Lalu dia harus panggil dengan sebutan apa?
Ilyas mencium pipi Dian lalu melepas pelukannya. Sekali lagi, wanita itu dibuat membatu dengan sikap Ilyas kepadanya.
" Pakaian aku dasi." Titah Ilyas dari belakang.
Dian berbalik " Baik tuan."
" Ck." Tak ingin ambil pusing, Ilyas segera memberikan dasi berwarna abu-abu tersebut. Dian mengambil nya dan mulai memasangkan dasi ke leher suaminya.
Ia berjinjit dan dengan fokus mulai melaksanakan tugasnya. Susah, sungguh susah. Bagaimana tidak susah, Ilyas sama sekali tidak menunduk atau membungkukkan badan agar mempermudah Dian. 'kita lihat sampai kapan kau bungkam' senyum smirk terlihat dibalik bibir Ilyas
'ya Allah, kenapa dia gak nunduk dikit sih. Mentang-mentang aku pendek dia ingin mengerjai aku' mendengus dalam hati
" Kau bisa atau tidak? " Suara dingin keluar dari dalam mulut Ilyas. Sudah dari tadi tapi masih belum selesai.
Dian menurunkan kakinya yang berjinjit. Sungguh sangat lelah, bahkan lebih lelah dibanding saat lari. " Tuan, bisakah anda menunduk sedikit."
Akhirnya kena juga " Tuan? Berarti kau bawahanku. Semua orang tahu tidak mungkin seorang bawahan menyuruh majikan nya."
Dian terdiam. Benar juga yah, pikirnya. Ingin dilanjutkan tapi tidak akan selesai dengan tinggi badan suaminya yang terlalu tinggi untuk ia gapai.
" Cepat lakukan. Jangan membuang-buang waktu ku." Pura-pura melihat jam dinding
Dian kembali mendengus dalam hati 'kalau gitu pakai sendiri' ingin sekali ia mengatakan nya, namun masih sayang nyawa.
Tak ada pilihan lain, Dian memegang kemeja bagian dada Ilyas " Bisakah kau menunduk sedikit, hu.. hubby? " Memalingkan wajah
Kening Ilyas mengerut. Hubby? Ia tak paham arti kata itu. Tapi, bukankah panggilan nya terasa lucu? Dan sepertinya dia suka
Pria tersebut mengulas senyum tipis. Membungkukkan badan agar Dian lebih mudah memasangkan dasi " Bagus. Seperti itulah kau memanggilku mulai sekarang." Dian mengangguk lalu mulai memasangkan dasi
Ilyas memandang lekat wajah istrinya yang tepat berada di depannya. Bisa dilihat wajah cantik sang istri yang tengah fokus memasangkan dasi. Tak lama Dian juga tersenyum melihat hasil kerjanya yang berhasil.
Tangan Ilyas terangkat membelai pipi Dian membuat empunya kaget. Mata mereka beradu " Seperti inilah seterusnya. Tatap mataku, jangan menunduk." Pelan-pelan ia lumaat bibir Dian dan tentu Dian juga membalas lumataan lembut dari suaminya.
Tangan nya meremaas kemeja Ilyas. Ia menutup mata menikmati ciuman dari pria yang baru dua hari ia kenal dan baru dua hari yang lalu menikahinya. Berbeda dengan Ilyas yang malah sengaja tak menutup mata agar bisa melihat wajah istrinya yang menikmati ciuman darinya.
Mata tajam pria itu memandang lekat wajah Dian. Setelah cukup lama, Ilyas melepas ciuman mereka. Nafas Dian ngos-ngosan, di elus kembali pipinya.
" Morning kiss, lakukanlah setiap pagi." Ucapnya lalu pergi begitu saja.
Tepat di daun pintu " Cepatlah turun, buatkan aku sarapan." Dian tersadar
Blushh...
Memegang kedua pipi " A.. apa yang kau lakukan, Dianra..." Pekik nya tertahan. Wajahnya memerah bak cabai merah
Mengatur pernafasan " Tenanglah Dian, kamu tidak salah. Semuanya benar, dia adalah suamiku. Malah akan dosa jika menolak nya." Setelah meyakinkan diri, ia pun masuk kedalam walk closet.
Barang-barang nya sudah di pindahkan di walk closet sesuai perintah Ilyas. Setelah berganti pakaian dan memakai hijab, Dian pun turun dari kamar.
.
.
TBC
Follow ig othor🤭😅🙏 \=> HimaSun_05
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Like komen dan votenya 😘 banyakin hadiah nya juga biar othor tambah semangat nulis nya ✌️
...Subscribe yah manteman😖...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Fitrini Fitrini
👍👍👍
2023-03-19
0
Rice Btamban
lanjutkan
2023-01-15
0
Rita
met dpt panggilan baru ya ilyas hubby senyum2 bacay😄
2022-12-12
1