...~Cinta itu bukan tentang kesempurnaan, asal kau bahagia hingga dengan cara yang sederhana; berbagai cerita, canda dan tawa---mereka yang menggoda dengan kemewahan bukan alasan untuk menyudahi kebersamaan~...
.........
Ilyas melakukan pekerjaan di dalam mansion hingga tak ingat waktu. Saat keluar dari dalam ruang kerja rupanya sudah gelap, ia melupakan istrinya sendiri. Saat kembali ke kamar, ia mendapati istrinya yang sedang ingin keluar dari kamar.
Mereka berpapasan di depan pintu. Terlihat Dian terkejut dan langsung menunduk, Dian sedikit memundurkan tubuhnya membuat Ilyas lagi-lagi menyerngit heran.
Apa dia memang semenakutkan itu? Pikirnya. Sudahlah Ilyas memang orang yang tidak peka.
" Kau mau kemana? " Tanya pria itu
" Emm itu, tuan saya ingin sholat tapi..."
Pria tampan tersebut berdecak. Kenapa wanita ini selalu menggantung ucapannya " Katakanlah."
" Saya tidak tahu arah kiblatnya tuan."
Ilyas terdiam, jujur saja ia juga tak paham. Walaupun ia beragam Islam, namun itu semua hanya ada di KTP nya. Ia tak pernah melaksanakan sholat kecuali saat kecil dulu, saat kedua orang tuanya masih hidup.
" Tanyakan pada Mega." Serunya. Ia tidak tahu apakah Mega mengetahui arah kiblat atau tidak, dia sangat jarang menguru para pelayan.
" Ba.. baik tuan." Wanita itu pun pergi melewati tubuh Ilyas untuk menemui Mega, pelayan wanita paruh baya yang mengantar nya tadi.
Dian masuk kedalam lift, untung saja ia sudah melihat bagaimana cara kerja lift itu saat naik bersama Mega tadi. Setelah keluar dari dalam lift, Dian mulai mencari Mega.
Ia baru sadar, pelayan yang tadi siang melimpah sekarang tak terlihat satu pun. Wanita itu jadi pusing harus kemana, mansion yang terlalu besar itu membuatnya tak tahu harus kemana.
" Nyonya, kenapa anda disini? " Suara dingin dari belakang membuat Dian menoleh.
" Ah... Alhamdulillah... " Mengusap dada, ia kira dirinya akan tersesat di dalam mansion besar ini.
" Ada apa nyonya? " Melihat heran kearah wanita cantik itu. Walaupun wanita itu pilihan sang tuan, Ardo harus hati-hati, bisa saja wanita itu kiriman dari musuh tuannya.
" Emm apa kamu tau arah kiblat di kamar tuan Ilyas? Aku ingin sholat tapi tidak tau arah kiblat." Ia seperti bisa berbicara santai dengan pria di depannya karena aura yang dikeluarkan tidak semenakutkan Ilyas.
Ardo terdiam " apa anda berencana sholat di kamar tuan Ilyas? "
Dengan polosnya Dian mengangguk " Memang nya dilarang yah? " Mata besarnya berkedip-kedip melihat Ardo
Tapi percayalah, Ardo bukan orang yang mudah tergoda apalagi wanita di depannya adalah istri tuannya " Jika tuan Ilyas tidak melarang anda bisa melakukan apapun. Untuk arah kiblatnya, anda bisa menghadap tepat di depan tembok dan memunggungi kamar mandi, dan serongkan sedikit kearah kanan." Ucap Ardo.
Ardo dan Mike sama-sama muslim, tentu saja tau arah kiblat berada dimana.
Dian tersenyum senang " Terima kasih. Kalau begitu aku kembali dulu ingin sholat." Ardo hanya mengangguk
" Assalamu'alaikum."
Ardo kembali mengangguk " Wa'alaikum salam." Jawabnya yang mana semakin membuat Dian tersenyum senang.
Dian masuk kedalam kamar sesudah mengetuk pintu, ia tidak mendapati suaminya didalam. Celingak-celinguk, akhirnya terdengar suara guyuran air dari dalam kamar mandi. Dian hanya manggut-manggut lalu segera sholat.
Selesai sholat, Dian melihat Ilyas yang berada di sofa sembari memainkan ponsel. Pria itu masih menggunakan jubah mandi dan terlihat tetesan air jatuh dari rambutnya membuat pria itu semakin seksi.
'Astagfirullah sebenarnya jantungku ini kenapa' hanya melihat pemandangan seksi itu, Dian sudah goyah.
Apakah imannya yang memang tipis? atau pemandangan roti sobek yang terlalu menggoda?
Masih dengan menggunakan mukenah, wanita itu masuk kedalam walk closet lalu tak lama keluar lagi dengan mukenah yang sudah terlepas dan hanya menggunakan hijab panjang serta sebuah pakaian pria di tangannya.
Dengan hati-hati, wanita itu berdiri di depan Ilyas membuat fokus Ilyas terpecah dan mendongak " Ada apa? " Tanyanya. Hanya Dian yang bisa membuat Ilyas bertanya lebih dulu walaupun tak tahu wanita itu ingin mengatakan apa.
" Emm ini tuan baju untuk anda. Pasti dingin jika memakai jubah mandi saja. Saya juga akan mengeringkan rambut anda." Serunya memperlihatkan Kemeja dan celana serta handuk kecil.
Menaruh ponselnya " Taruh di sini." Menepuk sebelahnya. Dian menurut lalu menaruh Pakaian itu di sebelah Ilyas.
Setelahnya wanita cantik tersebut pergi ke belakang sofa " Permisi.." ujarnya lalu dengan sangat perlahan mulai mengusap-usap rambut pria itu.
Ilyas hanya diam dan menikmati sentuhan yang dilakukan Dian di rambutnya. Ia menikmati kelembutan wanita itu. Walaupun dalam hati ia selalu bertanya-tanya, kenapa sebenarnya ia sangat nyaman dengan Dian?
Lain halnya dengan Dian yang ingin melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Ia sadar kalau sudah bersuami sekarang, walaupun masih syok dengan pernikahan tiba-tiba nya namun ia tetap harus menjalankan tugas sebagai seorang istri.
" Emm tuan.." ada hal yang sangat ingin wanita cantik itu ketahui
" Hmm? " Memejamkan mata menikmati usapan-usapan lembut dari Dianra.
" Emm kenapa anda ingin menikahi saya waktu itu? Padahal 'kan anda bisa menjelaskan yang sebenarnya. Karena kita tidak melakukan apapun."
Ilyas berdecak dalam hati. Pertanyaan ini lagi. Padahal Ilyas selalu sengaja menghindar dari pertanyaan itu, tapi sepertinya Dian juga tak ingin kalah Begitu saja.
Sebenarnya bukan nya Ilyas selalu ingin menghindar. Hanya saja ia juga bingung akan dirinya yang menyetujui menikahi Dian. Perkataannya waktu itu keluar dengan spontan tanpa bisa di halang. Namun, tidak mungkin Ilyas mengatakan yang sebenarnya 'kan.
" Memangnya kau tidak ingin menikah dengan ku? " Tidak menjawab, malah sengaja memberikan pertanyaan.
" Eh? Itu... Bukan seperti itu, hanya saja kita sama sekali tidak saling kenal. Kita juga tidak saling mencintai." Masih mengusap rambut Ilyas
Pria tampan tersebut Terkekeh dan seperti menghina " Memang nya menikah dengan landasan cinta, bisa menjamin pernikahan itu tahan lama? Kalau tahan lama tidak mungkin kau jadi janda." Sarkas pria tersebut.
Tangan Dian berhenti. Benar juga yah, ia membenarkan dalam hati walau perkataan suaminya sangat menusuk.
Kembali menggerakkan tangan " Tapi tetap saja, bisa jadi anda sudah mempunyai kekasih. Saya..__"
" Ck." Terdengar decakan dari Ilyas memotong perkataan Dian membuat wanita itu diam seribu bahasa dan tak berani angkat bicara lagi.
Pria itu kemudian bangkit sambil mengambil pakaian yang sudah di siapkan Dian tadi " Jangan memikirkan hal aneh." Serunya lalu masuk kedalam walk closet untuk memakai pakaian.
Dian meremaas handuk yang di pegang nya. Dia hanya tidak ingin dibuat kecewa lagi. Pernikahan nya yang pernah hancur meninggalkan trauma mendalam bagi wanita cantik tersebut.
" Apa aku salah menanyakan tujuannya menikahi ku? Dengan Begitu aku akan belajar bagaimana cara menghadapi nya."
Dian takut saat ia sudah memberikan hati kepada suami barunya, tapi malah di khianati seperti yang pertama.
Dian bukanlah wanita yang gampang memberikan hati nya Begitu saja kepada pria. Wanita cantik itu akan memberikan hatinya kepada orang yang benar-benar akan menjadi suaminya atau suaminya.
Karena itulah yang ia pernah lakukan dengan mantan suaminya. Ia tak pernah mencintai Malik sebelum menikah, tapi setelah menikah wanita itu mencoba belajar mencintai sang suami walaupun ujung-ujungnya ia di khianati.
Karena itu Dian tidak ingin mengalami hal yang sama, ia tak ingin jatuh ke lubang yang sama.
Tak lama Ilyas keluar dari dalam walk closet. Pria itu melihat kearah wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya, wanita itu hanya diam di tempat berdirinya tadi dan menunduk sembari memegang handuk.
Haaaahhhhh
" Apa yang kau lakukan disitu? Kau ingin menjadi patung dan menghiasi kamar ini." Lagi-lagi kata-kata sarkas keluar dari bibir seksi pria tampan tersebut
Sontak Dian mendongak " Eh? Patung? Siapa tuan? Saya? " Menunjuk diri sendiri " Tidak.. tidak.. saya hanya.."
Ilyas melihat datar tingkah Dian walaupun sebenarnya ia sangat gemas melihat wajah yang kemerah-merahan itu gugup. " Sudahlah." Ketus nya lalu berjalan keluar kamar.
" Wanita memang merepotkan." Gerutu pria tersebut. Ia ingin kembali mengerjakan pekerjaannya yang tertunda di ruang kerja dan sepertinya disana Ardo dan Mike sudah menunggu.
Sedangkan Dian hanya diam sembari melihat kepergian suami tampan nya dengan mulut yang menggerutu.
" Hahhh lagi-lagi aku membuatnya kesal." Menepuk kedua pipi
" Sadarlah Dian. Kamu jangan jadi merepotkan, mungkin karena itu mas Malik menduakan mu." Berjalan lesuh ke arah kamar mandi untuk menggantung handuk tersebut.
Ia kembali dari kamar mandi dan duduk di sofa. Hanya duduk dan tak tau harus apa. Mungkin ia memang berbakat menjadi patung, pikir wanita itu sampai..
Kruyuk..
Kruyuk...
Bunyi suara perutnya menggema di kamar yang sepi. Memegang perut " kayanya aku gak punya bakat menjadi patung, lihat saja aku masih bisa kelaparan."
Celingak-celinguk, namun tak tahu harus apa. Apakah ia harus keluar untuk cari makan? Tapi ia tidak enak ingin keluar dari kamar. " Tapi bukannya kata tuan Ilyas aku nyonya rumah disini? " Menggeleng cepat
" Apa-apaan, pikiran dari mana lagi itu. Haisss gak usah banyak halu deh Dian. Hahh seharunya tadi aku sisain nasi kuning buat aku makan." Walaupun ia tak tahu apakah nasi kuning dapat bertahan hingga malam hari.
.
.
TBC
Follow ig othor🤭😅🙏 \=> HimaSun_05
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Like komen dan votenya 😘 banyakin hadiah nya juga biar othor tambah semangat nulis nya ✌️
...Subscribe yah manteman😖...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Ari_nurin
kok tokoh ceweknya begok gini ya .. 🤨🤔
2023-03-02
1
Nami
masak sama suaminya aja nunduk tapi sama yg bukan muhrimnya liat sampai kedip2 gitu 🙅 kalau mau bikin figurnya Sholehah sekalian donk thor 🤭
2023-03-01
0
Khendiz
keren thor
2023-02-24
1