...~Mengapa harus menunggu pelangi menghiasi bibir langitmu?...
...Sesekali jadilah pelangi yang menghiasi langit seseorang yang meniadakan badainya ketika kamu datang ke hidupnya~...
.........
Sudah tiga bulan Dian hidup sendiri lagi. Kegiatan nya yang dulu sering ia lakukan membantu umi Halimah mengajar mengaji sudah tidak ia lakukan.
Jujur saja, Dian masih kecewa akan keluarga mantan suaminya yang sudah mengkhianati nya.
Menyembunyikan pernikahan siri sang suami benar-benar membuat Dian kecewa dan tak bisa mempercayai mereka.
Sore itu, setelah menutup warung Dian bergegas pulang ke rumahnya tepat di belakang warung. Saat akan keluar dari warung, tiba-tiba angin kencang berhembus dan tak lama turun hujan deras membasahi tanah bumi yang panas.
Dian segera berlari keluar warung untuk ke rumahnya yang hanya ada di belakang warung walaupun ia harus sedikit memutar.
Suara air yang jatuh menghantam tanah menandakan betapa derasnya hujan turun. Langit yang biasanya menampilkan senja berubah gelap dan sesekali terlihat cahaya putih yang menakutkan, suara guntur tak lepas dari derasnya hujan kali ini.
Dian berlari sekencang-kencangnya " Hahhh tetap ajah basah." Padahal tak sampai lima menit ia sampai di teras rumah, tapi bajunya tetap basah.
Saat akan masuk kedalam rumah, samar-samar Dian melihat seseorang di sudut jalan. Terlihat terkapar mengenaskan. Tanpa pikir panjang wanita yang tadi menggerutu karena pakaian nya basah kini berlari membelah hujan menghampiri orang yang terlihat terkapar di ujung jalan membuat pakaian nya semakin basah
" Astagfirullah..." Benar saja seorang pria terkapar di tanah dengan darah di bagian perut dan sudah mengenai jas dan kemeja putih pria tersebut.
Bahkan air disekitar ikut terkena imbas dari darah pria itu.
Dian menoleh kesana kesini mencari bantuan namum karena hujan yang sangat deras membuat orang-orang malas keluar rumah alhasil sore itu sangat sepi tak seperti biasanya.
Dian di landa kebingungan, air hujan semakin deras menerpa wajah membuat penglihatan Dian kabur. Tak ingin berlama-lama, Dian segera memapah pria besar itu
" Ya Allah, beratnya.." tak berhasil, Dian malah terjatuh
" Bagaimana ini, dia sangat berat." Mencoba sekali lagi namun tetap saja terjatuh lagi
" Uhh siapa kau.." pria tersebut masih hidup rupanya. Akibat dua kali jatuh ia menjadi sadar akan pingsannya.
" Alhamdulillah tuan masih hidup. Apa anda bisa berjalan? Biar saya bantu, kita kerumah saya terlebih dahulu." Melihat pakaian formal yang di pakai pria itu refleks Dian memanggil dengan sebutan tuan.
Pria berwajah pucat itu menepis tangan Dian dan mencoba untuk berjalan sendiri, namun ia sempoyongan dan hampir jatuh. Untung saja Dian langsung menahan
'Astagfirullah, pundak ku bisa encok'
" Tuan biar saya bantu, anda terluka dan hujan juga semakin deras." Tanpa berkata lagi Dian segera memapah pria tersebut dengan dibantu oleh pria itu sendiri.
Rumah yang tadi memang sudah terbuka membuat Dian lebih mudah untuk masuk membawa pria asing itu.
Tak ada sofa didalam, alhasil wanita cantik itu mendudukkan tubuh besar pria tersebut di lantai beralaskan tikar " Maaf tuan, tidak ada sofa."
Pria itu hanya diam menatap datar wanita cantik di depannya. Sudah dari tadi wajah teduh itu menarik perhatian pria tersebut. Sedangkan Dian memang tak berani memandang pria asing itu. Entahlah auranya sungguh berbeda.
Dian melihat darah yang masih terus keluar dari balik kemeja pria itu " Astagfirullah tuan, anda terluka. Tunggu disini saya akan ambilkan perban." Segera berdiri dan berlari ke kamar mengambil kotak p3k
Pria itu hanya memandang datar. Lalu membuka jas dan juga kancing kemeja, terlihat bekas sayatan yang tak terlalu dalam namun darah yang keluar sungguh banyak.
Tak lama Dian kembali dengan wajah panik dengan sebuah kotak p3k. Hampir saja wanita itu berteriak melihat pria tersebut sudah bertelanjang dada, walaupun belum melihat wajah pria itu Diana sudah bisa menyimpulkan bahwa pria itu pasti tampan.
Namun ia kembali melihat luka sayatan di samping perur kotak-kotak tersebut yang mana semakin membuat Dianra panik. Meletakkan kotak p3k tersebut di atas lantai " Silahkan tuan." Ujarnya
Pria itu hanya terdiam. Ia memandang wajah cantik yang selalu menunduk. Wajah putih yang kemerah-merahan walaupun sedikit pucat. Tanpa sadar, tangan pria tersebut terulur menyentuh pipi Dian yang dingin.
Sontak Dian memundurkan kepalanya dan akhirnya mendongak melihat pria tersebut dengan tatapan terkejut. Dian melihat tangan pria itu yang tergantung di udara.
Tatapan mereka terkunci 'tampan/cantik' batin mereka bersama-sama.
Menunduk dengan cepat " Maaf tuan, kita bukan muhrim." Lirihnya. Tiba-tiba jantung Dian berdetak cepat, entah mengapa ada perasaan menyesal membawa pria tersebut masuk kedalam rumah.
Bagaimana jika pria itu adalah orang jahat? Tubuh Dian bergetar hanya dengan membayangkan nya.
" Kau basah kuyup. Gantilah pakaian mu." Suara serak basah tersebut terdengar memecah keheningan.
Sembari mengambil kotak p3k tersebut kembali melihat wanita berjilbab itu dengan tatapan heran " Apa kau tidak kedinginan? Pakaian mu basah." Dan entah mengapa pria itu tiba-tiba khawatir dengan wanita yang baru saja menyelamatkan nya.
Dian tersadar. Ia juga melihat pakaian pria itu yang basah kuyup. Lalu tatapannya beralih Melihat pinggang yang sedang terluka tersebut " Saya akan mengambilkan air hangat." Bergegas berdiri
Pria itu hanya menatap datar. Tak lama Dian kembali membawa air hangat dengan handuk kecil untuk di gunakan membersihkan luka sayatan tersebut.
Setelah itu tanpa kata, Dian kembali pergi dari sana. Pria rupawan itu hanya diam dan mengambil air tersebut lalu mulai membersihkan luka dan juga mengobatinya.
Ceklek..
Pintu kamar kembali terbuka, Dian keluar dengan pakaian yang sudah diganti, wanita itu juga terlihat membawa sebuah kemeja hitam di tangannya. Saat keluar, Dian yang selalu menunduk bisa tepat melihat pinggang pria itu yang sudah di perban dengan rapi.
Duduk di hadapan pria itu dengan sedikit jauh. Menaruh kemeja hitam di lantai " Ini tuan kemeja pria. Hanya ada itu di rumah saya, itu juga punya mantan suami saya. Entah cocok atau tidak." Melihat tubuh besar dan berotot tersebut yang sangat berbeda dengan Malik membuat Dian tidak yakin akan kemuatan kemeja tersebut.
Tanpa banyak bertanya, Pria tersebut mengambil kemeja itu. Sebelum memakai kemeja yang entah muat atau tidak di badan sixpack nya, Pria itu terlebih dahulu menyambar gelas air minum yang sempat di bawakan Dian tadi lalu meminumnya hingga tandas.
Setelah itu ia pun mulai memakai kemeja itu di badannya. Hujan di luar sudah reda. Sakit yang di rasakan pria itu juga tak terlalu sakit. Ia sudah biasa dengan luka seperti itu.
" Apa anda punya ponsel tuan? Ah.. maksud saya, saya ingin menghubungi dokter atau ambulance, tapi saya lupa dimana menaruh ponsel saya." Merutuki kebodohan nya yang selalu lupa menyimpan ponsel dimana.
" Menurut mu ponsel ku akan selamat di tengah hujan." Sarkas pria itu. Dian membenarkan dalam hati.
Saat keheningan di malam itu, tiba-tiba terdengar suara ramai-ramai orang diluar. Tentu, Dian dan pria itu bertanya-tanya. Ada apa ini?
Bug..
Bug..
" Dian keluar kamu..!!! " Suara ramai terdengar di luar rumah, sontak Dian langsung berdiri dan membuka pintu.
Terlihat pak rt dan beberapa warga di depan pintu dengan wajah marah " Ada apa pak, buk? " Tanyanya dengan wajah heran
Tak menjawab keheranan Dian, para warga malah langsung menerobos kedalam rumah " Eh! Astagfirullah, ada apa ini pak, buk? " Merasa kesal akan ketidak sopanan mereka.
" Astagfirullah... Dian, kamu kumpul kebo ya! " Pekik beberapa warga. Pak Rt memejamkan mata, yang benar saja. Dianra yang dikenalnya Sholeha melakukan hal yang menetang agama?!
Pria tampan tersebut dengan santai mengancingkan kemeja bagian atas yang belum sepenuhnya terkancing lalu berdiri dengan tegap melihat beberapa warga disana. Para ibu-ibu sempat terpeson namun mereka langsung sadar saat Dian membantah
" Apa maksudnya ibu-ibu, bapak-bapak? Kumpul kebo? Saya tidak melakukannya." Membantah. " Saya hanya menolong tuan ini yang pingsan di ujung jalan." Berdiri di samping pria asing tersebut
" Jangan banyak alasan kamu, Dian! Kalau hanya menolong, tidak mungkin sampai harus membawanya masuk kedalam rumah dan membuka baju." Pekik ibu-ibu disana.
" Tunggu dulu, tuan ini membuka bajunya karena dia sedang terluka. Pak, buk."
" Kalau terluka kenapa tidak dibawa ke rumah sakit? " Tetap saja mereka masih menyudutkan Dian
" Dian, apa benar kamu kumpul kebo? " Pak Rt yang sedari tadi hanya diam akhirnya angkat bicara. Pak Rt sangat mempercayai dan mengenal Dian, tak mungkin Dian melakukan hal tak senonoh
" Pak Rt, percaya sama Dian pak. Dian gak mungkin melakukan zina yang di tentang agama." Memberikan wajah memelasnya.
" Jangan bohong kamu, Dian! Baju mu kering dan tidak basah. Sedangkan celana laki-laki itu basah. Pasti laki-laki itu yang datang kerumah mu 'kan. Ngaku ajah." Ibu-ibu tersebut kembali menuduh
" Astagfirullah haladzim.. bukan seperti itu bu." Dian ingin mengatakan kalau dia sudah mengganti pakaian basahnya, tapi pasti dia akan semakin di sudutkan
" Tuan.. tolong beri mereka penjelasan yang benar." Tanpa sadar ia memegang lengan baju pria tersebut dan menatap nya dengan wajah yang memelas
Baru pria itu ingin angkat bicara, lagi-lagi para warga kembali menyimpulkan sendiri " Nah coba lihat. Dian sudah berani memegang baju laki-laki itu. Sudah pak Rt nikahkan saja mereka! Bisa-bisa kompleks kita terkena sial lagi! "
Deg...
" A.. apa? Tidak bisa begitu dong buk! Kami tidak melakukan apapun! Kenapa kami harus menikah! " Bantah Dian tegas
" Dian, bukti mengarahkan bahwa kamu yang salah. Dengan penuh pertimbangan kamu harus menikah dengan laki-laki itu malam ini." Ucap pak Rt
Tanpa sadar air mata Dian jatuh " Apa? Tidak... Saya tidak mau.. " dengan suara yang bergetar
" Bagaimana tuan? Anda bisa mempertanggungjawabkan perbuatan anda 'kan." Pak Rt bertanya dengan Sungkan kepada pria tampan yang mempunyai aura yang sangat berbeda
Semua orang menatap pria tampan itu dengan tatapan yang meminta jawaban. Pria yang sangat-sangat santai di saat-saat tegang ini melihat sekilas wanita cantik yang sudah menangis dan terlihat menggeleng keras
" Tuan, anda bisa jelaskan yang sebenarnya. Kita tidak melakukan apa-apa."
Hanya sekilas melihat dan kemudian menatap orang-orang disana " Saya akan menikahinya." Jawabnya tegas
Duarrr....
Tiba-tiba kepala Dian sakit mendengar penuturan pria tersebut. Apalagi ini? Cobaan apalagi ini?
Bisakah ia beristirahat sejenak saja?
.
.
TBC
Follow ig othor🤭😅🙏 \=> HimaSun_05
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Like komen dan votenya 😘 banyakin hadiah nya juga biar othor tambah semangat nulis nya ✌️
...Subscribe yah manteman😖...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
OMG kalo soal grebek nomor one nih orang2..😌😌🤔🤔🤦
2024-01-05
0
Mujiningsih
katanya g mau nikah...
begitu lihat janda yg menggoda Langsung minta nikah😄
2023-02-12
4
Rita
babak baru hidup dianra br dimulai fighting
2022-12-08
2