Pesona Duren, Ayah Temanku
Di hari Senin yang cerah ini, di kelas IPA sebuah SMA di kota Jakarta.
Seperti biasa, hari Senin adalah hari yang selalu membuat orang tidak bersemangat karena setelah weekend biasanya semua orang termasuk aku justru tampak kelelahan.
Aku Fanya, seorang siswa kelas sebelas di SMA harapan bangsa. Setiap hari Senin, aku pasti akan sangat mengantuk bahkan kadang tertidur di kelas. Seperti saat ini, saat sedang jam pelajaran. Sialnya, aku tertidur saat guru yang mengajar merupakan guru yang paling galak di sekolah ini.
"Fanya!! Sudah berapa kali Ibu bilang, kau tidak boleh tidur di kelas! Libur dua hari apa tidak cukup untukmu!" marah Bu Dina padaku yang ketahuan tidur di kelas. Ini bukan yang pertama, aku sudah sering mendapat teguran seperti ini. Aku sudah biasa diteriaki dan ditertawakan oleh teman-teman sekelasku.
"Dia kan sibuk lembur, Bu. Hahaha ...." Ejekan itu juga sudah biasa aku dengar.
"Diam!! Ibu tidak meminta kalian berbicara." Bu Dina memarahi mereka yang menertawakan ku.
"Fanya! Nanti pulang sekolah kau bersihkan toilet sebelum pulang. Kau mengerti!" perintah Bu Dina sambil membenarkan kacamatanya.
"Mengerti Bu." Hukuman juga sudah biasa aku terima, membersihkan toilet,, menyapu lapangan, membereskan buku-buku di perpustakaan, membersihkan gudang. Itu adalah hukuman yang biasa aku terima saat aku ketahuan tertidur di kelas.
"Fanya, kau kenapa tertidur lagi. Padahal tadi aku sudah membangunkanmu. Tidak apa-apa, kau jangan sedih. Nanti aku akan membantumu membersihkan toilet," ucap teman yang duduk di sebelahku. Dia adalah Lila, gadis baik, cantik dan selalu membantuku saat aku terkena masalah. Dia sering disebut sebagai bunganya sekolah ini, dia kaya dan populer tentu saja sangat pantas menyandang gelar itu.
Lila dan aku bagai langit dan bumi tapi kami berteman cukup baik. Aku nyaman berteman dengannya walaupun pada awalnya aku cukup penyendiri di sekolah. Tapi Lila, bisa membuatku nyaman dengan kepolosannya.
Waktu pulang sekolah pun tiba. Saat teman-teman yang lain sudah berkemas dan meninggalkan sekolah, aku malah berada di sini. Di toilet sekolah yang baunya cukup menyengat indra penciumanku. Tapi aku tidak terganggu karena sudah biasa. Aku mulai membersihkan lantai toilet satu persatu. Menggosoknya dengan cukup keras.
"Fanya! Buka pintunya! Ini aku."
Suara seseorang yang aku kenal menggedor pintu toilet dengan cukup keras. Itu pasti Lila. Tadi aku sengaja pergi lebih dulu agar dia tidak perlu membantuku. Pekerjaan seperti ini sama sekali tidak pantas untuk dia yang lahir dengan sendok emas. Padahal aku sudah sering memintanya untuk berteman saja dengan yang lain tapi Lila tetap mau berteman denganku.
Aku membuka pintu, dan benar adanya. Lila sudah berdiri di depan pintu depan berkacak pinggang. Aku tau dia pasti mau mengomel.
"Fanya, kenapa kau meninggalkanku! Minggir, aku sudah bersiap mau membantu." Dia menunjukkan tangannya yang sudah menggunakan sarung tangan dan kakinya juga sudah menggunakan sepatu boots. Aku tidak tau dia mendapatkan itu semua dari mana. Aku tertawa kecil melihat dia.
"Kenapa kau tertawa! Aku sedang kesal tau!"
"Hehehe maaf, sebaiknya kamu tunggu saja di luar. Aku sebentar lagi selesai," kataku.
"Hah, cepat sekali. Aku bahkan belum membantu."
"Sudah aku bilang, nona muda seperti kamu itu nggak pantas melakukan pekerjaan seperti ini. Sudah-sudah, kamu tunggu saja di luar ok."
"Ehh tunggu! Fanya ... aku juga mau bantu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
aku coba mampir thor, semoga bagus dan bacanya sampai selesai
2023-04-29
0
Bayu Chandri
nyimak kak
2023-04-25
0