Bab.14 Perlakuan yang masih sama

Anjas menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, sungguh dirinya sangat lelah setelah dua minggu ini terus berjalan ke sana ke mari untuk menuruti kemauan Tari.

Walau sebenarnya dia juga merasa senang dengan kegiatan bukan madu kali ini. Akan tetapi, setelahnya rasa lelah pun baru terasa saat dirinya sampai di rumah, hingga tanpa sengaja mencari kesalahan Rina dan menjadikan Rina sebagai pelampiasan.

"Apa aku terlalu kasar padanya?" gumam Anjas sambil menerawang perlakuannya pada Rina beberapa saat yang lalu.

"Tersrahlah! Sekarang lebih baik aku istirahat dulu." Anjas menjawab pertanyaannya sendiri, kemudian meletakkan satu tangannya di atas kening sambil mulai menutup matanya.

Tidak membutuhkan waktu lama, Anjas sudah terlelap mengarungi alam mimpinya.

Sementara itu, setelah Rina merasa dirinya lebih tenang, dia langsung mencoba masuk ke kamar tempat suaminya tidur. Dia bisa melihat suaminya tergeletak di atas tempat tidur dengan sangat sembarangan.

"Benarkan, Mas Anjas pasti begitu karena terlalu lelah," ujar Rina sambil masuk ke kamar.

Mungkin itu hanya sebuah kata untuk menghibur hatinya sendiri. Tetapi, setidaknya dengan begitu dirinya bisa mengatur rasa kecewa karena sikap Anjas padanya.

Rina berjalan menghampiri Anjas, kemudian duduk di sisi ranjang. Dia tatap wajah lelap sang suami yang menikahinya lebih dari enam bulan yang lalu.

Perlahan tangannya menyisir rambut Anjas yang tampak berantakan, kemudian turun membeli wajah yang selalu dia bayangkan sejak ijab kobul dilangsungkan.

Rasanya begitu nyaman dan senang saat melihat suaminya tertidur di rumahnya, walau mungkin itu tidak akan berlangsung lama.

Perhatian Rina kini beralih pada kaki Anjas yang masih memakai sepatu. Dia kemudian beranjak lalu melepaskan sepatu dari kaki suaminya dengan sangat hati-hati, takut mengganggu tidur Anjas.

Rina pun menyelimuti Anjas sebelum akhirnya beranjak dari sana. Dia kembali ke sisi suaminya, kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya, hingga mulutnya berada di depan telinga Anjas.

"Maaf ya, Mas. Aku membuat kamu kesal tadi. Aku tau kamu melakukan itu tidak sengaja karena lelah."

Rina mengusap pelan wajah Anjas kemudian mengecupnya di kening sebelum akhirnya beranjak dan pergi dari kamar itu.

Sore pun datang, Rina kini asik berkutat di dapur dengan berbagai bahan masakan yang tersedia di depannya. Peluh pun tampak terlihat membentuk bulir di keningnya, menandakan dia sudah cukup lama berada di sana.

Hingga tidak lama kemudian semua hidangan sudah tersaji dengan cantik di meja makan. Tatapan puas dan senyum lebarnya terus terukir di wajah polosnya.

"Semuanya sudah sempurna, kini giliran aku yang bersiap," ujar Rina sambil mencium tubuhnya sendiri.

"Uh!" Rina mengibaskan tangannya di depan wajah sambil mengerutkan hidungnya, kemudian berjalan menuju kamar untuk membersihkan diri sekaligus membangunkan Anjas.

Sementara itu, beberapa waktu lalu di kamar, Anjas terbangun saat aroma harum masakan mengusik indra penciumannya, dia tentu tahu benar itu wangi masakan siapa.

"Apa ini sudah malam? Kenapa Rina tidak membangunkan aku?" tanya Anjas sambil melihat ke arah jendela yang sudah terlihat gelap.

Anjas cepat bangun dan duduk di ranjang, dia baru sadar kalau tubuhnya sudah terbalut oleh selimut. Padahal dia ingat waktu tidur dirinya tidak memakai selimut sama sekali, bahkan dia juga tidak sempat untuk membuka sepatunya.

"Ini pasti, Rina," tebak Anjas.

Padahal memang mau siapa lagi yang memperhatikannya di rumah ini, selain Rina? Anjas bahkan tidak memberikan pembantu untuk membersihkan rumah, di sana Rina mengurus semua keperluan rumah sendiri.

Perlahan Anjas menurunkan kakinya yang sudah berbalut kaus kaki yang berbeda.

Ya, Anjas terbiasa tidur dengan menggunakan kaus kaki, Rina sudah mengetahui itu, karena setiap kali Anjas pulang ke kampung, semua keperluannya selalu disiapkan oleh istrinya.

"Dia masih melakukannya?" Anjas tersenyum melihat tidak ada perlakuan yang berbeda dari Rina, dia bahkan bisa melihat sudah ada sandal rumah yang siap untuk dirinya pakai di samping ranjang.

"Sepertinya aku memang harus minta maaf padanya," gimam Anjas sebelum kemudian beranjak dan pergi ke kamar mandi.

.

Rina hendak membuka pintu saat tiba-tiba pintu ditarik dari arah dalam, hingga membuat Rina terbawa dan hampir saja jatuh terjerembab ke depan.

"Astagfirullah!" Rina memekik, terkejut dengan apa yang hampir terjadi padanya.

"Rina!" Anjas yang membuka pintu dan tidak sadar akan keberadaan Rina, langsung sigap untuk menahan tubuh istrinya hingga Rina terselamatkan dari kecelakaan dadakan itu.

Kini posisi keduanya seperti orang yang sedang berpelukan dengan tangan Rina yang bertumpu di dada Anjas, sedang kedua tangan Anjas melingkar di pinggang Rina.

"Maaf, Mas. Aku gak tau kalau, Mas, juga mau membuka pintu," ujar Rina sambil berusaha menegakkan lagi tubuhnya.

"Kamu gak apa-apa, Rin?" tanya Anjas, sambil membantu istrinya yang tampak sangat terkejut.

Rina menggeleng, untuk sesaat mata keduanya sempat bertaut seolah saling mengungkapkan apa yang ada di dalam hati yang terdalam masing-masing.

Rina bisa melihat ada kekhawatiran di mata Anjas, dia cukup senang mengingat semua itu menandakan kalau Anjas masih memedulikannya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Anjas, setelah dia memutuskan tautan mata keduanya.

"A–aku mau bersih-bersih, Mas," jawab Rina dengan mata yang tidak pernah lepas dari wajah suaminya.

"Oh iya, aku juga sudah menyiapkan makan malam. Kita makan malam bareng ya ... tapi, aku mandi dulu sebentar. Mas, mau kan nunggu aku?" Rina memberi informasi tentang rencananya, sebelum Anjas berkata apa pun.

Tidak menyangkal jika rasa khawatir jika Anjas akan segera berpamitan untuk kembali pada Tari kini menjadi sesuatu yang menakutkan bagi dirinya.

Anjas bisa melihat sorot penuh harap di mata Rina. Sebenarnya ada rasa iba dan bersalah di dalam hatinya, atas semua yang terjadi pada Rina beberapa bulan terakhir in, walau Anjas selalu menepisnya dan menganggap itu tidak penting.

Akhirnya Anjas pun mengangguk, membuat senyum Rina terbit semakin lebar, dengan mata yang penuh dengan binar bahagia.

"Terima kasih, Mas. Aku janji gak akan lama," ujar Rina penuh semangat, kemudian segera masuk ke kamar, meninggalkan Anjas yang menatap wanita itu dengan tatapan yang rumit.

Anjas memilih menunggu di ruang tengah, sambil memainkan ponsel pintarnya. Hingga tiba-tiba sebuah telepon dari Tari mengejutkannya.

"Astaga, bagaimana ini? Apa aku harus menjawabnya?" Anjas tampak bingung sendiri saat panggilan dari istrinya itu terus berulang.

"Tapi, kalau aku jawab, aku harus bilang apa?" sambung Anjas lagi, semakin dibuat prustrasi.

"Baiklah, aku jawab saja, semoga saja dia bisa percaya dengan alasan yang aku bilang." Anjas melihat ke arah pintu kamar, memastikan kalau Rina belum ke luar.

"Halo, sayang," sapa Anjas sambil beranjak menuju ke ruang depan untuk menghindari Rina.

"Kamu ke mana saja sih, sayang, kenapa belum pulang juga?" tanya Tari dengan nada kesal dan manja.

"Aku masih ada kerjaan yang harus dikerjain sama Hilman, sayang. Kamu sudah makan, hem?" tanya Anjas lembut.

Telepon pun berlanjut cukup lama, Anjas tampak membujuk Tari untuk tidak menunggunya karena malam ini dirinya pulang terlambat. Namun, sepertinya percakapan itu tidak menemukan titik temu hingga akhir.

Tanpa Anjas tahu sejak tadi Rina mendengar semua percakapannya dan Tari dari balik tembok dengan air mata yang hampir tumpah.

...****************...

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

rina yg bodoh. terlalu lemah. sesukanya anjas memperlakykanta kalau begitu sifat si rina

2023-05-05

0

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

jahat emen ya ini laki..
klu aku jdi s Rina..langsung ngomel ngomel sm s Anjas

2023-01-01

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

lanjut

2022-12-14

2

lihat semua
Episodes
1 Bab1. Kabar mengejutkan
2 Bab 2. Mata melihat, hati terluka
3 Bab 3. Bertemu
4 Bab 4. Tidak sadarkan diri
5 Bab 5. Bulan madu
6 Bab.6 Datang
7 Bab 7. Pindah
8 Bab.8 Tidak ada kabar
9 Bab.9 Belanja
10 Bab 10. Makan malam
11 Bab 11. Bulan madu
12 Bab 12. Rasa bersalah Hilman
13 Bab 13. Kedatangan Anjas
14 Bab.14 Perlakuan yang masih sama
15 Bab.15 Memilih Bersabar
16 Bab.16 Bersabar tidak harus menderita
17 Bab.17 Pagi penuh cinta.
18 Bab.18 Acara empat bulanan
19 Bab.19 Kecelakaan
20 Bab.20 Bubur ayam
21 Bab.21 Detak jantung
22 Bab.22 Tempat singgah
23 Bab.23 Dokter Arya
24 Bab.24 Lelah
25 Bab.25 Menikmati senja
26 Bab.26 Kabar buruk
27 Bab.27 Duka yang tidak disangka
28 Bab.28 Kepergian orangtua
29 Bab.29 Ingin lepas
30 Bab.30 Yang terakhir?
31 Bab.31 Keputusan
32 Bab.32 Wanita di balik pintu
33 Bab.33 Kritis
34 Bab.34 Berbanding terbalik
35 Bab.35 Pertemuan kembali
36 Bab.36 Ego dan kenyataan
37 Bab.37 Penyewa
38 Bab.38 Calon suami
39 Bab.39 Kebahagiaan semu
40 Bab.40 Apakah Anak Anjas
41 Bab.41 Menghindar
42 Bab.42 Menerima
43 Bab.43 Bukti
44 Bab.44 Keluarga Arya
45 Bab.45 Dewasa karena keadaan
46 Bab.46 Pelakor
47 Bab.47 Dampak
48 Bab.48 Sebuah rencana
49 Bab.49 Musuh
50 Bab.50 Bertengkar
51 Bab.51 Bangga
52 Bab.52 Cemburu
53 Bab.53 Menagih janji
54 Bab.54 Numpang makan
55 Bab.55 Pengakuan Hilman
56 Bab.56 Takut salah kostum
57 Bab.57 Panti asuhan
58 Bab.58 Teman masa kecil
59 Bab.59 Mengamuk
60 Bab.60 Sebuah pilihan
61 Bab.61 Kisah
62 Bab.62 Masa lalu
63 Bab.63 Sebuah kebenaran
64 Bab.64 Restu?
65 Bab.65 Berjuang bersama
66 Bab.66 Semangat Untuk Mantan
67 Bab.67 Disangka Pelayan.
68 Bab.68 Adik kesayangan
69 Bab.69 Wanita berbahaya
70 Bab.70 Kejutan yang dinantikan
71 Bab.71 Kebohongan kecil
72 Bab.72 Menjadi teman
73 Bab.73 Kejadian sesungguhnya
74 Ban.74 Hilman meminta penjelasan
75 Bab.75 Celaka
76 Bab.76 Orang tua sok tahu
77 Bab.77 Perhatian Arya
78 Bab.78 Sadar
79 Bab.79 Hanya rekayasa
80 Bab.80 Ada kemajuan
81 Bab.81 Resah
82 Bab.82 Restu
83 Bab.83 Malu
84 Bab.84 Pamit
85 Bab.85 Anggapan yang salah
86 Bab.86 Tamu tak diundang
87 Bab.87 Hampir saja
88 Bab.88 Rencana Arya
89 Bab.89 Maukah kamu menikah denganku?
90 Bab.90 Ancaman
91 Bab.91 Sah
92 Bab.92 Mati bersama
93 Bab.93 Merebut
94 Bab.94 Rindu Bintang
95 Bab.95 Aku mau ikut Mama
96 Bab.96 Di mana Arya
97 Bab.97 Kembali
98 Bab.98 Tenggelam dalam lautan obsesi
99 Bab.99 Sebab akibat
100 Bab.100 TAMAT
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab1. Kabar mengejutkan
2
Bab 2. Mata melihat, hati terluka
3
Bab 3. Bertemu
4
Bab 4. Tidak sadarkan diri
5
Bab 5. Bulan madu
6
Bab.6 Datang
7
Bab 7. Pindah
8
Bab.8 Tidak ada kabar
9
Bab.9 Belanja
10
Bab 10. Makan malam
11
Bab 11. Bulan madu
12
Bab 12. Rasa bersalah Hilman
13
Bab 13. Kedatangan Anjas
14
Bab.14 Perlakuan yang masih sama
15
Bab.15 Memilih Bersabar
16
Bab.16 Bersabar tidak harus menderita
17
Bab.17 Pagi penuh cinta.
18
Bab.18 Acara empat bulanan
19
Bab.19 Kecelakaan
20
Bab.20 Bubur ayam
21
Bab.21 Detak jantung
22
Bab.22 Tempat singgah
23
Bab.23 Dokter Arya
24
Bab.24 Lelah
25
Bab.25 Menikmati senja
26
Bab.26 Kabar buruk
27
Bab.27 Duka yang tidak disangka
28
Bab.28 Kepergian orangtua
29
Bab.29 Ingin lepas
30
Bab.30 Yang terakhir?
31
Bab.31 Keputusan
32
Bab.32 Wanita di balik pintu
33
Bab.33 Kritis
34
Bab.34 Berbanding terbalik
35
Bab.35 Pertemuan kembali
36
Bab.36 Ego dan kenyataan
37
Bab.37 Penyewa
38
Bab.38 Calon suami
39
Bab.39 Kebahagiaan semu
40
Bab.40 Apakah Anak Anjas
41
Bab.41 Menghindar
42
Bab.42 Menerima
43
Bab.43 Bukti
44
Bab.44 Keluarga Arya
45
Bab.45 Dewasa karena keadaan
46
Bab.46 Pelakor
47
Bab.47 Dampak
48
Bab.48 Sebuah rencana
49
Bab.49 Musuh
50
Bab.50 Bertengkar
51
Bab.51 Bangga
52
Bab.52 Cemburu
53
Bab.53 Menagih janji
54
Bab.54 Numpang makan
55
Bab.55 Pengakuan Hilman
56
Bab.56 Takut salah kostum
57
Bab.57 Panti asuhan
58
Bab.58 Teman masa kecil
59
Bab.59 Mengamuk
60
Bab.60 Sebuah pilihan
61
Bab.61 Kisah
62
Bab.62 Masa lalu
63
Bab.63 Sebuah kebenaran
64
Bab.64 Restu?
65
Bab.65 Berjuang bersama
66
Bab.66 Semangat Untuk Mantan
67
Bab.67 Disangka Pelayan.
68
Bab.68 Adik kesayangan
69
Bab.69 Wanita berbahaya
70
Bab.70 Kejutan yang dinantikan
71
Bab.71 Kebohongan kecil
72
Bab.72 Menjadi teman
73
Bab.73 Kejadian sesungguhnya
74
Ban.74 Hilman meminta penjelasan
75
Bab.75 Celaka
76
Bab.76 Orang tua sok tahu
77
Bab.77 Perhatian Arya
78
Bab.78 Sadar
79
Bab.79 Hanya rekayasa
80
Bab.80 Ada kemajuan
81
Bab.81 Resah
82
Bab.82 Restu
83
Bab.83 Malu
84
Bab.84 Pamit
85
Bab.85 Anggapan yang salah
86
Bab.86 Tamu tak diundang
87
Bab.87 Hampir saja
88
Bab.88 Rencana Arya
89
Bab.89 Maukah kamu menikah denganku?
90
Bab.90 Ancaman
91
Bab.91 Sah
92
Bab.92 Mati bersama
93
Bab.93 Merebut
94
Bab.94 Rindu Bintang
95
Bab.95 Aku mau ikut Mama
96
Bab.96 Di mana Arya
97
Bab.97 Kembali
98
Bab.98 Tenggelam dalam lautan obsesi
99
Bab.99 Sebab akibat
100
Bab.100 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!