Bab.9 Belanja

Flash back.

Hilman baru saja ke luar dari masjid saat matanya melihat punggung seseorang yang sepertinya dia kenal. Laki-laki itu tampak menajamkan matanya hingga kerutan di keningnya terlihat jelas, demi melihat sosok perempuan yang tengah berjalan ke luar dari area masjid.

"Kok, seperti Rina? Apa mungkin dia solat di sini?" gumam Hilman sambil mempercepat langkahnya berniat untuk menyusul perempuan itu.

Namun, saat dia sudah berada di luar masjid Hilman melihat Rina tidak berjalan menuju ke rumahnya, melainkan malah berjalan berlawanan arah.

"Mau ke mana dia? Ini kan sudah gelap, ngapain dia ke luar pada waktu seperti ini? Sudah tau lagi hamil, ini malah ke luar rumah waktu magrib, kalau ketahuan Mama udah pasti kena marah tuh!" gerutu Himan lebih kepada dirinya sendiri.

Dengan langkah cepat dia kembali ke rumah untuk mengambil mobilnya, agar bisa menyusul Rina. Dia langsung masuk ke dalam rumah kemudian berlari ke kamarnya untuk mengambil kunci mobil, lalu berlari ke luar lagi.

"Man, mau ke mana kamu?" Mama Hilman yang sedang ada di ruang keluarga tampak berteriak bertanya pada anaknya.

"Ada urusan, Mah. Aku pergi dulu ya, Assalamualaikum," jawab Hilman sambil mengambil tangan wanita paruh baya yang telah melahirkanya itu.

"Waalaikumsalam. Hati-hati, jangan pulang malam-malam!" teriak wanita paruh baya itu, karena Hilman yang sudah berlari menuju ke pintu utama.

"Iya, Mah!" teriak Hilman dari luar rumah sebagai jawaban.

Flash back off.

Beberapa saat berlalu, kini Rina dan Hilman sudah sampai di super market terdekat dari lokasi perumahan mereka, Hilman lebih dulu menurunkan Rina di lobi, sebelum dia memarkirkan mobilnya di samping gedung super market.

"Tunggu aku di sini saja, aku mau memarkirkan mobil dulu," ujar Hilman saat dia sudah menghentikan mobilnya di lobi.

"Kamu juga mau masuk ke dalam?" tanya Rina, menoleh pada Hilman.

"Iya, aku baru ingat tadi ada yang harus aku beli," jawab Hilman.

"Oh, iya," angguk Rina kemudian ke luar dari mobl Hilman dan menunggunya di lobi.

Hilman tersenyum kemudian melajukan kembali mobilnya ke samping bangunan super market itu, tempat area parkir untuk mobil. Hilman langsung ke luar dari mobil, kemudian melangkah cepat menuju ke lobi super market untuk menghampiri Rina.

Hilman tampak tersenyum tipis saat melihat Rina benar-benar menunggunya di lobi.

"Sudah?" tanya Rina, begitu Hilman sampai di depannya.

"Sudah, yuk masuk," ajak Hilman sambil mengambil troli belanjaan yang ditumpuk dengan keranjang lagi di dalamnya.

"Kok sama itu juga?" tanya Rina sambil berjalan di samping Hilman.

"Ini untuk belanjaan aku," jawab Hilman menunjuk keranjang belanja di dalam troli.

"Oh iya, aku lupa kalau kamu juga mau belanja." Rina tersenyum canggung merasa malu dengan tingkahnya sendiri.

Sedangkan Himman hanya terkekeh melihat Rina yang terlihat malu dan canggung kepadanya.

"Udah, satai aja lagi, anggap aja aku teman kamu, atau mungkin kakak." Hilman berbicara santai dengan kekehan kecil di mulutnya.

"Hehe, aku cuman merasa belum biasa berjalan dengan orang lain selain Bapak dan Ibu." Rina malah merasa cangung saat Hilman semakin mendekekatkan diri padanya, dia masih sadar dengan setatusnya yang merupakan seorang istri, walaupun nyatanya di tidak pernah diakui.

Mereka kemudian berjalan beriringan menuju tempat bahan makanan berada, mulai minyak dan berbagai bumbu kering. Rina tampak mengambil beberapa bahan makan yang dia rasa akan dia butuhkan selama berada di sini.

"Kamu gak belanja?" tanya Rina, melihat sejak tadi keranjang belanja Hilman masih kosong.

"Aku hanya butuh peralatan mandi, sama beberapa cemilan. Kalau masalah dapur, biasanya orang rumah yang akan beli," jawab Hilman mengusap tengkuknya sambil meringis merasa serba salah.

"Oh ...." Rina hanya ber oh ria sambil kembali fokus memilih bahan masakan yang dia butuhkan.

Setelah mereka selesai di bahan kering, kini mereka berjalan menuju tempat makanan beku, seperti olehan daging atau ikan.

Diam-diam Hilman memperhatikan Rina yang sedang sibuk memilah apa yang ingin dia beli. Rina memang tidak secantik Tari yang memiliki kulit putih dan postur tubuh tinggi semampai.

Rina memiliki kulit sedikit gelap, dengan rambut coklat yang panjang dan sedikit ikal di ujungnya juga tebal, walau Rina tampak lebih suka mengikatnya.

Postur tubuhnya juga tidaklah tinggi semampai, mungkin dia bisa dibilang berisi mungkin dikarenakan oleh kehamilannya juga. Hilman tentu tidak tahu postur tubuh Rina sebelum hamil.

Wajah Rina juga tidak pernah berbalut make up, Hilman bisa mengira kalau selama ini mungkin Rina hanya memakai pelembab wajah dan liptin sebagai pewarna bibir, hingga tidak terlihat mencolok.

Pakaiannya pun terlihat sederhana, dengan style celana kulot atau rok panjang dengan kemeja. Dia bahkan sudah bisa menilai apa ynag biasa dipakai oleh Rina, hanya dengan beberapa kali pertemuan, karena memang hanya itu yang selau Rina pakai setiap kali bertemu.

Hilman bahkan bisa menebak kalau jumlah harga seluruh pakaian yang Rina pakai saat ini, tidak lebih dari tiga ratus ribu. Itu sangat berbeda dengan Tari yang bisa menghabiskan uang berjuta-juta hanya untuk membeli satu potong baju.

Sebagai laki-laki Hilam tentu bisa mengerti kalau Anjas lebih memilih Tari dibandingkan dengan Rina. Karena jika dinilai dari penampilan mereka memang terlalu jauh berbeda, dan sayangnya Rina yang berada jauh di bawah Tari.

"Tapi, kalau soal memilih belanjaan di super market, aku yakin Rina lebih unggul dari Tari," gumam Hilman tanpa sadar, ketika dia memperhatikan Rina yang cekatan dalam memilih bahan masakan.

"Kenapa, Bang?" tanya Rina sambil menoleh melihat Hilman yang sejak tadi memperhatikannya.

"Hah? Kenapa, Rin?" Hilman yang tersadar dari lamunan tidak mendengar jelas pekataan Rina, dia tampak berdehem beberapa kali, untuk menormalkan raut wajahnya.

"Bang Hilman tadi manggil aku?" tanya Rina.

"Oh itu, ini aku mau tanya, kok kamu gak beli sayur atau ikan sih, bukannya itu bagus untuk ibu hamil?" tanya Himan mencari alasan.

"Kalau sayur sama ikan, aku lebih suka beli di tukang sayur gerobak yang suka lewat di depan rumah, biar lebih seger," jawab Rina.

"Oh gitu ya." Hilman tampak mengangguk anggukkan kepalanya pelan.

"Sepertinya semua bahan makanan sudah cukup, sekarang kita ke sana yuk, katanya Bang Hilman mau beli camilan," ajak Rina menujuk tempat makanan ringan berada.

Hilman tampak melihat isi troli yang ada hanya beberapa jenis bahan makanan, dia sedikit mengerinyitkan keningnya, seolah tidak biasa dengan jumlah belanjaan yang terlihat sedikit.

"Kok kamu cuman belanja segini sih? Emang ini cukup untuk kamu makan seminggu ini?" tanya hilman sambil mengikuti langkah Rina yang berjalan lebih dulu.

"Kan aku cuman tinggal sendiri, Bang. Jadi aku rasa segini saja udah cukup," jawab Rina dengan senyum getir di wajahnya.

Entah mengapa mendengar jawaban Rina, Himan ikut merasakan perih di hatinya, mengingat saat ini Rina tengah hamil muda, yang sedang membutuhkan banyak perhatian dari suami dan keluarganya.

Namun, Rina malah ditelantarkan oleh suaminya dan sekarang tinggal sendiri, tanpa ada keluarga yang tau. Rina memutuskan untuk tidak memberitahu keluarganya tentang kondisi rumah tangganya yang kini sangat berantakan.

Hilman bisa tahu semua itu dari Anjas yang mencertakan segalanya tentang Rina padanya. Sejak saat itu penilaiannya pada Rina yang awalnya buruk, menjadi membaik dan malah membuatnya merasa iba dan prihatin dengan keadaan Rina saat ini.

Acara belanja mereka pun berjalan lancar, Hilman membeli sejumlah barang agar alasannya tidak ketahuan. Tadinya Hilman bahkan akan membayar belanjaan Rina yang sebenarnya tidak seberapa. Akan tetapi, wanita itu menolaknya dan lebih memilih menggunakan kartu yang diberkan Anjas.

...****************...

Terpopuler

Comments

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

bang Hilman jagain bini orang bang..kasihan kaga d aku ama laki nya

2023-01-01

1

Rice Btamban

Rice Btamban

untung Hilman baik sm Rina mau bantu apa2

2022-12-11

2

Hany

Hany

bagus, manfaatkan kartu itu Rin,kuras sekalian uangnya,baru kamu tinggalkan anjas

2022-12-08

2

lihat semua
Episodes
1 Bab1. Kabar mengejutkan
2 Bab 2. Mata melihat, hati terluka
3 Bab 3. Bertemu
4 Bab 4. Tidak sadarkan diri
5 Bab 5. Bulan madu
6 Bab.6 Datang
7 Bab 7. Pindah
8 Bab.8 Tidak ada kabar
9 Bab.9 Belanja
10 Bab 10. Makan malam
11 Bab 11. Bulan madu
12 Bab 12. Rasa bersalah Hilman
13 Bab 13. Kedatangan Anjas
14 Bab.14 Perlakuan yang masih sama
15 Bab.15 Memilih Bersabar
16 Bab.16 Bersabar tidak harus menderita
17 Bab.17 Pagi penuh cinta.
18 Bab.18 Acara empat bulanan
19 Bab.19 Kecelakaan
20 Bab.20 Bubur ayam
21 Bab.21 Detak jantung
22 Bab.22 Tempat singgah
23 Bab.23 Dokter Arya
24 Bab.24 Lelah
25 Bab.25 Menikmati senja
26 Bab.26 Kabar buruk
27 Bab.27 Duka yang tidak disangka
28 Bab.28 Kepergian orangtua
29 Bab.29 Ingin lepas
30 Bab.30 Yang terakhir?
31 Bab.31 Keputusan
32 Bab.32 Wanita di balik pintu
33 Bab.33 Kritis
34 Bab.34 Berbanding terbalik
35 Bab.35 Pertemuan kembali
36 Bab.36 Ego dan kenyataan
37 Bab.37 Penyewa
38 Bab.38 Calon suami
39 Bab.39 Kebahagiaan semu
40 Bab.40 Apakah Anak Anjas
41 Bab.41 Menghindar
42 Bab.42 Menerima
43 Bab.43 Bukti
44 Bab.44 Keluarga Arya
45 Bab.45 Dewasa karena keadaan
46 Bab.46 Pelakor
47 Bab.47 Dampak
48 Bab.48 Sebuah rencana
49 Bab.49 Musuh
50 Bab.50 Bertengkar
51 Bab.51 Bangga
52 Bab.52 Cemburu
53 Bab.53 Menagih janji
54 Bab.54 Numpang makan
55 Bab.55 Pengakuan Hilman
56 Bab.56 Takut salah kostum
57 Bab.57 Panti asuhan
58 Bab.58 Teman masa kecil
59 Bab.59 Mengamuk
60 Bab.60 Sebuah pilihan
61 Bab.61 Kisah
62 Bab.62 Masa lalu
63 Bab.63 Sebuah kebenaran
64 Bab.64 Restu?
65 Bab.65 Berjuang bersama
66 Bab.66 Semangat Untuk Mantan
67 Bab.67 Disangka Pelayan.
68 Bab.68 Adik kesayangan
69 Bab.69 Wanita berbahaya
70 Bab.70 Kejutan yang dinantikan
71 Bab.71 Kebohongan kecil
72 Bab.72 Menjadi teman
73 Bab.73 Kejadian sesungguhnya
74 Ban.74 Hilman meminta penjelasan
75 Bab.75 Celaka
76 Bab.76 Orang tua sok tahu
77 Bab.77 Perhatian Arya
78 Bab.78 Sadar
79 Bab.79 Hanya rekayasa
80 Bab.80 Ada kemajuan
81 Bab.81 Resah
82 Bab.82 Restu
83 Bab.83 Malu
84 Bab.84 Pamit
85 Bab.85 Anggapan yang salah
86 Bab.86 Tamu tak diundang
87 Bab.87 Hampir saja
88 Bab.88 Rencana Arya
89 Bab.89 Maukah kamu menikah denganku?
90 Bab.90 Ancaman
91 Bab.91 Sah
92 Bab.92 Mati bersama
93 Bab.93 Merebut
94 Bab.94 Rindu Bintang
95 Bab.95 Aku mau ikut Mama
96 Bab.96 Di mana Arya
97 Bab.97 Kembali
98 Bab.98 Tenggelam dalam lautan obsesi
99 Bab.99 Sebab akibat
100 Bab.100 TAMAT
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab1. Kabar mengejutkan
2
Bab 2. Mata melihat, hati terluka
3
Bab 3. Bertemu
4
Bab 4. Tidak sadarkan diri
5
Bab 5. Bulan madu
6
Bab.6 Datang
7
Bab 7. Pindah
8
Bab.8 Tidak ada kabar
9
Bab.9 Belanja
10
Bab 10. Makan malam
11
Bab 11. Bulan madu
12
Bab 12. Rasa bersalah Hilman
13
Bab 13. Kedatangan Anjas
14
Bab.14 Perlakuan yang masih sama
15
Bab.15 Memilih Bersabar
16
Bab.16 Bersabar tidak harus menderita
17
Bab.17 Pagi penuh cinta.
18
Bab.18 Acara empat bulanan
19
Bab.19 Kecelakaan
20
Bab.20 Bubur ayam
21
Bab.21 Detak jantung
22
Bab.22 Tempat singgah
23
Bab.23 Dokter Arya
24
Bab.24 Lelah
25
Bab.25 Menikmati senja
26
Bab.26 Kabar buruk
27
Bab.27 Duka yang tidak disangka
28
Bab.28 Kepergian orangtua
29
Bab.29 Ingin lepas
30
Bab.30 Yang terakhir?
31
Bab.31 Keputusan
32
Bab.32 Wanita di balik pintu
33
Bab.33 Kritis
34
Bab.34 Berbanding terbalik
35
Bab.35 Pertemuan kembali
36
Bab.36 Ego dan kenyataan
37
Bab.37 Penyewa
38
Bab.38 Calon suami
39
Bab.39 Kebahagiaan semu
40
Bab.40 Apakah Anak Anjas
41
Bab.41 Menghindar
42
Bab.42 Menerima
43
Bab.43 Bukti
44
Bab.44 Keluarga Arya
45
Bab.45 Dewasa karena keadaan
46
Bab.46 Pelakor
47
Bab.47 Dampak
48
Bab.48 Sebuah rencana
49
Bab.49 Musuh
50
Bab.50 Bertengkar
51
Bab.51 Bangga
52
Bab.52 Cemburu
53
Bab.53 Menagih janji
54
Bab.54 Numpang makan
55
Bab.55 Pengakuan Hilman
56
Bab.56 Takut salah kostum
57
Bab.57 Panti asuhan
58
Bab.58 Teman masa kecil
59
Bab.59 Mengamuk
60
Bab.60 Sebuah pilihan
61
Bab.61 Kisah
62
Bab.62 Masa lalu
63
Bab.63 Sebuah kebenaran
64
Bab.64 Restu?
65
Bab.65 Berjuang bersama
66
Bab.66 Semangat Untuk Mantan
67
Bab.67 Disangka Pelayan.
68
Bab.68 Adik kesayangan
69
Bab.69 Wanita berbahaya
70
Bab.70 Kejutan yang dinantikan
71
Bab.71 Kebohongan kecil
72
Bab.72 Menjadi teman
73
Bab.73 Kejadian sesungguhnya
74
Ban.74 Hilman meminta penjelasan
75
Bab.75 Celaka
76
Bab.76 Orang tua sok tahu
77
Bab.77 Perhatian Arya
78
Bab.78 Sadar
79
Bab.79 Hanya rekayasa
80
Bab.80 Ada kemajuan
81
Bab.81 Resah
82
Bab.82 Restu
83
Bab.83 Malu
84
Bab.84 Pamit
85
Bab.85 Anggapan yang salah
86
Bab.86 Tamu tak diundang
87
Bab.87 Hampir saja
88
Bab.88 Rencana Arya
89
Bab.89 Maukah kamu menikah denganku?
90
Bab.90 Ancaman
91
Bab.91 Sah
92
Bab.92 Mati bersama
93
Bab.93 Merebut
94
Bab.94 Rindu Bintang
95
Bab.95 Aku mau ikut Mama
96
Bab.96 Di mana Arya
97
Bab.97 Kembali
98
Bab.98 Tenggelam dalam lautan obsesi
99
Bab.99 Sebab akibat
100
Bab.100 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!