Bab 4. Tidak sadarkan diri

Rina melihat ponsel yang kembali berdering, setelah beberapa waktu yang lalu sempat berhenti, dia menghembuskan napas lelah kemudian mengambil ponsel miliknya.

"Ibu dan Bapak, pasti gak akan berhenti sebelum aku jawab," gumamnya lirih.

Rina beranjak untuk mengambil minum yang sudah disediakan hotel kemudian meneguknya sebelum menjawab. Berdehem beberapa kali, untuk menormalkan suaranya yang pasti sudah habis karena lelah menangis.

"Halo, Assalamualaikum, Bu," sapa Rina dengan suara ceria walau terdengar sedikit parau.

"Rina, kamu sudah sampai kota? Sudah ketemu Anjas belum?" tanya Ibu dengan suara yang terdengar khawatir.

Rina mendongakkan kepalanya sambil mengerjapkan mata, menahan tangis yang ingin kembali pecah, seiring sesak yang teramat sangat di dalam dada.

Mendengar suara ibunya, ingin sekali Rina mengeluh dan mengadu tentang kejadian hari ini pada wanita yang telah melahirkannya itu. Akan tetapi, semua itu hanya bisa tertahan di tenggorokan.

"Sudah, Bu. Maaf, tadi teleponnya gak keangkat, karena aku ketiduran," jawab Rina dengan suara yang berusaha tetap normal walau masih saja terdengar parau.

"Oh, jadi kamu ketiduran, ya sudah gak apa-apa, Rin. Yang penting kami sampai di kota dengan selamat." Ibu terdengar lebih tenang dari sebelumnya.

"Mana Anjas, Rin? Bapak mau ngomong sama dia, mau ngucapin selamat karena sebentar lagi dia akan segera jadi Ayah." Kini giliran suara Bapak terdengar, sepertinya sekarang kedua orang tua Rina sedang berada di tempat yang sama.

"Eumh, itu, Pak. Mas Anjas, sedang ke luar dulu ... nanti kalau sudah pulang aku suruh dia telepon Bapak, ya," jawab Rina memberi alasan.

"Oh ya sudah, gak apa-apa. Kamu sehat-sehat di sana ya, sekarang gak ada Ibu yang ngurusin kamu," ujar Bapak, dengan suara sedikit bergetar, sepertinya Bapak dan Ibu juga merasakan sulit untuk berpisah dari anak satu-satunya.

"Iya, Pak. Aku pasti jaga diri baik-baik," angguk Rina dengan air mata yang jatuh begitu saja. Tidak sanggup rasanya jika dirinya terus menahan.

"Pak, udah dulu ya, aku mau shalat isya dulu," sambung Rina memberi alasan.

Telepon pun terputus begitu saja, Rina langsung berlari menuju ke toilet saat tiba-tiba saja perutanya terasa bergejolak. Rina membuka toilet lalu berjongkok di depan toilet sambil berusaha mengeluarkan isi perutnya.

Walau sudah berusaha keras mengeluarkan isi perutanya sampai keringat bercucuran. Akan tetapi, tidak ada apa pun yang bisa dikeluarkan, hingga akhirnya dia terduduk lemas di atas toilet itu.

Rina baru ingat kalau sejak pagi dirinya belum memakan apa pun, semua rasa laparnya kini menguap begitu saja, berganti dengan rasa sakit mendalam hingga memenuhi jantung dan hatinya.

Dengan susah payah Rina kembali berjalan ke kamar, kemudian merebahkan kembali tubuhnya di atas ranjang, dia menangis sejadi-jadinya, hingga kepalanya terasa pening dan pandangan kabur.

Manusia memang tidak akan tau apa yang terjadi di waktu berikutnya, begitu juga dengan Rina. Hari yang dia kira akan penuh dengan kebahagiaan, kini ternyata berganti dengan rasa sakit dan penderitaan yang terasa begitu menyiksa.

Kedatangannya ke kota untuk memberikan berita bahagia pada suaminya, kini berakhir dengan kejutan yang begitu menyakitkan untuknya.

Rina menutup matanya hingga akhirnya memilih kembali tidur, untuk meredam rasa sakit di kepalanya dan menghilangkan bayangan menyakitkan pernikahan suaminya dengan wanita lain tadi siang.

Suara ketukkan di pintu membangunkan Rina dari tidurnya, kepalanya masih terasa pening hingga membuat dia sulit untuk membuka mata. Kini bahkan ada sedikit nyeri di bagian bawah perutnya yang membuatnya semakin merasa sulit untuk bangun.

Ketukkan yang terus berulang memaksanya untuk segera bangun.

"Sebentar!" ujar Rina dengan suara yang lebih lantang.

"Sayang, maafin Mama, kamu pasti ikut sakit ya, karena Mama," lirih Rina mengusap perut bagian bawahnya perlahan.

"Ssshh," desis Rina merasakan sakit di perut dan kepalanya begitu dia berdiri dari ranjang, Walau begitu dia memaksakan diri untuk beranjak kemudian berjalan dan membuka pintu.

"Iya," jawab Rina dengan suara parau yang dipaksakan. Dia kemudian membuka pintu hotel itu.

Rina melebarkan matanya berusaha memperjelas pandangannya yang terasa kabur, seorang laki-laki terlihat berdiri di depan pintu dengan sebuah kantong plastik di tangannya.

"Maaf mengganggu, ini aku bawakan makanan untuk kamu," ujar Hilman sambil menyodorkan plastik ke depan Rina.

Rina menatap plastik di tangan Hilman, tubuhnya terasa goyah dengan pandangan yang semakin kabur, hingga dirinya merasa kesulitan untuk meraih kantong plastik itu.

Hilman yang melihat wajah pucat Rina, berubah menatap wanita itu dengan tatapan khawatir.

"Rin, kamu gak apa kan?" tanya Hilman, sambil memegang kedua pundak Rina.

Rina hanya bisa mendengar pertanyaan Hilman samar, sebelum akhirnya kegelapan merenggut semua kesadarannya.

"Astagfirllah, Rina!" Hilman yang melihat tubuh Rina hampir terjatuh, refleks langsung melepaskan plastik di tangannya dan menangkap tubuh ringkih Rina.

"Rin, bangun, Rin!" Hilman berjongkok di depan kamar hotel Rina sambil berusaha menyadarkannya.

"Tolong!" teriaknya saat Rina tidak juga membuka mata.

Seorang petugas hotel yang kebetulan sedang berjalan di sekitar sana pun langsung menghampiri Hilman.

"Tolong bawakan tas miliknya, aku akan membawanya ke rumah sakit!" ujar cepat Hilman sambil beranjak berdiri dengan Rina di dalam gendongannya.

"Baik, Pak," angguk petugas hotel itu, kemudian masuk ke dalam kamar untuk mengambil tas tangan milik Rina, kemudian mengejar langkah lebar Hilman.

Hilman merebahkan tubuh Rina di kursi belakang, kemudian menyambar tas tangan Rina sambil memutar menuju kursi kemudi.

Beberapa saat kemudian Hilman sudah memarkirkan mobilnya di lobi salah satu rumah sakit terdekat, dia kemudian berlari menuju ke dalam untuk meminta segera dibawakan brankar.

Hilman kemudian berbalik dan berlari kembali ke mobilnya untuk mengeluarkan Rina dari sana, lalu memindahkannya ke atas brankar rumah sakit.

"Pasien akan kami tangani. Anda harus mengurus administrasinya dulu," ujar perawat yang menghalanginya untuk masuk ke dalam ruang instalasi gawat darurat.

"Baik, Sus. Tolong selamatkan dia," ujar Hilman dengan raut wajah yang khawatir.

Hilman pun mengambil tas tangan milik Rina dan mencari kartu identitasnya untuk mengurus administrasi, selama menunggu Hilman juga mencoba menghubungi Anjas. Akan tetapi, sahabatnya itu tidak menjawab teleponnya sama sekali.

"Sialan! Aku di sini sibuk ngurusin ceweknya, sedangkan dia lagi enak-enakan malam pertama sama istrinya!" gerutu Hilman.

Hilman bahkan harus mengeluarkan uang untuk jaminan perawatan Rina.

"Sudah?!" tanya hilman pada petugas rumah sakit, dia kemudian kembali ke kursi tunggu di depan instalasi gawat darurat.

Awalnya dia hanya berniat untuk mengantarkan makan malam, karena merasa kasihan pada Rina yang terlihat sangat menyedihkan. Akan tetapi, kini dia malah terjebak di rumah sakit, menunggu perempuan yang baru dia temui sore tadi.

Semua ini gara-gara Anjas! Kenapa aku mempunyai sahabat tidak tau diri seperti dia?

...****************...

Terpopuler

Comments

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

Hilman bae bener dah aaah..

2023-01-01

1

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

kasihan Hilman kena apesnya

2022-12-14

2

Hany

Hany

pergi saja jangan hiraukan Anjas lagi Rina,toh kalian masih belum resmi terdaftar di KUA,jadi tinggalkan saja dia toh kamu tidak harus rumit mengurus surat cerai dari anjas

2022-12-06

2

lihat semua
Episodes
1 Bab1. Kabar mengejutkan
2 Bab 2. Mata melihat, hati terluka
3 Bab 3. Bertemu
4 Bab 4. Tidak sadarkan diri
5 Bab 5. Bulan madu
6 Bab.6 Datang
7 Bab 7. Pindah
8 Bab.8 Tidak ada kabar
9 Bab.9 Belanja
10 Bab 10. Makan malam
11 Bab 11. Bulan madu
12 Bab 12. Rasa bersalah Hilman
13 Bab 13. Kedatangan Anjas
14 Bab.14 Perlakuan yang masih sama
15 Bab.15 Memilih Bersabar
16 Bab.16 Bersabar tidak harus menderita
17 Bab.17 Pagi penuh cinta.
18 Bab.18 Acara empat bulanan
19 Bab.19 Kecelakaan
20 Bab.20 Bubur ayam
21 Bab.21 Detak jantung
22 Bab.22 Tempat singgah
23 Bab.23 Dokter Arya
24 Bab.24 Lelah
25 Bab.25 Menikmati senja
26 Bab.26 Kabar buruk
27 Bab.27 Duka yang tidak disangka
28 Bab.28 Kepergian orangtua
29 Bab.29 Ingin lepas
30 Bab.30 Yang terakhir?
31 Bab.31 Keputusan
32 Bab.32 Wanita di balik pintu
33 Bab.33 Kritis
34 Bab.34 Berbanding terbalik
35 Bab.35 Pertemuan kembali
36 Bab.36 Ego dan kenyataan
37 Bab.37 Penyewa
38 Bab.38 Calon suami
39 Bab.39 Kebahagiaan semu
40 Bab.40 Apakah Anak Anjas
41 Bab.41 Menghindar
42 Bab.42 Menerima
43 Bab.43 Bukti
44 Bab.44 Keluarga Arya
45 Bab.45 Dewasa karena keadaan
46 Bab.46 Pelakor
47 Bab.47 Dampak
48 Bab.48 Sebuah rencana
49 Bab.49 Musuh
50 Bab.50 Bertengkar
51 Bab.51 Bangga
52 Bab.52 Cemburu
53 Bab.53 Menagih janji
54 Bab.54 Numpang makan
55 Bab.55 Pengakuan Hilman
56 Bab.56 Takut salah kostum
57 Bab.57 Panti asuhan
58 Bab.58 Teman masa kecil
59 Bab.59 Mengamuk
60 Bab.60 Sebuah pilihan
61 Bab.61 Kisah
62 Bab.62 Masa lalu
63 Bab.63 Sebuah kebenaran
64 Bab.64 Restu?
65 Bab.65 Berjuang bersama
66 Bab.66 Semangat Untuk Mantan
67 Bab.67 Disangka Pelayan.
68 Bab.68 Adik kesayangan
69 Bab.69 Wanita berbahaya
70 Bab.70 Kejutan yang dinantikan
71 Bab.71 Kebohongan kecil
72 Bab.72 Menjadi teman
73 Bab.73 Kejadian sesungguhnya
74 Ban.74 Hilman meminta penjelasan
75 Bab.75 Celaka
76 Bab.76 Orang tua sok tahu
77 Bab.77 Perhatian Arya
78 Bab.78 Sadar
79 Bab.79 Hanya rekayasa
80 Bab.80 Ada kemajuan
81 Bab.81 Resah
82 Bab.82 Restu
83 Bab.83 Malu
84 Bab.84 Pamit
85 Bab.85 Anggapan yang salah
86 Bab.86 Tamu tak diundang
87 Bab.87 Hampir saja
88 Bab.88 Rencana Arya
89 Bab.89 Maukah kamu menikah denganku?
90 Bab.90 Ancaman
91 Bab.91 Sah
92 Bab.92 Mati bersama
93 Bab.93 Merebut
94 Bab.94 Rindu Bintang
95 Bab.95 Aku mau ikut Mama
96 Bab.96 Di mana Arya
97 Bab.97 Kembali
98 Bab.98 Tenggelam dalam lautan obsesi
99 Bab.99 Sebab akibat
100 Bab.100 TAMAT
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab1. Kabar mengejutkan
2
Bab 2. Mata melihat, hati terluka
3
Bab 3. Bertemu
4
Bab 4. Tidak sadarkan diri
5
Bab 5. Bulan madu
6
Bab.6 Datang
7
Bab 7. Pindah
8
Bab.8 Tidak ada kabar
9
Bab.9 Belanja
10
Bab 10. Makan malam
11
Bab 11. Bulan madu
12
Bab 12. Rasa bersalah Hilman
13
Bab 13. Kedatangan Anjas
14
Bab.14 Perlakuan yang masih sama
15
Bab.15 Memilih Bersabar
16
Bab.16 Bersabar tidak harus menderita
17
Bab.17 Pagi penuh cinta.
18
Bab.18 Acara empat bulanan
19
Bab.19 Kecelakaan
20
Bab.20 Bubur ayam
21
Bab.21 Detak jantung
22
Bab.22 Tempat singgah
23
Bab.23 Dokter Arya
24
Bab.24 Lelah
25
Bab.25 Menikmati senja
26
Bab.26 Kabar buruk
27
Bab.27 Duka yang tidak disangka
28
Bab.28 Kepergian orangtua
29
Bab.29 Ingin lepas
30
Bab.30 Yang terakhir?
31
Bab.31 Keputusan
32
Bab.32 Wanita di balik pintu
33
Bab.33 Kritis
34
Bab.34 Berbanding terbalik
35
Bab.35 Pertemuan kembali
36
Bab.36 Ego dan kenyataan
37
Bab.37 Penyewa
38
Bab.38 Calon suami
39
Bab.39 Kebahagiaan semu
40
Bab.40 Apakah Anak Anjas
41
Bab.41 Menghindar
42
Bab.42 Menerima
43
Bab.43 Bukti
44
Bab.44 Keluarga Arya
45
Bab.45 Dewasa karena keadaan
46
Bab.46 Pelakor
47
Bab.47 Dampak
48
Bab.48 Sebuah rencana
49
Bab.49 Musuh
50
Bab.50 Bertengkar
51
Bab.51 Bangga
52
Bab.52 Cemburu
53
Bab.53 Menagih janji
54
Bab.54 Numpang makan
55
Bab.55 Pengakuan Hilman
56
Bab.56 Takut salah kostum
57
Bab.57 Panti asuhan
58
Bab.58 Teman masa kecil
59
Bab.59 Mengamuk
60
Bab.60 Sebuah pilihan
61
Bab.61 Kisah
62
Bab.62 Masa lalu
63
Bab.63 Sebuah kebenaran
64
Bab.64 Restu?
65
Bab.65 Berjuang bersama
66
Bab.66 Semangat Untuk Mantan
67
Bab.67 Disangka Pelayan.
68
Bab.68 Adik kesayangan
69
Bab.69 Wanita berbahaya
70
Bab.70 Kejutan yang dinantikan
71
Bab.71 Kebohongan kecil
72
Bab.72 Menjadi teman
73
Bab.73 Kejadian sesungguhnya
74
Ban.74 Hilman meminta penjelasan
75
Bab.75 Celaka
76
Bab.76 Orang tua sok tahu
77
Bab.77 Perhatian Arya
78
Bab.78 Sadar
79
Bab.79 Hanya rekayasa
80
Bab.80 Ada kemajuan
81
Bab.81 Resah
82
Bab.82 Restu
83
Bab.83 Malu
84
Bab.84 Pamit
85
Bab.85 Anggapan yang salah
86
Bab.86 Tamu tak diundang
87
Bab.87 Hampir saja
88
Bab.88 Rencana Arya
89
Bab.89 Maukah kamu menikah denganku?
90
Bab.90 Ancaman
91
Bab.91 Sah
92
Bab.92 Mati bersama
93
Bab.93 Merebut
94
Bab.94 Rindu Bintang
95
Bab.95 Aku mau ikut Mama
96
Bab.96 Di mana Arya
97
Bab.97 Kembali
98
Bab.98 Tenggelam dalam lautan obsesi
99
Bab.99 Sebab akibat
100
Bab.100 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!