Bab 3. Bertemu

Hilman mengantarkan Rina ke hotel yang diperintahkan oleh Anjas sampai di depan pintu masuk kamar. Keduanya tampak berdiri sejajar setelah Hilman menyerahkan kunci pintu kamar pada Rina.

"Kamu sudah makan?" tanya Himan, melihat wajah Rina yang tampak menyedihkan, sepertinya Hilman bisa menebak kalau Rina pasti belum makan sejak siang.

Namun, sepertinya Rina tidak mendengar apa pun yang diucapkan orang lain, dia hanya sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Terima kasih." Rina masuk begitu saja ke dalam kamar, tanpa mau menjawab pertanyaan laki-laki yang baru dia kenal beberapa saat yang lalu.

"I–iya," jawab Hilman, tampak ragu.

Hilman menggaruk belakang kepalanya bingung melihat sikap Rina yang terlihat dingin. Dia kemudian berbalik ragu saat pintu kamar hotel sudah ditutup rapat.

Rina merebahkan tubuhnya yang sudah terasa sangat lemah di atas tempat tidur, tangisnya kembali pecah saat mengingat nasib yang sedang menimpanya saat ini.

Entah mengapa nasibnya pada sebuah rumah tangga begitu miris, setelah berusaha menjalani dan menerima pernikahan paksa dengan Anjas, kini setelah dirinya sudah mencintai Anjas sepenuhnya kenyataan pahit kembali datang menyapa.

Rina ingin menyalahkan dia ingin berteriak memaki. Akan tetapi, dia sendiri bingung harus menyalahkan siapa. Apakah harus menyalahkan Anjas yang menikah lagi? Atau menyalahkan takdir yang seolah sedang tidak memihak pada kebahagiaannya?

Ingatannya kembali pada saat dirinya pertama kali bertemu dengan Anjas. Saat itu Rina sedang meneduh di sebuah gubuk, karena hujan deras yang tiba-tiba turun saat dirinya sedang dalam perjalanan pulang dari kebun.

Tiba-tiba saja seorang lelaki tidak dikenal ikut menuduh bersamanya, dengan mendorong motor.

"Aku ikut meneduh, boleh?" tanya laki-laki itu yang tidak lain adalah Anjas.

"Silahkan," jawab Rina sambil menggeser tempat duduknya menjauh dari Anjas.

Suasana sore hari itu terasa sangat dingin, karena angin yang juga terasa cukup kencang, hingga membuat butir air itu terbang sampai pada tubuhnya.

Diam-diam Rina memperhatikan Anjas yang berpakaian jauh dari warga kampung yang lainnya. Dia sudah bisa menyimpulkan kalau Anjas bukanlah warga kampung di sana.

"Kenapa, kok motornya di dorong?" tanya Rina setelah sekian lama keduanya hanya terdiam.

"Ban motorku kempes, aku kira akan segera dapat tukang tambal atau bengkel, ternyata jangankan bengkel, rumah saja tidak ada," jawab Anjas sambil terkekeh ringan.

Rina ikut tersenyum. "Di sini memang jarang rumah. Kira-kira satu kilometer lagi baru kita akan memasuki pemukiman," jawab Rina, sambil melihat ke salah satu jalan.

"Oh, begitu ya?" Anjas tampak mengangguk-anggukkan kepalanya samar.

"Kamu baru ke daerah sini, ya? Kalau boleh tau mau ada perlu apa?" tanya Rina lagi.

"Iya, aku sedang liburan di sini, kebetulan aku menginap di hotel H. Tapi, sepertinya aku tersesat jadi sampai ke sini," jelas Anjas sambil menggosok tangannya yang terasa dingin. Sesekali dia meniup tangannya agar terasa lebih hangat.

Rina tampak menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Hujan tidak kunjung reda walaupun sudah satu jam berlalu, kini hari sudah mulai gelap. Karena kelelahan Rina dan Anjas sama-sama tertidur dengan posisi duduk di sisi gubuk yang berlawanan.

Hingga keduanya tidak sadar saat hujan sudah mulai reda. Mereka baru terbangun saat suara gaduh terdengar semakin dekat, ditambah dengan senter yang terlihat mengarah ke tempat mereka berdua berada.

"Sepertinya itu banyak orang?" tanya Anjas, sambil beranjak berdiri, diikuti oleh Rina.

"Iya, ada apa ya?" Rina bangun kemudian berdiri hendak bersiap untuk bertanya pada warga yang datang.

Namun, tenyata para warga datang untuk menggerebek Rina dan Anjas dengan tuduhan telah berbuat zina di gubuk itu.

"Tunggu-tunggu, ini apa maksudnya? Kami berdua hanya berteduh, karena tadi hujannya sangat deras," sanggah Anjas tidak terima akan difitnah seperti ini.

"Iya, Pak. Kami berdua hanya berteduh, karena hujannya terlalu deras." Rina ikut menimpali.

"Halah, gak usah banyak alasan. Kalau cuma berteduh, kenapa kalian masih ada di sini, padahal hujan sudah reda sejak tadi?! Lagi pula mana ada maling ngaku!" ujar laki-laki paruh baya mempropokasi para warga.

"Iya benar, lebih baik kita bawa saja mereka ke bale desa untuk mendapatkan sanksi atas perbuatannya!" Seorang laki-laki muda ikut menimpali.

"Ayo, ikut kita ke bale desa sekarang!" ujar laki-laki paruh baya yang lainnya sambil mengambil tangan Anjas dengan gerakan kasar.

"Kami tidak melakukan apa-apa, Pak. Kalian tidak berhak melakukan ini semua!" Anjas masih berusaha menolak.

"Kalau kamu memang tidak melakukannya harusnya kamu mau kita bawa ke bale desa!"

"Sudahlah kita hajar saja laki-laki brengsek itu di sini, bisa-bisanya di merusak gadis di kampung kita!"

Suara sumbang terus bersahutan, membuat emosi warga semakin memuncak dan situasi semakin memanas.

Satu pukulan awal pun sudah diterima oleh Anjas membuat pukulan yang lainnya pun bersiap untuk melukai laki-laki itu.

Rina yang memang warga kampung itu berdiri menghadang para warga yang akan memukul Anjas. Tubuhnya yang lumayan tinggi dan sedikit berisi berdiri dengan yakin dan pasti.

"Dia tidak bersalah, kami tidak melakukan apa-apa. Jadi untuk membuktikannya kami mau ke bale desa!" teriak Rina demi meredam kemarahan warga.

"Untuk apa? Kita kan gak berbuat apa-apa?" protes Anjas menatap Rina dengan kening bertaut dalam.

"Justru itu, kita tidak berbuat apa-apa makanya jangan takut untuk dibawa ke bale desa, dari pada nanti kamu babak belur dihajar sama mereka semua, bagaimana?" jelas Rina.

Beberapa saat kemudian Rina dan Anjas diadili di bale desa, mereka dihadapkan dengan tetua desa dan juga kedua orangtua Rina.

Saat itu Ibu terus menangis ketika melihat anak satu-satunya harus berakhir dengan seperti ini. Sedangkan Bapak menatap penuh amarah anak perempuan yang telah membuat malu keluarganya.

Rina dan Anjas duduk berdua dengan kepala menunduk, mereka seperti sedang menjadi sebuah tontonan gratis bagi seluruh warga kampung.

Bapak memaksa agar Anjas menikahi Rina begitu juga dengan para tetua, karena semua rumor itu akan mendorong nama baik kampung, jika sampai Anjas tidak bertanggung jawab.

Bila pun Anjas tetap tidak mau bertanggungjawab, maka peraturan kampung mengharuskan Rina diusir dan tidak boleh menginjakkan kakinya lagi ke dalam kampung itu.

Setelah diberi waktu satu malam untuk berfikir, akhirnya Anjas memutuskan untuk menikahi Rina dengan cara sirih. Rina yang tidak mempunyai hak untuk ikut berbicara hanya bisa menerima pernikahan dadakan itu.

Awalnya semuanya berjalan lancar, pernikahan sirih yang dilakukan Rina dan Anjas berjalan sebagaimana mestinya, bahkan Anjas memilih menetap di kampung selama satu bulan lamanya, demi mendekatkan diri pada Rina.

Namun, saat Rina bertanya tentang keluarga Anjas, Anjas selalu mengelak dan mengalihkan topik pembicaraan, hingga sesuatu yang sebenarnya penting di dalam sebuah hubungan pun terus terlewatkan.

Selama pernikahannya Anjas tidak pernah menceritakan tentang keluarganya pada Rina. Walau sedikit curiga, Rina dan keluarganya tetap saja berpikir positif pada Anjas. Mereka menerima Anjas dengan baik, dan sebagaimana semestinya.

Setiap bulan biasanya Anjas akan pulang dan menginap selama seminggu di rumah, sebelum akhirnya kembali bekerja ke kota. Hingga di usia pernikahan yang ke enam bulan, Rina positif hamil dan menyusul Anjas ke kota.

.....

Suara ketukkan pintu membangunkan Rina dari tidurnya, kepalanya terasa pening dan ada sedikit nyeri di bagian bawah perutnya.

"Ssshh," desis Rina merasa sulit untuk bangun. Walau begitu dia memaksakan diri untuk beranjak kemudian berjalan dan membuka pintu.

"Iya," jawab Rina dengan suara parau dan wajah yang pucat, pandangannya terasa semakin samar hingga akhirnya dia tumbang begitu saja.

...****************...

Terpopuler

Comments

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

kasihan s Rina
kayak nya belom makan...

2023-01-01

1

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

nikah karna terpaksa

2022-12-14

1

Rice Btamban

Rice Btamban

tetap semangat

2022-12-11

2

lihat semua
Episodes
1 Bab1. Kabar mengejutkan
2 Bab 2. Mata melihat, hati terluka
3 Bab 3. Bertemu
4 Bab 4. Tidak sadarkan diri
5 Bab 5. Bulan madu
6 Bab.6 Datang
7 Bab 7. Pindah
8 Bab.8 Tidak ada kabar
9 Bab.9 Belanja
10 Bab 10. Makan malam
11 Bab 11. Bulan madu
12 Bab 12. Rasa bersalah Hilman
13 Bab 13. Kedatangan Anjas
14 Bab.14 Perlakuan yang masih sama
15 Bab.15 Memilih Bersabar
16 Bab.16 Bersabar tidak harus menderita
17 Bab.17 Pagi penuh cinta.
18 Bab.18 Acara empat bulanan
19 Bab.19 Kecelakaan
20 Bab.20 Bubur ayam
21 Bab.21 Detak jantung
22 Bab.22 Tempat singgah
23 Bab.23 Dokter Arya
24 Bab.24 Lelah
25 Bab.25 Menikmati senja
26 Bab.26 Kabar buruk
27 Bab.27 Duka yang tidak disangka
28 Bab.28 Kepergian orangtua
29 Bab.29 Ingin lepas
30 Bab.30 Yang terakhir?
31 Bab.31 Keputusan
32 Bab.32 Wanita di balik pintu
33 Bab.33 Kritis
34 Bab.34 Berbanding terbalik
35 Bab.35 Pertemuan kembali
36 Bab.36 Ego dan kenyataan
37 Bab.37 Penyewa
38 Bab.38 Calon suami
39 Bab.39 Kebahagiaan semu
40 Bab.40 Apakah Anak Anjas
41 Bab.41 Menghindar
42 Bab.42 Menerima
43 Bab.43 Bukti
44 Bab.44 Keluarga Arya
45 Bab.45 Dewasa karena keadaan
46 Bab.46 Pelakor
47 Bab.47 Dampak
48 Bab.48 Sebuah rencana
49 Bab.49 Musuh
50 Bab.50 Bertengkar
51 Bab.51 Bangga
52 Bab.52 Cemburu
53 Bab.53 Menagih janji
54 Bab.54 Numpang makan
55 Bab.55 Pengakuan Hilman
56 Bab.56 Takut salah kostum
57 Bab.57 Panti asuhan
58 Bab.58 Teman masa kecil
59 Bab.59 Mengamuk
60 Bab.60 Sebuah pilihan
61 Bab.61 Kisah
62 Bab.62 Masa lalu
63 Bab.63 Sebuah kebenaran
64 Bab.64 Restu?
65 Bab.65 Berjuang bersama
66 Bab.66 Semangat Untuk Mantan
67 Bab.67 Disangka Pelayan.
68 Bab.68 Adik kesayangan
69 Bab.69 Wanita berbahaya
70 Bab.70 Kejutan yang dinantikan
71 Bab.71 Kebohongan kecil
72 Bab.72 Menjadi teman
73 Bab.73 Kejadian sesungguhnya
74 Ban.74 Hilman meminta penjelasan
75 Bab.75 Celaka
76 Bab.76 Orang tua sok tahu
77 Bab.77 Perhatian Arya
78 Bab.78 Sadar
79 Bab.79 Hanya rekayasa
80 Bab.80 Ada kemajuan
81 Bab.81 Resah
82 Bab.82 Restu
83 Bab.83 Malu
84 Bab.84 Pamit
85 Bab.85 Anggapan yang salah
86 Bab.86 Tamu tak diundang
87 Bab.87 Hampir saja
88 Bab.88 Rencana Arya
89 Bab.89 Maukah kamu menikah denganku?
90 Bab.90 Ancaman
91 Bab.91 Sah
92 Bab.92 Mati bersama
93 Bab.93 Merebut
94 Bab.94 Rindu Bintang
95 Bab.95 Aku mau ikut Mama
96 Bab.96 Di mana Arya
97 Bab.97 Kembali
98 Bab.98 Tenggelam dalam lautan obsesi
99 Bab.99 Sebab akibat
100 Bab.100 TAMAT
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab1. Kabar mengejutkan
2
Bab 2. Mata melihat, hati terluka
3
Bab 3. Bertemu
4
Bab 4. Tidak sadarkan diri
5
Bab 5. Bulan madu
6
Bab.6 Datang
7
Bab 7. Pindah
8
Bab.8 Tidak ada kabar
9
Bab.9 Belanja
10
Bab 10. Makan malam
11
Bab 11. Bulan madu
12
Bab 12. Rasa bersalah Hilman
13
Bab 13. Kedatangan Anjas
14
Bab.14 Perlakuan yang masih sama
15
Bab.15 Memilih Bersabar
16
Bab.16 Bersabar tidak harus menderita
17
Bab.17 Pagi penuh cinta.
18
Bab.18 Acara empat bulanan
19
Bab.19 Kecelakaan
20
Bab.20 Bubur ayam
21
Bab.21 Detak jantung
22
Bab.22 Tempat singgah
23
Bab.23 Dokter Arya
24
Bab.24 Lelah
25
Bab.25 Menikmati senja
26
Bab.26 Kabar buruk
27
Bab.27 Duka yang tidak disangka
28
Bab.28 Kepergian orangtua
29
Bab.29 Ingin lepas
30
Bab.30 Yang terakhir?
31
Bab.31 Keputusan
32
Bab.32 Wanita di balik pintu
33
Bab.33 Kritis
34
Bab.34 Berbanding terbalik
35
Bab.35 Pertemuan kembali
36
Bab.36 Ego dan kenyataan
37
Bab.37 Penyewa
38
Bab.38 Calon suami
39
Bab.39 Kebahagiaan semu
40
Bab.40 Apakah Anak Anjas
41
Bab.41 Menghindar
42
Bab.42 Menerima
43
Bab.43 Bukti
44
Bab.44 Keluarga Arya
45
Bab.45 Dewasa karena keadaan
46
Bab.46 Pelakor
47
Bab.47 Dampak
48
Bab.48 Sebuah rencana
49
Bab.49 Musuh
50
Bab.50 Bertengkar
51
Bab.51 Bangga
52
Bab.52 Cemburu
53
Bab.53 Menagih janji
54
Bab.54 Numpang makan
55
Bab.55 Pengakuan Hilman
56
Bab.56 Takut salah kostum
57
Bab.57 Panti asuhan
58
Bab.58 Teman masa kecil
59
Bab.59 Mengamuk
60
Bab.60 Sebuah pilihan
61
Bab.61 Kisah
62
Bab.62 Masa lalu
63
Bab.63 Sebuah kebenaran
64
Bab.64 Restu?
65
Bab.65 Berjuang bersama
66
Bab.66 Semangat Untuk Mantan
67
Bab.67 Disangka Pelayan.
68
Bab.68 Adik kesayangan
69
Bab.69 Wanita berbahaya
70
Bab.70 Kejutan yang dinantikan
71
Bab.71 Kebohongan kecil
72
Bab.72 Menjadi teman
73
Bab.73 Kejadian sesungguhnya
74
Ban.74 Hilman meminta penjelasan
75
Bab.75 Celaka
76
Bab.76 Orang tua sok tahu
77
Bab.77 Perhatian Arya
78
Bab.78 Sadar
79
Bab.79 Hanya rekayasa
80
Bab.80 Ada kemajuan
81
Bab.81 Resah
82
Bab.82 Restu
83
Bab.83 Malu
84
Bab.84 Pamit
85
Bab.85 Anggapan yang salah
86
Bab.86 Tamu tak diundang
87
Bab.87 Hampir saja
88
Bab.88 Rencana Arya
89
Bab.89 Maukah kamu menikah denganku?
90
Bab.90 Ancaman
91
Bab.91 Sah
92
Bab.92 Mati bersama
93
Bab.93 Merebut
94
Bab.94 Rindu Bintang
95
Bab.95 Aku mau ikut Mama
96
Bab.96 Di mana Arya
97
Bab.97 Kembali
98
Bab.98 Tenggelam dalam lautan obsesi
99
Bab.99 Sebab akibat
100
Bab.100 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!