Ia sungguh tak menyangka jika akan melihat Sakha ditempat ini. Pria itu pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun, membuat Adiba penasaran siapa yang Sakha kunjungi. Ia berjalan kearah makam dimana Sakha berdiri. Ada dua makam yang kemungkinan adalah keluarga Sakha, karena ia melihat ada buket bunga baru kedua makam itu.
Satu makam seorang wanita, dan yang lainnya seorang pria, dilihat dari umurnya, mereka seumuran ibunya, mungkin orang tuanya.
" Arya Genta Buana, Amarta Difya Ningrum." Gumamnya menyebut dua nama didua nisan itu.
" Pria itu sudah tak memiliki orang tua." Ada rasa iba setelah tau Sakha sudah kehilangan kedua orang tuanya. Tak menyangka pria menyebalkan yang ia temui ternyata menyimpan kesedihan yang tak dilihat orang lain.
Kini, ada satu hal yang membuatnya merasa lebih beruntung dari Sakha, setidaknya dia masih memiliki orang tua meski tak berhubungan baik dengannya.
Adiba lantas pergi dari sana, kembali kerumahnya karena hari sudah sore. Langit tampak mendung dan menurunkan gerimis sebelum Adiba memasuki rumah. Ia mengusap rambutnya yang sempat basah.
Ia langsung masuk kedalam kamar untuk membersihkan diri. Setelah selesai mengenakan pakaian rumahan, Adiba menuju dapur untuk membuat sesuatu. Perutnya terasa lapar, ia ingat jika dirinya belum makan siang.
Ia memilih membuat nasi goreng, selain enak juga karena lebih simpel dan juga cepat dibuat.
Ia mengambil bahan-bahan didalam kulkas seperti sawi hijau, telur, sosis, bakso dan juga udang.
Wanita itu memulai acara masaknya, hingga tak butuh waktu lama hidangan yang menggugah selera itu telah siap dimeja makan. Adiba baru bersiap menyantapnya saat suara langkah kaki perlahan mendekat.
Awalnya Adiba tak ambil pusing dan melanjutkan suapan nasinya, namun menyadari jika langkah itu lebih banyak, Adiba segera berbalik dan melihat suaminya membawa calon madunya.
Ia ingin beranjak dan langsung menampar pipi wanita tak tahu malu itu, tapi ia sadar jika hal itulah yang Farah inginkan. Jadi Adiba memilih menenangkan diri, melanjutkan acara makannya yang tertunda.
" Adiba."
Ia tak menghiraukan saat Haki memanggilnya, pun saat dua orang yang sama-sama kehilangan urat malu itu duduk dikursi yang berhadapan dengannya.
" Adiba, Mas memanggilmu!." Haki meninggikan suaranya karena Adiba masih acuh. Ia merasa keberadaannya tak dihargai sama sekali.
" Hem." Hanya itu yang Adiba katakan. Wanita itu beranjak sebelum menyelesaikan makanannya. Rasanya malas meladeni mereka terlalu lama.
Langkahnya terhenti paksa karena Haki mencekal tangannya, ia menatap tajam calon mantan suaminya itu, melepaskan tangannya dari genggaman Haki.
" Mas ingin bicara." Ucap Haki serius.
Adiba menatap pria itu dan calon madunya secara bergantian. Ah ralat, bukan calon madu, tapi calon istri yang akan menggantikan posisi bagi Haki. Ia lantas melangkah menuju ruang tengah, duduk dan kemudian menyalakan televisi.
Haki dan Farah menyusul Adiba, masih duduk berdampingan, mereka berhadapan dengannya Adiba yang menatap televisi didepannya. Meski begitu mereka tahu Adiba tak benar-benar fokus dengan benda persegi panjang itu.
" Adiba, kamu pasti mengingat Chika bukan? Anak perempuan yang kamu lihat bersama Farah ditaman kota." Ucap Haki menatap Farah yang tersenyum menenangkannya.
" Mas menikahi Farah karena ingin menjadi ayah untuknya."
Masih diam, Adiba seolah tak menganggap ada keberadaan dua orang itu. Padahal saat ini dia benar-benar ingin mencakar wajah wanita yang tersenyum lembut itu.
" Mas tau saat ini kamu belum bisa menerima Farah untuk menjadi madu kamu, tapi aku yakin lama kelamaan kamu akan menerimanya."
" Iya Mba, saya berharap Mba bisa merestui hubungan kami. Mas Haki menikahiku untuk menjadi ayah dari Chika, yang ditelantarkan ayahnya sejak dia dalam kandunganku."
Adiba memutar bola matanya jengah melihat bagaimana cara Farah berakting, wanita itu bersikap seakan dia adalah wanita berhati lembut yang terpaksa menikah dengan suaminya karena anak.
Padahal ia tahu Farah hanyalah serigala berbulu domba. Itulah yang ia simpulkan dari wanita didepannya. Wanita yang dengan percaya dirinya merasa lebih baik darinya hanya karena Haki memilihnya.
Dan lihat, wanita itu bersikap seakan dia adalah wanita dengan hati paling lembut didunia ini saat didepan Haki, sangat berbeda dengan pertemuan mereka dikantor. Menjijikan! Dia bahkan akan lebih suka jika wanita yang merebut suaminya bersikap terang-terangan.
Adiba beranjak menuju dapur, meminum segelas air dari dispenser, lantas membuka kulkas mengambil beberapa camilan disana. Acara makannya terganggu karena kehadiran Haki dan Farah, jadi dia masih lapar dan kali ini dia ingin makan camilan. Sepertinya kehamilan meningkatkan nafsu makannya.
Adiba baru saja berbalik saat mendapati Haki berdiri didepannya dengan tatapan tajam.
" Katakan sesuatu Adiba? Kenapa kamu hanya diam saja?." Haki frustasi mendapat sikap yang acuh dari Adiba, hal yang benar-benar membuatnya terganggu.
Adiba menatap Farah yang berdiri dibelakang Haki dengan tersenyum licik, lantas kembali menatap suaminya yang menuntut jawaban.
" Aku sudah mengajukan gugatan cerai kepengadilan." Jawabnya menatap manik kata Haki dengan mantap. Tak terlihat sedikitpun keraguan dalam raut wajahnya.
Haki diam dengan mata memerah, pria itu mengepalkan tangannya. Rahangnya tampak mengeras, menunjukkan betapa emosinya dia saat ini.
PLAKK!
Adiba memegang pipinya yang memerah dan juga panas, menatap suaminya dengan air mata yang mulai mengembun, namun bibirnya justru mengulas senyum.
" Kenapa Mas? Kenapa kamu marah? Bukannya itu yang kamu inginkan?."
Haki mengetatkan giginya, mencengkram kedua bahu Adiba, membuat wanita itu memejamkan mata meringis kesakitan.
" Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu. Tak peduli apapun usaha yang kamu lakukan, aku tidak akan pernah melepaskanmu." Ucap Haki penuh penekanan. Dia tak akan menceraikan Adiba, dan itu bukanlah pernyataan semata. Dia benar-benar tak bisa kehilangan istrinya itu.
Bukannya membalas ucapan Haki, Adiba justru tersenyum penuh kemenangan pada Farah yang tampak emosi melihat bagaimana Haki memarahinya. Inilah yang dia inginkan, membuat wanita itu sadar jika Haki tak akan melepaskannya.
Yah, meski sebenarnya dia tak mengira Haki akan semarah ini. Dia cukup bingung dengan respon Haki yang terkesan berlebihan bagi seorang pria yang berniat menikah lagi. Entah apa alasan pria itu kekeuh mempertahankannya, yang jelas dia menikmati melihat wajah Farah yang terlihat geram.
Dia sama sekali tak berniat mempertahankan pernikahannya, dia hanya ingin mempermainkan Farah sebelum dirinya benar-benar berpisah dengan Haki. Hanya itu .
" Sudah kukatakan aku tak ingin dimadu, jadi aku memilih bercerai denganmu, Mas!."
" Jangan lupakan anak dalam kandunganmu Adiba, apa kamu ingin membuatnya tumbuh tanpa figur seorang ayah?." Haki menatapnya dengan kecewa, seakan pria itu benar-benar berat melepaskannya.
Namun hal itu tak membuat Adiba berubah pikiran sama sekali, tekadnya untuk berpisah sudah bulat, dan tak lagi bisa diganggu gugat.
" Tidak! Tapi Mas yang memaksaku melakukannya." Adiba menghempaskan cengkraman tangan Haki dengan kasar, lantas masuk kedalam kamar.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
YK
kok ya tega menjandakan istri demi orang asing...
2023-06-09
1
Red Velvet
pengen jd ayah sambung bagi anak org lain, tapi malah menelantarkan ayah sendiri😌
2023-02-12
0